Benar kata peribahasa.
Kasih Sayang Ibu Sepanjang Masa, Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah. Itu lah yang terjadi pada Bu Arum, Ibu dari tiga orang anak. Setelah kematian suami, ketiga anaknya malah tidak ada yang bersedia membawa Bu Arum untuk tinggal bersama mereka padahal kehidupan ketiganya lebih dari mampu untuk merawat Ibu mereka.
Sampai akhirnya Bu Arum dipertemukan kembali dengan pria di masa lalu, di masa-masa remaja dulu. Cinta bersemi meski di usia lanjut, apa Bu Arum akan menikah kembali di usianya yang sudah tak lagi muda saat ia begitu dicintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Tak Bisakah Kamu Mulai Melihatku?
Indonesia.
Lima bulan pasca meninggalnya Pak Agam, penyelidikan tentang kecelakaan yang disengaja pada Pak Agam menemukan titik temu. Ahmad dibantu oleh Bastian juga dibantu El Zero menemukan pelakunya, yang tak lain adalah Halim.
Halim dibawa ke hadapan mereka bertiga, dia akan di interogasi sebelum akhirnya akan diserahkan pada pihak berwajib.
"Katakan! Apa salah Ayah sama kamu bajingaan...!!!"
Bugh!
Ahmad menoonjjok perut Halim untuk kesekian kalinya, dia sangat marah Ayah kedua baginya harus meninggal dalam kematian yang disengaja. Ia akan terima dengan lapang dada jika sang Ayah sambung meninggal karena penyakit, namun tidak dengan cara dibunuh.
"Uhukkkk...." Darah menyembur dari mulut Halim, "Aku udah bilang! Aku terlambat membunuh Pria tua itu! Dia menghancurkan perusahaan ku demi membalas pengkhianatan ku sama Yasmin! Aku ingin membunuhnya karena dia lah aku kehilangan Yasmin dan seluruh hartaku...! Dia pantas mati!"
Bugh!
Kali ini El Zero lah yang menendaang tubuh Halim sampai tubuh lelaki itu tersungkur ke lantai.
"Jaga bacooot Luh, bedebahhhh...!!! Om Agam adalah orang baik! Dia hanya ingin membalas sakit hati putrinya yang sudah kau khianati! Kau hanya pecundang menyedihkan yang menyalahkan orang lain atas hasil dari perbuatan mu sendiri...!"
Bugh!
Bugh!
"MATI SAJA....!!!" El masih terus menendaang tubuh Halim, sampai akhirnya Halim tak sadarkan diri.
Bastian dan Ahmad saling melempar lirikan, ternyata El lebih kejam dari mereka berdua.
"El, kalau kamu nanti jadi suami Shanum. Jangan sekali-kali gunain kekuatan dan kemarahan mu ini pada adikku ya! Dia__"
"Tenang aja! Aku akan kejam hanya pada orang-orang yang pantas mendapatkan nya, seperti bedebahhhh ini dan tentunya si Banjingaaan Doni...!!"
"Kita apain nih orang?" tanya Bastian.
"Kurung aja! Aku belum puas nyikssa dia!" Ujar El.
"Ya udah! Biarin dia disini dijaga anak buah kamu, El."
"Oke!"
"Aku pulang ya, Yasmin dari tadi telepon terus nanyain kapan aku pulang dari sini." Bastian menepuk pundak adik iparnya.
"Titip salam sama Teteh, jaga kandungan nya baik-baik. Trus bilang, jangan takut ketemu mantan suaminya lagi... katakan, mungkin aja Bang Halim udah mati."
Bastian tergelak, dia melihat wajah Halim yang babak belur dan mungkin Ahmad benar jika nyawa Halim tak akan tertolong jika terus-menerus tak mengaku telah membunuh Ayah mertuanya. Tentunya, mati di tangan El Zero!
.
.
.
Cambridge.
Izy baru selesai kuliah, ia tinggal di salah satu apartemen di kota tempatnya berkuliah. Jarak dari apartemen ke Universitas lumayan dekat. Untungnya selama tinggal bersama Bu Arum dan Shanum selama tiga tahun, ia mulai belajar memasak apalagi cita-citanya sempat ingin menjadi istri idaman untuk Ahmad. Ia pun kini terbiasa hidup mandiri. Kini, ia mulai menghapus perasaannya dan lebih fokus untuk kuliah s2 nya.
Ting tong.
Izy baru saja membuka sepatu, saat bel pintu berbunyi.
"Siapa?" merasa belum banyak teman dan belum ada yang dia ajak ke apartemennya, Izy harus berhati-hati meski dia jago melindungi dirinya sendiri.
Izy mengintip dari luubaang di pintu, hanya ada buket bunga mawar merah besar yang menghalangi wajah si pembawa buket.
"Siapa?! Maaf, tapi saya tidak menerima tamu yang tidak mau memberitahukan identitas nya!" Ucap Izy masih dengan berbahasa inggris, bahasa umum untuk semua negara yang berkuliah di kota Cambridge.
"Ini aku, Elang-mu..."
Dih, Elang-mu katanya! Izy terkekeh geli dengan kepercayaan diri yang tinggi dari sahabat prianya itu.
Cklek.
"Ck! Kenapa nggak angkat telepon dariku selama lima hari ini! Aku harus terbang kesini menyusul mu, kan!" Elang cemberut seraya berjalan masuk dengan memegang buket bunga, padahal sebelum pergi Izy berjanji akan sering memberi kabar pada sahabatnya itu.
"Banyak cogan disini! Seketika gue lupa punya sahabat ganteng kayak Lo Bang!" Izy lalu tertawa melihat wajah cemburu dari sahabatnya itu.
"Aku udah minta pindah kuliah kesini ke Papa! Minggu depan aku pindah ke apartemen di sebelah mu!"
"What???!!" Izy sampai speechless.
"Demi kamu, aku akan selalu berada dimana pun kamu berada Zyzy...!"
"Uang emang segalanya! Lihatlah! Lo mudah banget dapet apartemen disini padahal gue kesulitan!"
"Power is money!" ucap Elang bangga.
"Woi! Bangga itu kalau udah hasilin cuan sendiri!" ledek Izy.
"Aku juga berkontribusi banyak buat perusahaan Papa! Misalnya jadi model Perusahaan, aku jual tampangku yang kece ini...!" ucapnya seraya bergaya bak model.
"Dasar Narsis!" dengus Izy.
"Bukan narsis Baby! Tapi itu real! Fakta...!"
Elang berjalan ke arah vas bunga di atas meja, ia memasukan tangkai bunga mawar ke dalam vas satu persatu.
"Aku laper, masakin aku Zy..."
"Gue belum belanja!"
"Delivery order aja!"
"Oke!"
Setelah memesan lewat aplikasi, Izy dan Elang membuka snack sambil menunggu makanan datang. Keduanya duduk di sofa bersisian, seraya membuka sosial media mereka.
Saat Izy membuka salah satu sosial medianya, tiba-tiba saja matanya berkaca-kaca dan Elang melihatnya. Laki-laki itu penasaran, dia pun ikut melihat foto yang sedang dipandangi oleh Izy dengan tatapan nanar.
Astaga! Bang Ahmad udah punya cewek?! Batin Elang.
Di dalam postingan yang Ahmad share, ternyata itu adalah foto saat Ahmad di restoran bersama El Zero, Shanum dan Zara. Dalam foto karena Zara duduk berdekatan dengan Ahmad dalam penglihatan Izy dan Elang, kedua orang itu terlihat begitu mesra seperti sepasang kekasih.
"Are you broken heart, baby?" tanya Elang.
Izy mengangguk, bibirnya bergetar.
"Berarti kamu belum bisa melupakan kakak tirimu, setelah berusaha menjauh. Lalu untuk apa semua ini?"
"Aku hanya butuh waktu." Lirih Izy.
"Putuskan semua komunikasi dengan mereka, berikan kabar sesekali dan itu hanya pada Ibumu. Belajarlah untuk mengikis perasan mu pada Bang Ahmad, tak bisakah kamu mulai melihatku?"
Elang bener-bener ikut merasa sedih, dia ingin Izy mulai mencintai dirinya.