NovelToon NovelToon
Menggapai Langit Tertinggi

Menggapai Langit Tertinggi

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Romantis / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan / Tamat
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: DANTE-KUN

Jiang Shen, seorang remaja berusia tujuh belas tahun, hidup di tengah kemiskinan bersama keluarganya yang kecil. Meski berbakat dalam jalan kultivasi, ia tidak pernah memiliki sumber daya ataupun dukungan untuk berkembang. Kehidupannya penuh tekanan, dihina karena status rendah, dan selalu dipandang remeh oleh para bangsawan muda.

Namun takdir mulai berubah ketika ia secara tak sengaja menemukan sebuah permata hijau misterius di kedalaman hutan. Benda itu ternyata menyimpan rahasia besar, membuka pintu menuju kekuatan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Sejak saat itu, langkah Jiang Shen di jalan kultivasi dimulai—sebuah jalan yang terjal, berdarah, dan dipenuhi bahaya.

Di antara dendam, pertempuran, dan persaingan dengan para genius dari keluarga besar, Jiang Shen bertekad menapaki puncak kekuatan. Dari remaja miskin yang diremehkan, ia akan membuktikan bahwa dirinya mampu mengguncang dunia kultivasi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 : Tawaran Yang Menggiurkan

Beberapa jam setelah tubuhnya tumbang karena kelelahan, Jiang Shen akhirnya membuka mata. Cahaya pagi menembus celah jendela kamar, membias di udara yang masih tercium aroma herbal. Kepalanya terasa berat, tubuhnya lemas, tetapi di genggamannya masih erat tersimpan Pil Awet Muda Tingkat 3.

Dengan tekad yang tersisa, ia bangkit perlahan. Setiap langkah menuju lantai bawah terasa berat, namun matanya menyala penuh semangat. Di ruang utama, ibunya—Jiang Yun—sedang duduk bersandar di kursi kayu, wajahnya masih terlihat pucat dengan rambut yang sebagian besar sudah memutih.

“Ibu …” suara Jiang Shen terdengar serak, tapi penuh kelembutan.

Jiang Yun menoleh, matanya melebar melihat wajah anaknya yang pucat pasi. “Shen’er! Kau terlihat sangat lelah … apa kau baik-baik saja?” tanyanya cemas, hendak bangkit tapi tubuhnya sendiri masih lemah.

Jiang Shen tersenyum, meski darah kering masih menempel di sudut bibirnya. “Ibu jangan khawatir … aku hanya kelelahan. Tidak ada yang perlu ibu cemaskan. Aku … sudah berhasil membuat sesuatu untukmu.”

Tangannya perlahan membuka, memperlihatkan pil bercahaya lembut itu. Cahaya keperakan dari pil tersebut seolah menerangi seluruh ruangan, menghadirkan kehangatan yang bahkan bisa dirasakan tanpa disentuh.

“Ibu, segera telan pil ini. Energi di dalamnya akan memulihkanmu.”

Jiang Yun terdiam, hatinya bergemuruh. Ia tahu betapa sulitnya membuat pil semacam ini, apalagi Jiang Shen masih begitu muda. Namun tatapan tegas anaknya membuatnya tak sanggup menolak. Dengan tangan gemetar, ia mengambil pil itu, menatapnya sejenak, lalu melahapnya perlahan.

Begitu pil itu masuk ke tubuhnya, aliran energi vitalitas langsung menyebar ke seluruh jiwanya. Rasa hangat yang menenangkan membanjiri setiap saraf, setiap tetes darah, hingga setiap helai rambutnya. Penyakit aneh yang selama ini mengikis jiwanya—perlahan menghilang, seakan disapu oleh cahaya kehidupan yang baru.

Rambut hitamnya kembali tumbuh, menyingkirkan helai-helai putih yang selama ini membuatnya tampak renta. Kulit wajahnya yang sebelumnya pucat dan menua kini kembali kencang dan bercahaya, kecantikannya mekar kembali seakan ia kembali ke masa kejayaannya—seorang wanita di usia 30-an yang memancarkan pesona lembut dan penuh kasih sayang.

Jiang Yun terkejut. Ia menyentuh wajahnya sendiri, menatap telapak tangannya yang kini berisi energi kehidupan yang baru. Air matanya jatuh deras.

“Shen’er … ini … ini … mustahil … bagaimana kau bisa…” suaranya bergetar hebat, lalu ia tak tahan lagi. Tubuhnya langsung bergerak, memeluk Jiang Shen erat-erat. “Terima kasih, anakku … terima kasih … kau telah memberikan ibu kehidupan yang baru.”

Pelukan itu begitu erat, penuh emosi yang terpendam bertahun-tahun.

Namun Jiang Shen, dengan suara bergetar karena menahan haru, membalas pelukan itu. “Ibu … seharusnya aku yang berterima kasih. Selama ini … ibu sudah bekerja keras untuk membesarkanku, meski hidup kita penuh penderitaan. Jika bukan karena ibu, aku tidak akan sampai sejauh ini. Semua yang kulakukan … adalah untuk ibu.”

Tangis pun pecah di ruangan itu. Jiang Yun menangis bahagia, sementara Jiang Shen menatap langit-langit rumah dengan mata yang memerah—merasakan untuk pertama kalinya, dunia ini tidak sepenuhnya kejam, karena ia masih memiliki seseorang yang benar-benar berarti untuknya.

Cahaya pil yang masih tersisa di tubuh Jiang Yun memantul di ruangan itu, seakan menegaskan bahwa momen ini bukan hanya keajaiban, melainkan titik balik kehidupan keluarga kecil mereka.

...

Sore itu, langkah Jiang Shen pelan namun mantap menyusuri jalanan pusat kota. Tujuannya sederhana—kamar dagang. Ia hendak membeli beberapa tanaman herbal untuk membuat pil peningkatan Qi.

Namun, sebelum sampai ke tujuan, jalan yang ia lewati tiba-tiba dipenuhi oleh sebuah rombongan besar. Orang-orang itu berpakaian rapi dengan jubah biru keperakan yang berkilau di bawah cahaya sore, aura mereka menekan orang-orang sekitar hingga jalanan menjadi lebih hening dari biasanya.

Dari tengah rombongan itu, seorang pria tua dengan janggut putih panjang dan sorot mata tajam melangkah maju. Tubuhnya kurus, namun aura pedang yang melingkupinya membuat orang-orang di sekitar seolah merasakan bilah tajam yang siap menghunus kapan saja. Dialah Tetua Yu dari Sekte Pedang Langit—salah satu sekte terbesar dan paling bergengsi di kota Jinan itu.

“Apakah engkau yang bernama Jiang Shen?” suara Tetua Yu dalam dan tenang, tapi mengandung tekanan tak kasat mata.

Jiang Shen sedikit terkejut. Ia tidak menyangka perjalanannya ke kamar dagang akan berubah menjadi sesuatu seperti ini. Namun, ia segera menenangkan diri dan menundukkan kepala dengan hormat.

“Benar, saya Jiang Shen.”

Tetua Yu mengangguk dengan senyum kecil. “Kebetulan sekali. Mari, anak muda, kita berbincang sejenak. Ada hal penting yang ingin kubicarakan.”

Tanpa memberi banyak pilihan, Tetua Yu mengisyaratkan untuk masuk ke sebuah restoran terdekat. Jiang Shen hanya bisa mengikuti, meski dalam hatinya ia sudah bisa menebak arah pembicaraan ini.

Di dalam restoran, meja paling mewah langsung dipesan. Rombongan Tetua Yu duduk berjejer, namun hanya ia dan Jiang Shen yang benar-benar menjadi pusat perhatian.

“Anak muda, aku sudah melihat penampilanmu di turnamen beberapa hari lalu,” Tetua Yu memulai sambil menuang teh ke cangkir Jiang Shen. “Teknik pedangmu luar biasa. Di usiamu yang masih belia, sudah bisa mencapai tahap yang begitu matang … jarang sekali ada bakat seperti itu.”

Jiang Shen hanya tersenyum kecil. “Tetua terlalu melebih-lebihkan.”

Tetua Yu melanjutkan dengan nada yang lebih serius. “Jiang Shen, Sekte Pedang Langit selalu terbuka untuk talenta sejati. Jika engkau mau, aku bersedia menjadikanmu murid pribadiku. Semua sumber daya sekte, teknik pedang terbaik, bahkan kesempatan untuk masuk ke ruang pelatihan inti akan kuberikan padamu. Bagaimana?”

Ucapan itu jelas menggiurkan. Seorang kultivator muda mana pun akan menganggap tawaran semacam ini sebagai berkah dari langit. Menjadi murid seorang tetua dari Sekte Pedang Langit berarti jalan menuju kejayaan terbuka lebar.

Namun, Jiang Shen hanya menatap cangkir tehnya. Ia teringat masa lalu—dirinya yang miskin, tanpa harapan, tanpa sumber daya. Jika saat itu ada tawaran seperti ini, ia pasti langsung berlutut dan menerima tanpa pikir panjang.

Tapi sekarang … semua berbeda. Dengan warisan ingatan Sesepuh Hun Zhen, ia memiliki teknik kultivasi, ilmu pedang, dan bahkan pengetahuan alkimia yang tak ternilai. Ia tidak lagi membutuhkan sekte untuk memberinya jalan.

Mengangkat kepalanya, Jiang Shen menatap Tetua Yu dengan tatapan mantap. “Tetua, tawaran ini sungguh suatu kehormatan besar bagiku. Namun, saat ini … aku lebih memilih melatih diriku sendiri. Aku ingin berjalan dengan kakiku sendiri, tanpa aturan yang membatasi.”

Tatapan Tetua Yu berubah sedikit kaget, lalu menipis menjadi senyum samar. “Jadi … engkau sudah memiliki guru?” tanyanya, seolah menguji.

Jiang Shen tidak ragu untuk berbohong. “Benar. Aku sudah memiliki seorang guru yang membimbingku. Karena itu, aku tidak bisa menerima tawaran Tetua.”

Keheningan sesaat menyelimuti meja. Beberapa murid Sekte Pedang Langit yang ikut hadir saling berpandangan, seolah heran ada anak muda yang berani menolak tawaran sebesar itu.

Namun, Tetua Yu justru terkekeh kecil. “Hm … aku mengerti. Kalau begitu, aku tidak akan memaksamu.” Ia merogoh lengan jubahnya dan mengeluarkan sebuah token emas berukir pedang yang memancarkan cahaya halus. Dengan satu gerakan ringan, ia meletakkannya di hadapan Jiang Shen.

“Ini adalah token milikku. Jika suatu hari engkau berubah pikiran, bawalah token ini ke gerbang Sekte Pedang Langit. Kau akan diterima dengan tangan terbuka, dan aku sendiri yang akan menyambutmu.”

Jiang Shen menatap token itu sejenak, lalu mengangguk hormat sambil mengambilnya. “Aku berterima kasih, Tetua Yu. Tawaranmu akan selalu kuingat.”

Di balik sikap tenangnya, Jiang Shen tahu satu hal pasti: ia sudah mengambil jalan berbeda. Jalan yang akan ditempuh dengan kebebasan, meski penuh rintangan. Dan itulah yang membuat hatinya berdebar—karena jalan itu sepenuhnya miliknya.

1
Ani Sumarni
Lanjut 👍👍
YANI AHMAD
tersengat listrik ?? 😄😄😄🤣🤣🤣
Fitri Ayu
ternyata pertandingan acak, tiba2 langsung no urut 75
Fitri Ayu
bahasanya jadi bhs gen z ya
Ani Sumarni
Terus bantai para penjaga Istana Kerajaan Fhoniks Rajanya Ming Tianlong dan kedua Putranya ayo cepat Jiang Shen Hancurkan semuanya
Ani Sumarni
Jiang Shen benar benar nekad segala sesuatu yang menjadi tujuan pingin
Segera cepat selesai memang bagus
Tidak ingin melibatkan orang banyak
Yang akan menjadi korban
Tapi itu juga demi kepentingan umum
Masyarakat/Warga Kota/Rakyat Kerajaan Fhoniks biar hidup Tentram
Damai sejahtera dalam kehidupannya
Tidak tertindas/Tertekan oleh aturan
Kekuasaan Sang Penguasa
Kasian Ling Xuenyin lagi pula Jiang Shen kan punya banyak Sekutu Kuat
Klan Aliran putih pasti mereka juga akan membantunya
Ani Sumarni
Mei Mei masih beruntung tak langsung di bunuh oleh Jiang Shen
Tetapi Jiang Shen meminta Mei Mei
Sebagai Kompensasinya sebagai tanda penyesalan telah melakukan
Kesalahan/Penghianatan Sekarang Mei Mei harus mencari informasi tentang gerak gerik Apa yang dilakukan keluarga Raja Ming Tianlong dan para bawahannya Mei Mei harus melaporkanya Ke Jiang Shen (Papiliun Mata Terbit)
Ani Sumarni
Hampir semua orang/pelayan /Tuan
Tuan Rumah, Kantor, sebelum melayani Pembeli, Nasabah melihat dulu,penampilan kalau berdasi bawa Koper manggut2 sambil bicara ada yang bisa saya bantu/mau beli apa???
Tapi kalau lihat penampilan lusuh yang di tengteng di tangan kantong plastik kayaknya enggan berdiri/bertanya dunia dunia 🤭🤭sebegitu kah gak tau siapa yang datang itu 😄
Ani Sumarni
Lanjut
Tetap semangat💪💪 Author
Salam sehat sukses selalu Aamiin
Ani Sumarni
Karna keputusasaan Raja Tianlong
Mengadakan perekrutan/mengadakan Sayembara dengan iming2 yang menggiurkan siapa saja yang ikut bergabung perang Melawan/membunuh Jiang Shen akan di kasih kedudukan dan Koin Emas/Hadiah yang melimpah
Ani Sumarni
Sekarang Giliran Jiang Shen untuk menumpas Pohon Utamanya cabangnya sudah dipangkas tinggal
Biang kerok Pemimpin Utamanya Raja Tianlong Lengser dari Tahtanya
Ani Sumarni
Bagus sudah saatnya Klan Ming/Raja
Tianlong Lengser dari kekuasaanya
Digantikan dengan Era Baru
Pemimpin yang benar benar memajukan mensrjahterakan Rakyatnya dan dari masa penindasan
Orang2 yang berkuasa yang mementingkan kepentingan pribadi Jiang Shen Cocok menjadi Raja Fhoniks untuk massa depan lagi pula
Masih Keturunan dari Raja Fhoniks terdahulu 👍👍⭐⭐⭐⭐⭐
Ani Sumarni
Hehehe Ling Xuenyin Egonya Tinggi
Shok jual,mahal pura2 acuh padahal
Xuenyin selalu berharap dengan Jiang Shen
Ani Sumarni
Lanjut
Ani Sumarni
Sudah Jiang Shen Teutua satu habisi
Saja dan Ambil semua Cincin ruang
Cincin penyimpanan Harta Pusaka
Dan barang lain termasuk Herbal dan Koin Emasnya hehehe sikat semua untuk memperbaiki bangunan/Papiliun Mata Terbit yang rusak
Ani Sumarni
Balik badan Jiang Shen
Bunuh Tujuh Tetua Klan Ming itu
Jangan diberi kesempatan untuk hidup ke dua kalinya
Xiao Suhend
Kok gak pernah keliatan lagi anak Kesayangan patrick hong
Ani Sumarni
Lanjut
Ani Sumarni
Semangat Jiang Shen dan Lin Xuenyin 💪💪kalian pasti bisa berhasil mengatasinya
Bingwen dan 103Orang,Mendo,akan dengan penuh keyakinan percaya pada kalian berdua
Xiao Suhend
udah kayakk Qinmu aja keturunan kaisar pertama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!