Malam Ulang Tahun Pearly Hazel Willfred yang ke lima belas, menjadi malam yang tak akan terlupakan baginya. Seorang gadis lain datang dan mengaku sebagai putri kandung Keluarga Willfred.
Pearl pun kembali pada keluarga aslinya tapi kembali melarikan diri, hingga ia bertemu kembali dengan sosok pria yang selalu ia dekati di sekolah.
Alexander Marshall, menjadi sosok penolong bagi Pearl dan juga seorang ketua geng motor. Dengan bantuan Alex, Pearl kembali ke sekolah, tanpa mengetahui sosok sebenarnya dari seorang Alex.
* note : ini adalah novel misi dari NT. Alur cerita tiap bab berasal dari pihak NT, author hanya membantu mengembangkan melalui narasi dan percakapan, juga disesuaikan dengan latar belakang yang diambil oleh author. Terima kasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERTEMUAN
Pearl sudah ada di klub malam lebih cepat hari ini. Waktu baru menunjukkan pukul lima sore, tapi ia sudah tiba. Pearl ingin mengganti waktu kerjanya kemarin dengan membantu membersihkan meja meja, serta mencuci beberapa gelas.
"Dasar, jiwanya memang jiwa rendahan. Lihat saja cara kerjanya," Bella masih saja menghina Pearl sambil terus berbisik bisik dengan beberapa rekan kerjanya.
Pearl hanya bisa menghela nafasnya pelan dan tak menggubris hal itu. Ia tak ingin mencari masalah dengan Bella yang merupakan bintang di klub malam itu. Madam Olive tentu akan lebih membela Bella karena uang yang Bella hasilkan akan jauh lebih banyak dari dirinya. Pearl pun melanjutkan pekerjaannya, tanpa menoleh.
Tepat pukul tujuh malam, beberapa orang berseragam polisi terlihat memasuki klub malam. Para wanita di sana langsung bergerak sedikit mundur karena takut bila terjadi penggeledahan pada mereka.
Pihak keamanan klub malam tersebut pun berdiri agak depan untuk membantu para polisi tersebut, "Kami mencari wanita bernama Pearl."
Mendengar namanya disebut, jantung Pearl seakan berhenti berdetak. Ia yang awalnya sedang membersihkan meja, langsung menoleh karena Bella dan beberapa rekan kerjanya langsung menunjuk ke arahnya. Pearl menghela nafasnya pelan dan berusaha agar tak terlihat takut.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Pearl.
"Kami akan membawa anda ke kantor polisi karena keterlibatan anda dalam pembunuhan di XX Street semalam," jawab polisi itu menegaskan.
Jantung Pearl langsung berdetak dengan cepat, tapi sebisa mungkin ia menetralkannya agar tak terlihat di wajahnya. Ia tak pernah menyangka bahwa perkelahian semalam sampai menyebabkan korban jiwa. Ia ingat, sampai ia pergi dari gang kecil itu, para pria yang terjatuh bergeletakan tidak bangun sama sekali. Ia menarik nafas dalam kemudian membuangnya perlahan.
"Anda harus ikut dengan kami, Nona," ucap polisi itu.
"Apa anda memiliki bukti untuk ini, Tuan?" tanya Pearl. Ia tak ingin bermasalah dengan hukum. Hidupnya sudah kacau dan ia tak ingin menambahnya lagi.
Salah satu polisi itu berbisik padanya dan akhirnya mengajak Pearl berbicara di salah satu kursi di sana. Pearl menceritakan bahwa ia berada di gang kecil itu karena merasakan sakit di kepalanya. Ia tak kuat berjalan dan memilih untuk duduk di sana sebentar.
"Kami memiliki rekaman CCTV di sana," ujar polisi itu.
"Kalau begitu pasti anda bisa melihat kalau saya tidak melakukan apapun dan hanya duduk duduk saja. Apa saya melakukan sesuatu hingga menyebabkan terjadinya pembunuhan?" tanya Pearl.
Polisi itu tak dapat membuktikan keterlibatan Pearl dalam hal ini, hingga akhirnya mereka pun segera pergi dari klub malam itu. Pearl menghela nafasnya lega karena berhasil membuat para pria berseragam polisi itu pergi meninggalkan klub malam tempatnya bekerja. Setelahnya, Pearl segera pergi ke ruang khusus pegawai untuk mengganti pakaiannya karena sudah ada beberapa pelanggan klub malam yang datang.
Pearl keluar dari dalam ruang khusus pegawai yang biasa digunakan untuk berganti pakaian. Malam ini, Pearl terlihat lebih percaya diri. Ia melangkah dengan sepatu high heels yang baru ia beli. Beberapa rekan kerjanya melihat ke arah Pearl, terutama Bella yang tak suka dengan keberadaan Pearl.
Bella bersama rekan rekan kerjanya yang lain berkasak kusuk tentang klub malam mereka yang didatangi oleh pihak kepolisian. Mereka dengan sengaja menyebut nama Pearl dengan kencang dan menertawakannya.
"Baru kerja di sini, sudah berurusan dengan polisi. Apa jangan jangan kamu itu seorang kriminal?" tanya Bella.
"Dia bukan kriminal, Bel. Mungkin ia seorang sugar baby yang merampok uang sugar daddy nya. Oleh karena itu bisa jadi ia membunuh para pengawal sugar daddy nya," mereka dengan sengaja dan tepat di depan mata Pearl, menertawakannya.
"Bicaralah sebanyak dan sebebas yang kamu inginkan, aku tidak peduli. Kalau sampai kalian macam macam, aku akan membunuh kalian dengan tanganku sendiri. Aku tak pernah main main. Bahkan polisi saja tak bisa menangkapku kan?" Pearl yang tak suka dengan ucapan Bella dan rekan rekan kerjanya pun mengancam balik mereka.
"Kami tidak takut sama sekali denganmu, Pearl. Kamu hanya anak ingusan kemarin sore. Kami juga bisa membuatmu ditendang dari klub malam ini," ujar Bella.
"Kalau begitu lakukan saja, tapi aku tak tahu sampai kapan nyawa kalian akan bertahan."
"Ah tamuku sudah datang, aku ke sana dulu," salah satu rekan kerja Bella pun pergi dari sana saat melihat pelanggannya tiba.
Bella dan rekan rekannya berusaha tak takut. Mereka menampilkan sikap percaya diri, tapi akhirnya segera pergi dari hadapan Pearl dengan berbagai alasan. Hal itu membuat Pearl tertawa sinis dan yakin kalau Bella dan rekan rekannya merasa takut akan ancamannya. Pearl akhirnya kembali bekerja. Ia berdiri di dekat meja bartender karena ia hanya ingin bekerja membawakan minuman saja, tanpa melayani pelanggan.
Saat ia sedang duduk menatap ke sekeliling, matanya menangkap sosok seseorang yang semalam ia lihat di dalam gang kecil, tempat terjadinya perkelahian.
"Dia di sini? Mengapa ia tak datang saat tadi polisi datang. Seharusnya ia yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi. Gara gara dirinya, rekan rekan kerjaku semakin memandang rendah diriku dan dengan mudahnya mencari masalah denganku," gumam Pearl.
Pearl kembali menoleh ke arah pria itu dan terlihat ia tengah duduk dikelilingi oleh beberapa orang dengan pakaian serba hitam.
"Dasar sombong!" batin Pearl dalam hati.
Pearl mengambil nampan dan menyiapkan beberapa botol minuman yang rencananya akan ia tawarkan pada beberapa orang pelanggan di sana. Dari penjualan minuman itu, ia mendapatkan komisi dari Madam Olive, serta tip dari pembeli.
"Pearl, antarkan minuman ini ke meja pojok yang ada di sana," ujar bartender itu.
"Yang di sana?" tanya Pearl lagi untuk memastikan.
"Ya, yang ada di dekat tiang itu," jawab bartender menegaskan.
Pearl membawa nampan itu ke arah meja yang berada di pojok, persis di dekat sebuah tiang. Ia berjalan dengan hati hati karena tak ingin minuman yang ia bawa sampai terjatuh.
"Pesankan aku minuman yang biasa, Pain." (Baca : Pein)
"Baik, Al."
Pain bergerak menuju meja bartender karena hanya dirinya yang tahu dengan pasti apa kesukaan sahabatnya itu. Sementara sahabatnya itu pergi ke meja bartender, matanya menelisik dan menangkap sosok yang mencuri perhatiannya.
"Pain," Pain yang mendengar atasannya memanggil langsung menoleh karena ia belum melangkah terlalu jauh. Dengan dagunya, ia memberi tanda dan Pain langsung mengerti.
Pain melangkah mendekati Pearl yang baru saja ingin melangkah kembali ke meja bartender. Ketika matanya menangkap sosok seorang pria yang melihat ke arahnya dan ia tahu siapa itu, Pearl langsung pura pura tak melihat dan memutar tubuhnya.
"Aku harus segera pergi dari sini," batin Pearl.
🧡 🧡 🧡