NovelToon NovelToon
Dijebak Di Malam Pengantin

Dijebak Di Malam Pengantin

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand
Popularitas:566.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Chyntia R

Aura, gadis berusia 26 tahun yang selama hidupnya tidak pernah memahami arti cinta.

Karena permintaan keluarga, Aura menyetujui perjodohan dengan Jeno.

Akan tetapi, malam itu akad tak berlanjut, karena Aura yang tiba-tiba menghilang di malam pengantinnya.

Entah apa yang terjadi, hingga keesokan harinya Aura justru terbangun di sebuah kamar bersama Rayyan yang adalah anak dari ART di kediamannya.

"Aku akan bertanggung jawab," kata Rayyan lugas.

Aura berdecih. "Aku tidak butuh pertanggungjawaban darimu, anggap ini tidak pernah terjadi," pungkasnya.

"Lalu, bagaimana jika kamu hamil?"

Aura membeku, pemikirannya belum sampai kesana.

"Tidak akan hamil jika hanya melakukannya satu kali." Aura membuang muka, tak berani menatap netra Rayyan.

"Aku rasa nilai pelajaran biologimu pasti buruk," cibir Rayyan dengan senyum yang tertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Ingin pergi

Aura baru saja selesai mandi pagi ketika sang Mama kembali menyambangi kamarnya.

"Sayang, Mama boleh masuk, gak?"

Aura akhirnya membukakan pintu untuk sang Mama.

"Kenapa, Ma?"

Mama Yara masuk dan menatap Aura yang sudah segar dengan masih menggunakan bathrobe.

"Pakaian dulu, gih. Mama mau ngomong sama kamu." Mama Yara berusaha bersikap biasa, semoga Aura lebih rileks dan tidak kembali memikirkan kejadian yang menimpa nya. Meski itu tidak mungkin, tapi paling tidak Mama Yara mau Aura sedikit lebih tenang setelah nantinya dia memberi kabar ini.

Aura mengangguk dengan wajah sembabnya. Dia kembali ke depan sang Mama setelah sebelumnya berpakaian dulu di ruang ganti yang ada didalam kamarnya.

Aura duduk disamping sang Mama dengan tangan yang mulai digenggam oleh wanita yang melahirkannya itu.

"Mama cuma mau bilang, Papa udah menyelidiki hasil cctv rumah."

Aura diam, seolah menunggu sang Mama menjelaskan. Dia tidak mau menyela pembicaraan itu.

"Jadi, cctv yang menyorot ke beranda belakang itu rusak. Papa juga baru tau pas mengecek hal ini. Entah ada yang sengaja merusaknya, atau memang sudah rusak dari sebelum acara pernikahan kamu."

Aura masih tetap diam dengan bibir terkatup. Tapi kali ini dia menundukkan pandangan. Dalam pemikiran gadis itu ialah mungkin memang keadaan yang sedang tidak berpihak padanya.

"... sebenarnya Papa bisa aja meminta bantuan polisi untuk mengurus ini dan menyelidikinya dengan keahlian mereka yang pasti lebih baik. Tapi Papa gak mau melakukan itu."

Mama Yara terdengar menghela nafas berat. "Papa gak mau hal ini sampai diketahui banyak orang. Papa hanya berniat menjaga kamu dari pandangan buruk orang lain. Apalagi ini terjadi tepat di malam pengantin yang harusnya kamu lewati bersama Jeno."

Kalo ini Aura mengangguk-anggukkan kepalanya, seolah dia setuju dengan keputusan yang dibuat oleh Papa Sky.

"Aura udah gak perlu bukti dari rekaman cctv itu kok, Ma."

Kedua alis mama Yara terangkat, dia menatap anaknya dengan keheranan. Tentu jawaban Aura diluar prediksinya, dia kira Aura akan histeris karena akhirnya tidak dapat mengetahui semua yang terjadi dari rekaman itu.

"Aura rasa, ada atau tidaknya rekaman itu sama saja. Gak ada yang bisa mengembalikan kondisi Aura seperti semula."

Untuk kali ini, Mama Yara benar-benar terhenyak dengan ujaran putrinya. Jantungnya seperti diremass kuat. Ada geletar nyeri yang sulit diutarakan. Dia ikut merasakan sesak yang Aura sampaikan lewat kalimatnya. Sangat menyakitkan.

"Aura ..."

"Aura udah pasrah, Ma. Dan Aura udah bicarain ini sama Oma kemarin, kalau Aura enggak mau tinggal disini lagi. Aura mau menenangkan diri untuk sementara waktu."

Mama Yara kembali menarik nafas dalam-dalam, sebelum akhirnya dia kembali bersuara.

"Mama hargai keputusan kamu. Tapi Mama berharap kamu gak pesimis. Kita akan terus berusaha mencari tau semuanya soal siapa yang paling bersalah dalam kejadian ini. Sekalipun orang itu tidak mendapat sangsi hukuman dalam jeruji, paling tidak dia akan mendapat sangsi sosial atau pelajaran dari Papa kamu."

"Udahlah, Ma."

Mama Yara paham betul jika putrinya sudah patah semangat sekarang, dia hanya perlu mengembalikan keceriaan dan kepercayaan diri Aura lagi kendati itu akan sangat sulit.

"Kamu tau kan, Papa kamu gak akan membiarkan orang itu lepas begitu saja."

Aura mengangguk lesu.

"Jadi, keputusan kamu adalah menyendiri dulu? Jika memang begitu, Mama akan bilang sama Tante Levina--"

"Aura gak mau ke psikiater lagi, Ma. Aura capek terapi," serobot Aura sebelum sang Mama menyelesaikan kalimat. "Maksud Aura untuk tidak tinggal disini lagi ... juga bukan hanya meninggalkan rumah ini." Buru-buru dia menjelaskan.

Ucapan Aura membuat Mama Yara sedikit mengernyit kebingungan.

"... Aura ke Singapore aja, atau kembali tinggal di Jerman seperti waktu kuliah dulu."

Mama Yara menggeleng kuat. "Mama gak setuju, Nak. Mama gak mau berpisah sama kamu lagi seperti dulu."

"Dulu aja mama bisa, kenapa sekarang enggak?"

"Dulu beda, dulu kamu kuliah disana sekalian--" Mama Yara menghentikan kalimatnya sendiri, tiba-tiba dia ingat jika dulu Aura kuliah jauh juga untuk sekalian menenangkan diri--sama seperti niatnya saat ini.

"Sekalian menenangkan diri karena dulu aku sakit, Ma," kata Aura menyambung perkataan sang Mama. "Apa bedanya? Sekarang juga sama. Bahkan keadaannya lebih parah dari dulu. Sampai-sampai aku udah kehilangan sesuatu yang tadinya sangat aku jaga," kata Aura kembali meneteskan airmatanya.

Entahlah, jika mengingat itu Aura selalu tidak bisa membendung kesedihan. Dia benar-benar terpukul dan tidak mampu bersikap baik-baik saja seolah semuanya tidak pernah terjadi.

"Baiklah, jika memang itu keputusan kamu, Nak." Mama Yara pasrah, dia tak bisa menghalang-halangi Aura lagi.

...***...

Kabar mengenai Aura yang akan pergi meninggalkan Indonesia, akhirnya sampai ke telinga Rayyan. Hal ini semakin membuatnya merasa bersalah sekaligus berdosa. Dia ingin sekali menemui Aura dan berbicara secara pribadi dengan gadis itu. Tentu bukan untuk meminta maaf karena Rayyan tau maafnya tidak akan pernah di terima.

"Non Aura mau pergi ke Luar Negeri, Mas."

Masih terngiang di ingatan Rayyan mengenai perkataan Bi Dima tadi, membuat pemuda itu menjadi berpikir keras mengenai keputusan Aura ini.

Alih-alih menerima tanggung jawab dari Rayyan, Aura justru lebih memilih untuk pergi jauh.

Rayyan dapat menerima keputusan Aura ini sebab dia juga tak mungkin memaksa gadis itu lagi disaat tawarannya untuk menikahi Aura sudah ditolak mentah-mentah.

Akan tetapi, ada satu yang masih mengganjal hati Rayyan setelah kejadian yang menimpa Aura dan dirinya. Itulah yang membuatnya urung untuk meninggalkan kediaman orangtua Aura.

Rayyan takut jika Aura hamil. Itu yang menahannya tetap disini kendati dia sadar bahwa dia sudah tidak punya muka lagi.

Orangtua Aura memang tidak mengusirnya, tapi kedua saudara Aura seolah memberi isyarat agar dia segera pergi.

Rayyan enggan pergi meski dia sudah kepalang malu karena perbuatannya. Rayyan hanya tidak mau dianggap lepas dari tanggung jawab. Dia ingin memastikan jika Aura tidak hamil karenanya. Atau, biarlah dia disini dulu, paling tidak sampai Aura benar-benar sudah berangkat ke Luar Negeri juga.

Kali ini, niat Rayyan adalah ingin meminta bantuan Pak Zulmi untuk bicara dan mengatakan pada orangtua Yara bahwa malam itu dia sempat pergi keluar rumah--demi membelikan obat untuk seorang tamu--di apotek. Barangkali, hal itu dapat memberikan sebuah titik terang, sebab Rayyan juga sudah mendengar jika Cctv belakang rumah--rusak.

Saat ingin ke pos depan, tidak sengaja Rayyan melihat Aura yang berjalan disisi ruang tamu.

Rayyan dapat melihat itu dari luar-- sebab interior rumah itu memang disekat dengan kaca transparan yang jika siang hari semua gordennya akan di buka.

Rayyan menunda untuk bertemu Pak Zulmi, dia ingin bicara pada Aura lebih dulu.

"Ra?" Rayyan berusaha memanggil gadis itu, kendati dia sadar mungkin Aura membencinya sekarang.

Tidak perlu panggilan yang kedua sebab gadis itu langsung menoleh dan mencari-cari siapa yang tengah memanggilnya.

Rayyan tersenyum sendu ke arah Aura yang dibalas gadis itu dengan sikap tak acuh.

Aura pun pergi begitu saja tanpa menggubris Rayyan. Padahal Rayyan sangat ingin bicara dengan Aura secara empat mata--disaat adik-adik Aura tidak ada. Paling tidak, keadaan sekarang ini cukup memungkinkan untuknya agar bisa meyakinkan Aura soal pertanggungjawabannya.

Rayyan kembali berjalan dengan lesu dan tak sengaja berpapasan dengan Bi Dima disana.

"Bi ..." Kali ini Rayyan memanggil Bi Dima, sebab usahanya untuk mengajak Aura bicara sudah musnah ketika gadis itu berlalu tanpa mengindahkannya.

"Kenapa, Mas?"

"Aura udah mau makan? Aku lihat dia udah turun ke bawah tadi."

"Syukurnya Non Aura udah lebih baik sekarang, Mas. Tapi Bibi tau hati Non Aura pasti masih sedih."

Rayyan menganggukkan kepalanya, kemudian terlintas sebuah ide agar Aura mau mendengarkan dia memberikan penjelasan.

"Bi, bisa titip sesuatu buat Aura, gak?"

...Bersambung .......

Tap Love dan berikan dukungannya ya❤️🙏

1
Erry Shintia
Luar biasa
Sita Sit
kereñnn ,buat aura bener2 menyesali perbuatannya sama rayyan
Sita Sit
baru nyesel ya ra ,kasian Rayyan ya
Sita Sit
rasain kau aura,gak ada rasa syukurnya dpt suami sempurna gitu
Anonymous
Biasa
Anonymous
Buruk
Chyntia Rizky 🖋️: gak baca tp bisa menilai karya saya dgn bintang satu. besok-besok buat karya sendiri saja ya kak... yg mungkin bisa sampe bintang 10. terimakasih sudah kesini. sepertinya semua novel yg dikunjungi tidak ada yg bagus menurut kakak🙏🏻
total 1 replies
Sita Sit
karyamu bagus bagus Thor ,semangat ,aku mau coba baca semua
Siti Nina
oke
74 Jameela
Bagus ceritanya..smngt&sukses kak
Juan Sastra
bagus thorr
Juan Sastra
hadeeeh rayyan harusnya tuh bilangnya,, makasih sayang sembari cium cium
Juan Sastra
syukur,,,
Juan Sastra
mati saja kau aura,,, semoga di perkosa benaran oleh sandy biar gila sekalian kau.. bego banget
Juan Sastra
lama amat sih masalah man bisa buat aura klepek klepek,, bikin cemburu baru bisa
Juan Sastra
kasih poto aja lagi makan siang perempuan cantik, pasti uring uringan tuh
Syahilla Naazifa
Luar biasa
Syahilla Naazifa
Lumayan
khitara
ya.....rasakan sendiri
khitara
wow wow wow
khitara
aaaa....bagus banget ceritanya thor.....mampir juga kelapak q thor, di paksa mencintai dan cinta gadis dingin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!