Suamiku Bukan Untukku

Tok.

Tok.

"Masuk," ujar pemilik ruangan.

Aditya membuka pintu ruangan dan mempersilahkan, Maira masuk. "Silahkan, Nyonya."

Maira tersenyum pada Aditya. "Terima kasih, Aditya."

Aditya mengangukkan kepalanya dan tersenyum tipis. Maira masuk kedalam dengan kaki yang sudah gemetaran saat suaminya menatap dirinya dengan tajam.

Dengan rasa takut di hatinya, Maira memulai membuka suaranya. "Ma-mas. Ad-Aditya mengatakan ka-kamu me-meminta un-untuk ... " ujarnya terpotong saat Arhand dengan dingin meminta Maira duduk.

"Duduk."

Maira menuruti keinginan suami, iya duduk di sofa. Maira meremas tangannya sendiri saat Arhand bangkit dari kursi kebesarannya dan berjalan ke arahnya.

Arhand duduk di sofa samping istrinya. Sedangkan Maira semakin takut. "Ma-mas ... " ujar Maira tapi Arhand langsung memotong ucapannya.

"Sajikan makanannya," ujar Arhand datar.

Maira yang mendengar hal itu, sontak menatap suaminya. "Hu?" ujarnya dengan ekspresi terkejut, tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.

Arhand menoleh Apaan menatap tajam istrinya. "Apa sekarang kau berubah tuli?" tanyanya kesal. Maira yang melihat wajah kesal suaminya menundukkan kepalanya.

"Ma- " ujar Maira ingin mengucapkan kata 'maaf' tak jadi karena Arhand kembali memotong ucapannya.

"Berhenti berbicara dan meminta maaf. Sajikan cepat makanannya," ujar Arhand kembali marah.

"Iy-iya, Mas," ujar Maira menundukkan kepalanya dan segera menyajikan makanan yang sempat ia bawah tadi untuk suaminya.

Arhand memakan makanan itu dengan lahap, dan itu adalah kali pertamanya Arhand memakan masakan istrinya selama menikah, sedangkan Maira menatap wajah suaminya dari samping.

"Jika dia lagi makan dan tenang seperti itu, dia terlihat sangat tampan," ujar batin Maira tersenyum tersipu malu, namun senyuman itu menghilang saat mendengar suara Arhand yang dingin.

"Kenapa kamu tersenyum seperti itu?" tanya Arhand dingin, menatap istrinya.

"Hu?" ujar Maira kelegapan saat dirinya terpergok menatap suaminya sendiri. Maira menundukkan kepala ia tak tau harus menjawab apa, ia takut saat mengatakan yang sebenarnya bahwa ia sedang mengaguminya.

"Makan-makanmu ( ujarnya dingin ) Jika saja Papa dan Mama tidak mengancamku, aku tak akan makan denganmu," ujar Arhand lagi, yang mana membuat hati istrinya tersayat-sayat, sangat sakit.

"Maaf, Mas," ujar Maira lirih tapi masih bisa di dengar oleh orang.

Arhand tak menjawabnya dan kembali melanjutkan makanannya, tanpa memperdulikan perasaan istrinya yang dia sakit, sengaja ataupun tidak.

Maira memegangi dadanya, air matanya menetes membasahi pipi mulusnya. "Ya Allah, Sakit banget," ujar batinnya dengan mata yang terpejam.

"Apa lagi!?, cepat makan lalu pergi dari sini. Gak usah nangis segala," ujar Arhand dengan dingin, yang semakin membuat hati Miara terasa sesak.

"Iy-iya, Mas."

Maira menghapus air matanya, dan mengambil makanan lalu memakannya walau hatinya sedang sakit.

......................

"Oh, siht. Apa kamu tidak bisa melihat, ha!, Bajuku jadi basah kan," kesal seorang wanita, karena bajunya tertumpah minuman.

Aditya mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya pada gadis itu. "Ini," ujar Aditya, dan langsung berlalu dari sana dengan wajah datarnya.

Yah, dia adalah Aditya. Setelah mengantar Nyonyanya, Aditya langsung pergi makan siang, karena sudah waktunya juga makan siang.

Tindakan Aditya itu membuat gadis yang baru saja ia tabrak menjadi sangat kesal. "Heii ... Arrhhgg. Dasar cowok tidak bertanggung jawab. Awas aja sampai ketemu sama aku, ku pecahkan kepalanya," ujarnya.

Teman gadis itu yang berdiri di sampingnya, menepuk pundak gadis itu. "Qes, Qesya, sudah yah ... lagi pula baju kamu tidak basah banget kok," ujar temannya menenangkan gadis itu yang di panggil Qesya.

"Tapi Nis, ini itu tidak baik di liat. Liatlah," ujar Qesya yang masih kesal.

Anis, memutar bola matanya malas. "Memangnya sejak kapan kamu memperhatikan penampilan?. Biasanya juga bodoh amat," ujar Anis karena dia tau banget temannya ini tak pernah sekalipun memperhatikan pakaiannya, dan sekarang apa ini.

"Iy-iya ... tapi setidaknya, dia itu meminta maaf padaku donk. Diakan sudah menabrakku dan membuat bajuku basah," ujar Qesya tetap keruh dan kesal.

"Iya, iya. Sudah yah. Sekarang kamu pergi saja ke toilet, aku akan ngambil baju ganti di mobil dulu, ok?" ujar Anis menggalah, dan meminta sahabat tomboy itu tenang.

"Huem. Baiklah," ujar Qesya nurut.

"Gitu donk. Kan jadi cantik," ujar Anis menaikkan alisnya.

"Berhenti mengatakan hal menggelikan itu," ujar Qesya dengan kesal, ia sangat tidak menyukai hal-hal seperti itu.

Anis terkekeh. "Ok, ok, ok. Jangan marah lagi. Sekarang pergilah," ujarnya menua Qesya pergi ke toilet, sedangkan ia pergi ke mobil mengambil baju ganti.

......................

"Uncle ... " teriak Rian memanggil Azlan.

Azlan menghentikan kegiatannya. "Rian," ujarnya saat melihat anak kakaknya.

"Maaf, Tuan. Tuan Muda bersikeras ingin ke sini," ujar Suster penjaga Rian.

"Tidak apa. Kamu duduk saja di sana," ujar Azlan menyuruh Susternya duduk di sofa, sedangkan ia mengangkat Rian ke pangkuannya.

"Sekarang katakan pada Uncle, ngapain Rian ke kantor Uncle, hum?" tanya Azlan pada keponakannya.

"Uncle lupa janji, Uncle sendiri?" tanya Rian kesal saat Azlan seperti melupakan janji yang sudah ia buat.

Azlan terlihat berfikir. "Oh, maaf Boy, Uncle banyak kerjaan jadi Uncle tadi sedikit lupa," ujar Azlan saat sudah mengingat janji, yang akan membawa Rian makan es krim sepulang sekolah. Azlan berjanji seperti itu agar Rian ingin pergi ke sekolah tadi pagi.

"Baiklah. Sekarang Rian turun dulu ... Uncle beresin kerjaan Uncle dulu setelah itu kita pergi makan es krimnya," ujar Azlan ingin menurunkan Rian.

"Hore, hore, hore, beli Es krim," ujar Rian ke senangan melompat lompat.

"Suster, kita akan beli Es krim," ujarnya senang.

Susternya tersenyum dan mengangukkan kepalanya. "Iya, Tuan Muda."

......................

"Permisi, Mas," pamit Maira.

"Huem," ujar Arhand hanya berdehem saja, tanpa melihat istrinya.

Maira keluar dari ruangan suaminya. Ia berjalan ke lif dan turun ke loby.

Pak Tono, sudah menunggu Nyonyanya, setelah mendapat telpon dari Arhand.

"Silahkan, Nya," ujar Pak Tono, membuka pintu mobil.

Maira tersenyum, dan masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil Maira terlihat sedih menatap keluar jendela.

......................

...#continue ......

...See you the next Episode....

...Jangan lupa Vote, like, comen, and Favorite kan....