Sejak usia tujuh tahun, Putri Isolde Anastasia diasingkan ke hutan oleh ayahandanya sendiri atas hasutan selir istana. Bertahun-tahun lamanya, ia tumbuh jauh dari istana, belajar berburu, bertahan hidup, dan menajamkan insting bersama pelayan setia ibundanya, Lucia. Bagi Kerajaan Sylvaria ia hanyalah bayangan yang terlupakan. Bagi hutan, ia adalah pewaris yang ditempa alam.
Namun ketika kerajaan berada di ujung kehancuran, namanya kembali dipanggil. Bukan untuk dipulihkan sebagai putri, melainkan untuk dijadikan tumbal dalam pernikahan politik dengan seorang Kaisar tiran yang terkenal kejam dan haus darah. Putri selir, Seravine menolak sehingga Putri Anastasia dipanggil pulang untuk dikorbankan.
Di balik tatapannya yang dingin, ia menyimpan dendam pada ayahanda, tekad untuk menguak kematian ibunda, dan janji untuk menghancurkan mereka yang pernah membuangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Jiwa Keras Kepala
Anastasia bangkit, lalu duduk di dahan pohon menatap Kaisar Lexus penasaran. “Satu-satunya yang…?”
Kaisar Lexus terdiam sejenak, rahangnya mengeras menyadari ucapannya hampir saja terbuka. Ia mengalihkan dengan suara dingin, “Aku tidak perlu menjelaskan apapun padamu.”
Anastasia berdecak, “Cih… ya sudah kalau tidak mau memberitahu,”
Tanpa menunggu lagi, Kaisar Lexus melangkah maju. Dengan gerakan cepat, ia meraih ular di dahan yang meliuk di dekat Anastasia. Lalu dengan satu hentakan kasar ia melempar makhluk itu jauh ke semak-semak.
“Sekarang, kau turun,” desisnya.
Anastasia menyandarkan kepalanya malas pada batang pohon, jelas tak berniat menurut.
Lexus tidak main-main, ia memanjat batang ceri yang kokoh itu.
“Lexus, kau…” Anastasia membelalakkan mata, tak percaya pria itu benar-benar naik.
Naasnya, saat tangan Kaisar meraih dahan tempat Anastasia duduk, kakinya terpeleset oleh lumut tipis yang menempel di batang.
“Awas!” Anastasia berseru refleks, tapi terlambat.
Kaisar Lexus menarik tangan Anastasia, dan “Aaaaaa” Bruk!
Dalam sekejap mereka berdua terjatuh dari dahan, menghantam rerumputan lembut di bawah. Anastasia terperangkap di bawah tubuh kaisar. Nafasnya tertahan melihat wajah Lexus begitu dekat, hanya sejengkal dari bibirnya. Lexus menatap Anastasia lekat dan dalam.
Anastasia menoleh ke arah lain lalu meringis pelan, merasakan berat tubuh kaisar menindihnya. Ia mencoba bangkit, tangannya mendorong dada bidang Lexus.
“Menyingkir dariku, Lexus.” ucapnya dingin, berusaha tetap tenang meski pipinya memerah karena posisi yang begitu dekat.
Namun Lexus tidak bergeming, dadanya naik turun, kedua matanya menatap tajam pada wanita itu menolak melepaskan. Tangannya bertumpu di sisi kepala Anastasia, mengurungnya sepenuhnya.
“Tidak,” suara Lexus dalam dan berat. “Aku belum selesai denganmu.”
Anastasia mengerutkan kening, mencoba berpaling agar tak harus menatap sorot matanya. “Kaisar gila! Bangkitlah sebelum seluruh istana menyaksikan betapa rendahnya seorang kaisar merunduk di tanah.”
Lexus semakin mendekat, suaranya nyaris seperti bisikan namun penuh tekanan, “Kau sungguh berani… bahkan di saat seperti ini kau masih menantangku.”
Ia tidak bergerak sedikit pun, justru semakin medekat ke wajah Anastasia.
Anastasia mengerahkan tenaga, mendorong dada Lexus dengan kedua tangannya. “Lepaskan aku!” bentaknya, matanya menyala penuh amarah.
Lexus menatapnya, bibirnya melengkung tipis. “Kau pikir bisa memerintahku, Anastasia?”
Wanita itu tak menjawab tapi ia menendang kakinya ke sisi Lexus, membuat sang kaisar sedikit goyah. Dalam sekejap Anastasia memutar tubuhnya, berusaha melepaskan diri. Gerakannya cepat dan lincah, seperti seseorang yang terbiasa melindungi diri di alam liar.
Namun Lexus dengan refleks yang telah ditempa di medan perang, menahan pergelangan tangannya. Sekali gerak Anastasia kembali terjatuh ke tanah, terjerat di bawah tubuhnya lagi.
Nafas mereka sama-sama memburu.
“Berhenti melawan!” ujar Lexus datar, namun nadanya bergetar oleh sesuatu yang tak bisa ia kendalikan.
Anastasia menatapnya tajam, suaranya lirih namun menusuk, “Aku bukan milikmu dan bisa kau perintah sesukamu.”
Lexus menarik napas dalam. “Sayangnya dunia ini tak peduli pada keinginanmu, Putri Hutan. Kau adalah selir kaisar, milikku.” Ia menatap Anastasia lebih dalam.
Saat Kaisar menurunkan fokusnya, Anastasia mengangkat lututnya dan mendorong keras ke sisi tubuh Lexus. Sang kaisar terhuyung mundur, cukup bagi Anastasia untuk bangkit dan berdiri. Ujung gaunnya berlumur tanah, tapi tatapannya tetap tegak dan menantang.
Lexus bangkit perlahan, menepuk debu di jubahnya tanpa mengalihkan pandang. Untuk sesaat, keheningan menggantung di antara mereka, hanya terdengar suara burung-burung dan desir angin segar di taman.
“Kau memang liar,” ujar Lexus akhirnya, suaranya berat tapi tersirat kekaguman. “Mungkin benar… istana ini terlalu sempit untuk menahanmu.”
Anastasia hanya menatapnya tanpa gentar. “Atau mungkin kau yang terlalu takut menjinakkan sesuatu yang tak bisa kau kuasai.”
Lexus menatap tajam ke arah Anastasia, pupil matanya menyipit seperti binatang buas yang menilai mangsanya.
“Kalau begitu,” ujarnya dingin, “mari kita buktikan… siapa yang lebih kuat di antara kita.”
Belum sempat Anastasia menanggapi, tubuh sang kaisar sudah bergerak cepat. Langkahnya nyaris tanpa suara di atas tanah berembun, tapi udara di sekitar mereka seakan bergetar oleh tekanan kekuatannya. Ia menebas udara dengan lengannya, mencoba menangkap Anastasia.
Namun Anastasia melompat ke belakang dengan ringan, memutar tubuhnya di udara hingga gaun panjangnya berputar seperti sayap burung. Gerakannya lincah, terlalu cepat untuk ukuran wanita biasa. Ia mendarat di dahan rendah pohon ceri, menatap Lexus dari atas dengan senyum tipis penuh tantangan.
“Cepat,” katanya mengejek, “tapi belum cukup untuk menangkapku!”
Lexus mendengus, lalu dalam satu hentakan kaki, tanah di bawah kaki memijak retak. Ia melompat ke dahan dengan gerakan seperti panther mengincar buruannya. Anastasia menunduk, menghindar dengan gesit lalu berputar ke sisi lain. Krek! Dahan di mana Lexus menapak patah, ranting-ranting berjatuhan menghiasi sekelilingnya.
Dalam sekejap Anastasia sudah turun lagi ke tanah, lalu berlari mengitari taman. Lexus mengejar, langkahnya panjang dan mantap. Setiap kali tangannya hampir mencapai bahu Anastasia, wanita itu selalu melesat lebih cepat seperti angin.
“Berhentilah berlari,” seru Lexus.
“Aku tidak lari,” jawab Anastasia tanpa menoleh, “Aku hanya memastikan kau pantas jadi lawan.”
Seketika, Lexus mempercepat langkahnya. Dalam gerakan yang nyaris tak terlihat, ia menembus jarak antara mereka, menarik tangan Anastasia dari belakang. Sekali sentak, tubuh Anastasia berputar ke arahnya hingga punggungnya menempel pada dada sang kaisar.
Lexus membungkuk, hembusan napasnya berdesir di telinga Anastasia.
“Sudah cukup?” bisiknya dalam.
Anastasia menarik napas cepat, lalu tersenyum miring.
“Belum! Aku belum kalah.”
Dengan kecepatan mengejutkan ia menginjak kaki Lexus dan memutar tubuhnya, memanfaatkan kelengahan itu untuk membebaskan diri. Lexus tidak merasakan sakit, justru tersenyum samar.
“Menarik,” gumamnya pelan, “sangat menarik.”
Anastasia kembali menyerang, ia menendang tubuh Lexus. Tapi Sang Kaisar menangkap pergelangan kakinya dengan satu tangan, membuat langkahnya terhenti di udara.
“Jangan meremehkan aku,” ucapnya datar, mencoba menendang lagi dengan kaki satunya.
Namun Lexus menarik sedikit, cukup untuk membuat keseimbangannya hilang. Tubuh Anastasia berputar namun sebelum ia sempat jatuh, Lexus sudah mengangkatnya ke bahunya.
“Hei, turunkan aku!” serunya meninju punggung kaisar, tapi Lexus hanya melangkah maju tanpa sedikit pun terpengaruh.
“Berhenti memberontak! Kau sudah cukup membuat taman ini berantakan.”
“Lexus!” nada suaranya meninggi, namun sang kaisar tetap berjalan lurus menembus jalan setapak yang dipenuhi kelopak bunga ceri yang berjatuhan.
Beberapa pelayan yang lewat langsung menunduk dalam, tak berani menatap. Tak ada yang pernah melihat Kaisar Tiran membawa seorang wanita seperti itu.
“Ke mana kau membawaku?” tanya Anastasia, suaranya mulai datar lagi.
“Ke tempat di mana bahkan lidahmu tak bisa melawanku,” jawab Lexus tanpa ekspresi.
Anastasia terdiam, lalu mendecak pelan. “Kau tak tahu malu.”
“Dan kau terlalu berani.”
Ia tidak berhenti berjalan sampai bayangan mereka lenyap, meninggalkan taman yang masih berantakan oleh sisa pertarungan dua jiwa keras kepala itu. Dan... sepasang mata yang menatapnya dengan pandangan campur aduk.
btw siapa ya sir Wilhelm 🙏