NovelToon NovelToon
SNIPER CANTIK MILIK TUAN MAFIA

SNIPER CANTIK MILIK TUAN MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Mafia / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rizky Handayani Sr.

Olivia Xera Hilson, gadis cantik dan berwibawa yang tumbuh dalam bayang-bayang kekuasaan, terpaksa menerima tawaran pernikahan dari Vincent Lucashe Verhaag seorang pria karismatik sekaligus pewaris tunggal keluarga bisnis paling berpengaruh di Amerika.
Namun di balik cincin dan janji suci itu, tersembunyi dua rahasia kelam yang sama-sama mereka lindungi.
Olivia bukan wanita biasa ia menyimpan identitas berbahaya yang dia simpan sendiri, sementara Vincent pun menutupi sisi gelap nya yang sangat berpengaruh di dunia bawah.
Ketika cinta dan tipu daya mulai saling bertabrakan, keduanya harus memutuskan. apakah pernikahan ini akan menjadi awal kebahagiaan, atau perang paling mematikan yang pernah mereka hadapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky Handayani Sr., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Kakek sudah dimakamkan dengan layak pemakaman yang sangat tertutup, hanya dihadiri beberapa kerabat dekat Vincent. Semua dilakukan diam-diam, karena pelakunya masih belum ditemukan.

Begitu mengantar Olivia pulang, Vincent berpamitan.

“Aku akan pergi. Mungkin pulangnya larut. Jangan tunggu aku makan malam,” ucapnya pelan.

Olivia paham suaminya sedang berduka dan memilih tidak memaksanya bercerita.

“Baiklah… jaga dirimu,” jawabnya lembut.

Vincent hanya mengangguk, lalu pergi bersama Louis. Mobil hitam itu meluncur meninggalkan mansion, membawa amarah dan duka yang belum sempat ia kubur.

* * * *

Dua puluh menit kemudian, Vincent tiba di markas. Anak buah berjajar memberi hormat, namun pria itu hanya menatap datar dan berjalan masuk.

Di ruang rapat inti, ketiga sahabatnya Max, Louis, dan Domanic sudah menunggu.

“Kami menemukan pemilik mobil itu. Namanya Dani, anggota gangster kelas rendah,” ujar Max.

“Tangkap dia secepatnya,” sahut Vincent dingin.

Domanic menghela napas. “Tapi ada yang janggal, Vin. Kakek tidak punya urusan dengan gangster murahan begitu.”

“Betul,” tambah Louis. “Dan peluru yang menembus tubuh kakek adalah peluru sniper. Ini terlalu rapi untuk kerjaan gangster.”

Vincent menyilangkan tangan. “Seret dia ke sini. Kita akan tahu siapa yang menggerakkannya.”

“Baik. Tim tinggal eksekusi penangkapan,” jawab Max.

Setelah itu Louis bergumam berat. “Vincent… soal Stave. Dia mengirim uang, tapi cuma seperempat dari kerugian kita.”

Jawaban itu membuat amarah Vincent melonjak.

“Brengsek itu pikir ini permainan? Katakan padanya kirim semua yang harus dia bayar. Kalau tidak… aku sendiri yang akan mengambilnya.” Suaranya rendah, dingin, mengancam.

Louis mengangguk. “Baik… akan kusampaikan.”

Untuk menghindari pikirannya terus kembali pada kematian sang kakek, Vincent menghabiskan waktu dengan latihan menembak dan mengawasi operasional. Tapi duka itu tetap menempel seperti bayangan.

* * * *

Sementara itu, Olivia memandangi layar iPad dengan kening mengernyit. Ia berhasil membobol CCTV kantor, mencari siapa yang mengambil peluru itu.

Satu-satunya wajah yang muncul Eiden.

Dia pulang paling terakhir malam itu.

“Itu tidak mungkin…” batin Olivia namun ia teringat akurasi Eiden. Titik tembak tepat di jantung… gaya seorang sniper profesional.

Dan setelah itu, CCTV mati total.

Ia merasakan perutnya menegang. Ada sesuatu yang tidak beres.

Ia langsung menghubungi Erica.

“Hallo Erica.”

“Hallo, ada apa sayang?”

“Kamu lembur hari Rabu kemarin? atau kamu tau siapa yang lembur?”

“Tidak. Aku pulang jam lima. Tapi… mobil Eiden masih ada. Mungkin dia lembur.”

Olivia memejamkan mata.

“Erica… tolong jangan beritahu siapa pun aku tanya ini.”

“Tentu. Kamu baik-baik saja? Kapan masuk kerja?”

“Mungkin besok.”

Setelah telepon ditutup, Olivia kembali gelisah.

“Kalau itu Eiden… siapa yang memerintah? Kenapa kakek Vincent?”

Sebelum sempat menyimpulkan apa pun, suara tangis Valerie pecah dari kamar.

“Ada apa, Sus?” Olivia berlari panik.

“Sepertinya Nona Valerie demam, nyonya. Badannya panas sekali.”

Jantung Olivia seperti diremas. Ia menggendong Valerie yang kecil dan lemah.

“Kita ke rumah sakit. Sekarang.”

Sopir segera menghidupkan mobil. Olivia menahan Valerie erat-erat, suaranya gemetar.

“Tenang ya sayang… mama di sini.”

* * * *

Di tempat lain, Dani sudah bersiap kabur lewat pelabuhan. Ia mengira semuanya selesai setelah melapor pada Mark. Tapi Mark mengingkari janji dan hanya memberikan uang receh.

Tiba-tiba ada ketukan pintu. Seorang pria kurir berdiri di luar.

Dani membuka tanpa curiga.

Detik berikutnya, sebuah pukulan keras mendarat di lehernya. Dunia gelap.

Tim Vincent menyeretnya keluar dan membakar rumahnya tanpa jejak.

“Target sudah didapat, Tuan,” laporan anak buah pada Max.

“Bagus. Bawa kemari. Hanguskan rumahnya.”

* * * *

Max segera ke belakang, mendapati Vincent sedang menembak sasaran.

“Mereka sudah menangkap pria itu.”

Vincent mengangguk. Sebelum bicara lagi, ponselnya berdering, Olivia.

“Hallo?”

“Vin… Valerie masuk rumah sakit. Dia harus dirawat…” suara Olivia bergetar, panik.

Wajah Vincent langsung berubah. Dingin itu runtuh.

“Aku ke sana sekarang.”

“Vin?” tanya Max.

“Kalian urus Dani. Anak ku masuk rumah sakit.”

Max terpaku. “…anak? Dia benar-benar berubah.”

* * * *

Tiga puluh menit kemudian, Vincent masuk ke ruang perawatan. Ia melihat Olivia duduk, mata sembab.

“Ada apa?” tanyanya lembut.

“Valerie demam… mereka menginfusnya…” suara Olivia pecah.

Vincent mendekat, matanya melembut melihat Valerie yang terbaring kecil dengan selang infus.

“Tenang. Dia akan sembuh,” katanya.

“Aku takut… Valerie tadi panas sekali… aku tidak tahu harus apa…” Olivia menangis.

Air matanya jatuh satu per satu.

Vincent menggenggam tangannya.

“Dia bayi yang kuat. Aku yakin Valerie akan baik-baik saja.”

“…apa aku ibu yang buruk?” bisik Olivia lirih.

Vincent menatapnya lama, lalu menggeleng perlahan.

“Kamu ibu yang baik, Olivia. Sangat baik. Valerie beruntung punya mama sepertimu.”

Nada suaranya tetap datar, tapi ada ketulusan yang tidak bisa disembunyikan.

Olivia langsung menangis lagi, dan kali ini Vincent menariknya ke dalam pelukan.

Ia tidak tahu bagaimana rasanya menjadi seorang ibu… tapi ia tahu, Olivia sudah berusaha sekuat yang ia mampu.

1
Murni Dewita
gantung thor
Murni Dewita
double up thor
Rizky Handayani Sr.: ok kak, padahal uda double² up ni 🫠
total 1 replies
Murni Dewita
jodoh mu
Murni Dewita
👣👣👣
partini
wah kakek pintar juga yah
partini
menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!