NovelToon NovelToon
Menantu Pilihan Untuk Sang CEO Duda

Menantu Pilihan Untuk Sang CEO Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Romantis / Diam-Diam Cinta / Duda / Romansa
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: ijah hodijah

“Fiona, maaf, tapi pembayaran ujian semester ini belum masuk. Tanpa itu, kamu tidak bisa mengikuti ujian minggu depan.”


“Tapi Pak… saya… saya sedang menunggu kiriman uang dari ayah saya. Pasti akan segera sampai.”


“Maaf, aturan sudah jelas. Tidak ada toleransi. Kalau belum dibayar, ya tidak bisa ikut ujian. Saya tidak bisa membuat pengecualian.”


‐‐‐---------


Fiona Aldya Vasha, biasa dipanggil Fio, mahasiswa biasa yang sedang berjuang menabung untuk kuliahnya, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah karena satu kecelakaan—dan satu perjodohan yang tak diinginkan.

Terdesak untuk membayar kuliah, Fio terpaksa menerima tawaran menikah dengan CEO duda yang dingin. Hatinya tak boleh berharap… tapi apakah hati sang CEO juga akan tetap beku?

"Jangan berharap cinta dari saya."


"Maaf, Tuan Duda. Saya tidak mau mengharapkan cinta dari kamu. Masih ada Zhang Ling He yang bersemayam di hati saya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Farhan: Fio, lo jangan diem aja. Ini serius, Fi. Gue takut lo bisa kena sanksi dari kampus.

Kevin: Iya, Fi. Emang udah dihapus dari forum sih, tapi udah sempat heboh banget. Gue sampe diserbu anak-anak kelas lo. Mereka nanya beneran lo nikah sama bapak-bapak kaya?

Linda: Fio… tolong bilang ke kita yang sebenarnya. Kita sahabat lo dari awal, Fi. Kita cuma mau bantu, bukan nge-judge.

Fio membaca semua pesan itu dengan tangan sedikit gemetar.

Ia sudah menebak cepat atau lambat, berita itu akan sampai ke mereka juga. Tapi membaca nada khawatir dari sahabat-sahabatnya membuat dadanya terasa sesak.

Ia mengetik perlahan, lalu menghapus. Mengetik lagi. Menghapus lagi.

Akhirnya ia menulis dengan jujur:

Fio: Iya… Beritanya benar. Gue emang udah nikah.

Linda: HAH?! Nikah beneran?? Bukan settingan atau becandaan lo kan, Fi?!

Farhan: Lo serius, Fio? Lo nikah sama siapa? Jangan bilang—

Fio: Sama anak yang nyerempet gue waktu itu. Namanya Tuan Darrel.

Kevin: Wait… Yang waktu lo dibawa ke rumah sakit itu?!

Fio: Iya. Dia. Gue gak mau nikah sebenarnya, tapi… gue gak punya pilihan lain. Gue cuma mau bisa bayar uang ujian. Waktunya mepet banget.

Chat itu terhenti beberapa menit.

Tak ada balasan. Hanya ikon “sedang mengetik…” bergantian dari ketiga temannya.

Linda: Fi… Lo kenapa nekat, sih? Sorry... Gue jadi merasa gagal sebagai sahabat.

Farhan: Lo gak harus sejauh itu, Fio. Nikah itu bukan solusi untuk masalah uang.

Kevin: Tapi lo tetap Fio yang gue kenal. Yang keras kepala, tapi baik banget. Gue cuma... gak nyangka aja lo seberani itu.

Fio menatap layar dengan mata berkaca. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum membalas:

Fio: Gue juga gak nyangka, Bang Kev. Tapi hidup gue gak pernah diberi banyak pilihan. Sekarang gue cuma pengen jalanin ini sebaik mungkin. Bukan untuk gaya-gayaan, bukan buat status… cuma buat bertahan. Dan kalian gak usah merasa gagal jadi sahabat gue. Kalian adalah sahabat terbaik gue.

Beberapa menit kemudian, Linda membalas dengan emoji sedih lalu menulis:

Linda: Kalau lo butuh tempat nangis, tempat ngeluh, tempat ngopi… Kita selalu ada, Fi. Sahabat gak pergi cuma karena lo nikah, apalagi sekarang lo sedang berjuang.

Fio menatap pesan itu lama.

Senyumnya tipis, tapi tulus.

Untuk pertama kalinya sejak semua terjadi, hatinya sedikit lebih tenang.

***

Dua hari kemudian.

Suasana kampus sore itu mendadak tegang.

Beberapa mahasiswa yang sedang duduk di taman fakultas saling berbisik ketika pengeras suara di setiap sudut kampus menyala.

Suara khas Bu Retno, Wakil Dekan bidang kemahasiswaan, terdengar tegas namun tenang.

“Selamat sore. Kami pihak kampus ingin menyampaikan satu hal penting. Dalam beberapa hari terakhir, kami menerima laporan mengenai penyebaran berita yang tidak benar dan bersifat fitnah terhadap salah satu mahasiswa aktif di kampus ini.”

Semua yang mendengarnya langsung terdiam. Sebagian sudah bisa menebak siapa yang dimaksud. Nama Fio sempat viral di grup-grup obrolan mahasiswa kemarin.

“Kami menegaskan—kampus tidak akan menoleransi tindakan menyebarkan berita bohong, hujatan, atau komentar yang merugikan mahasiswa lain.

Mulai hari ini, siapa pun yang kedapatan menyebarkan fitnah, baik secara langsung maupun melalui media sosial, akan dikenai sanksi akademik berat.”

Suara Bu Retno berhenti sejenak, lalu berlanjut dengan nada lebih lembut:

“Kehidupan pribadi mahasiswa bukan urusan publik.Jadi kami mohon untuk menghormati privasi teman kalian. Siapa pun orang yang datang menjemput atau mengantar seseorang, bukan alasan untuk menilai lebih jauh. Fokuslah pada prestasi, bukan pada berita yang tidak penting.”

Seketika suasana kampus jadi hening.

Semua saling pandang, beberapa langsung menunduk malu. Grup-grup berita yang sempat ramai pun mendadak sunyi.

Di pojokan taman, Linda, Kevin, dan Farhan yang mendengarkan pengumuman itu dari pengeras suara saling berpandangan.

“Kayaknya ini buat Fio deh,” ucap Linda pelan.

“Iya,” jawab Farhan sambil mengangguk kecil. “Dan bagus juga pihak kampus turun tangan. Setidaknya gak ada lagi yang berani ngata-ngatain dia.”

Kevin menatap gedung utama kampus, wajahnya tegang tapi lega.

“Gue harap setelah ini gak ada lagi yang ngebahas. Fio sudah cukup banyak menanggung beban.”

Sementara itu, di kelas yang sedang kosong, Fio duduk sendiri menatap layar laptopnya.

Ia mendengar pengumuman itu dari jendela terbuka.

Tangannya berhenti mengetik tugas.

Matanya memanas.

“Terima kasih, Ya Tuhan…” bisiknya lirih.

Untuk pertama kalinya, sejak hari itu… Fio merasa tidak benar-benar sendirian.

***

Setelah kelas selesai, Fio segera keluar kelas. Darrel sudah menunggunya di depan gerbang kampus seperti biasa, duduk di balik kemudi mobil hitamnya dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Sementara itu, beberapa mahasiswa mulai berbisik pelan saat melihat Fio berjalan ke arah mobil itu. Tapi kali ini, tidak ada yang berani mengambil foto atau membuat video. Pengumuman dari pihak kampus hari itu cukup membuat mereka semua berhati-hati.

Begitu Fio membuka pintu mobil dan masuk, aroma kopi yang kuat langsung menyapa hidungnya.

“Wangi banget… kopi hitam, ya?” tanyanya sambil menghirup dalam-dalam.

Darrel melirik sekilas. “Iya. Mau?”

“Enggak, aku takut jantungku deg-degan. Nanti dikira baper sama kamu,” celetuk Fio dengan polos.

Darrel langsung menoleh dengan alis terangkat. “Apa?”

“Enggak, enggak! Maksudku… deg-degan karena kafein!” Fio buru-buru menutup mulutnya dan tertawa kaku.

Darrel hanya menghela napas dan menyalakan mesin mobil. “Kita makan dulu.”

Fio menoleh cepat. “Serius?! Kamu ngajak aku makan? Di luar?”

Darrel tetap menatap ke depan. “Iya.”

“Ya ampun… kamu enggak lagi ngerjain aku, kan? Aku nggak salah dengar?” Fio tiba-tiba memanggil 'aku dan kamu' tanpa menyadarinya.

Darrel menatapnya sebentar lalu kembali ke jalan. “Kamu lapar atau mau debat?”

Fio menegakkan punggungnya, pura-pura serius. “Siap! Lapar, Pak Suami!”

Mata Darrel langsung melebar sedikit, bibirnya terkatup rapat. “Jangan panggil saya begitu di luar.”

“Kenapa? Kan bener?” goda Fio sambil menyeringai.

Darrel menatapnya lama, lalu kembali fokus ke jalan. “Kamu ini… bikin orang susah fokus nyetir.”

Fio langsung terkikik. “Berarti kamu fokus kalau aku diam?”

“Coba dibuktikan,” jawab Darrel dingin.

Fio mendengus kecil, lalu memasang wajah serius, pura-pura menatap keluar jendela tanpa bicara. Lima detik kemudian, ia tak tahan. “Eh tapi—”

Darrel langsung menatapnya cepat. “Belum lima detik.”

“Ya ampun, kamu stopwatch-an, ya?” Fio memelototkan mata, membuat Darrel menahan tawa yang hampir lolos.

“Bentar lagi aku minta tolong mama ganti aku sama sopir beneran,” gumam Darrel sambil menggeleng.

“Tapi sopirnya nanti nggak seganteng kamu,” jawab Fio cepat.

Darrel terdiam. Kali ini matanya benar-benar melebar. Fio sadar apa yang baru diucapkannya dan buru-buru menunduk, menatap jemarinya sendiri.

“Eh, maksudku… ganteng tuh subjektif, ya. Hehe.”

Darrel hanya menggeleng pelan, tapi ada senyum samar yang nyaris tak terlihat di sudut bibirnya.

Mobil itu pun melaju perlahan menuju sebuah tempat makan sederhana di dekat taman kota — sesuatu yang tak pernah Fio sangka akan terjadi di hari yang penuh gosip seperti ini.

Mereka tiba di sebuah restoran kecil bergaya semi-kafe di pinggir kota — tempatnya sederhana tapi nyaman, dengan aroma ayam panggang dan rempah-rempah yang langsung membuat perut Fio berbunyi keras.

“Ups,” Fio menutup perutnya sambil nyengir malu. “Dia lapar, bukan aku.”

Darrel menoleh sekilas, alisnya terangkat. “Perutmu punya kepribadian sendiri, rupanya.”

Fio tertawa kecil sambil mengikuti Darrel menuju meja pojok. “Iya, soalnya dia lebih jujur daripada aku.”

Bersambung

1
Dar Pin
adu duh tuan duda marah deh asli Thor hiburan banget bacanya 😄
Ilfa Yarni
aduh tuan duda kulkas knp sih orang lg belajar kelompok malah di suruh pulang katanya ga cemburu trus knp marah2 ga jelas dasar bilang aja cemburu pake gengsi sgala aduh duh duh tuan duda
Dar Pin
bacanya ngakak terus deh lucu lucu gemes 🙏💪
Ilfa Yarni
jiaah darrel blingsatan ga karuan cemburu ya fio jln sama laki2 lain sampe ga fokus ngantor dan marah2 ga jelas wah seperti kemakan omongan sendiri nih ngomong ke fio jgn mengharap cinta dariku eee ternyata km yg mengharapkan cinta fio mang enak kena panah asmara
Ilfa Yarni
wah perkembangan darrel cepat ya udah ada aja tuh getar2 cinta fi hatinya buat fio buktinya dia merasa ga suka fio deket2 laki2 lain
Ilfa Yarni
hahahaha trus aja ngocehfio biar tuan duda kulkas kesel tp lama2 suka
Ilfa Yarni
hahahaha kata2nya fio ada gerakan yg mencurigakan di sudut bibirmu dikirain td dimana ga taunya di sudut bibir kata2nya itu loh yg bikin ketawa fio bukan cerewet tuan duda tp, bar bar kan asyik duniamu jd berwarna ga dingin dan kaku lg
Ilfa Yarni
aku klo baca celotehan fio ini ketawa sendiri ada aja yg keluar dr mulutnya itu fio sangat cocok sama tuan duda yg dingin dgn judul pria kutub dan gadis bar bar
Ijah Khadijah: Semoga terhibur kakak🥰
total 1 replies
Ilfa Yarni
aduh bener2 kasian fio klo kyk gini cepat darrel hapus berita2 itu sebelum fio membacanya to tmnnya udah kasih tau aduh gmn ini
Ilfa Yarni
fio km trus terang aja sama sahabat2mu biar mereka ga salah paham km sudah menikah dgn duda kulkas
Ilfa Yarni
tuan duda es batu lama2 akan mencari jgn tingkah dan sifat fio yg ceria dan bar bar malah nanti dia bakal bikin aku deh eh eh eh temen2nya fio kepo nih fio turun dr mobil mewah temenya pasti syok klo tau fio udah nikah sama tuan duda
Ilfa Yarni
hahahaha aku suka karakter fio SD aja jawabannya yg bikin aku ketawa lama2tuan duda jatuh hati jg sama fio tunggu aja
Ilfa Yarni
walinya diwakilkan saja krna ayahnya fio ga mau tau dgn anknya fio krn dia punya istri baru ank kandung ditelantarkan dan ga diacuhkan lg
Ilfa Yarni
mereka sama2 memendam rasa tp mereka blom menyadarinya aplg dikulkas 12 pintu itu alias darrel blom sadar dia hatinya udah kecantol fio krn luka lama dia menyangkal apa yg dia rasakan
Ilfa Yarni
dasar ayah tak bertanggung jwb mentang2 ada istri baru ank kandung dilupakan semoga kdpnnya hidup pak tua sengsara
Ilfa Yarni
dicoba ya fio jgn nolak siapa tau darrel memang jodoh km
Ilfa Yarni
hahahaha cewek seperti fio yg ceria cocok sama darrel sipria kulkas 12 pintu agar hidupnya mencair dan berwarna segitu aja sudut bibirnya udah mulai terangkat lama2 jg bucin aku yakin banget deh
Ilfa Yarni
bu rajia lg gencar2nya mendekatkan fio dgn darrel semoga sukses ya bu
Ijah Khadijah: Aamiin🤲🥰
total 1 replies
Ilfa Yarni
darrel msh ga mau km sama fio yg polos dan lucu itu rugi km
Ilfa Yarni
kasian skali nasib fio ga dianggap Sa ayahnyabegitulah klo orangtua punya istri kedua pasti prioritasnya istri keduanya itu yg pandai cari muka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!