Safira di jebak oleh teman-teman yang merasa iri padanya, hingga ia hamil dan memiliki tiga anak sekaligus dari pria yang pernah menodainya.
Perjalanan sulit untuk membesarkan ke tiga anaknya seorang diri, membuatnya melupakan tentang rasa cinta. Sulit baginya untuk bisa mempercayai kaum lelaki, dan ia hanya menganggap laki-laki itu teman.
Sampai saat ayah dari ke tiga anaknya datang memohon ampun atas apa yang ia lakukan dulu, barulah Safira bisa menerima seseorang yang selalu mengatakan cinta untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sun_flower95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 22
Safira tak menyangka dengan kejutan ulang tahun yang sudah di rencanakan oleh Abizar, Caca dan anak-anaknya. Ia merasa sangat terharu tanpa bisa di tahan air mata bahagianya menetes saat sedang memeluk anak-anaknya.
"Terimakasih banyak atas kejutannya sayang, mama sangat senang sekali" ucap Safira.
"Mama menangis?" tanya Qirani.
"Mama jangan nangis, kami sayang sama mama" timpal Raiyan.
"Mama kalau nangis cantiknya hilang lho" ucap Dayyan.
"Sayang, mama nangis karena bahagia" jawab Safira sambil mengusap air matanya.
"Terimakasih Abang, Caca. Kalian sukses membuat ku sangat bahagia" ucap Safira memeluk Caca.
"Sama-sama teteh, selamat ulang tahun ya. Semoga hal baik selalu menghampiri teteh" ucap Caca seraya membalas pelukan Safira.
"Aku gak di peluk juga Fir?" tanya Abizar dengan muka memelas.
"Ish, Abang mah jangan dulu. Belum muhrim" ucap Caca menepuk keras bahu Abizar.
"Ya kali aja gitu kebagian di peluk juga. Secara ini kan hari spesial" jawab Abizar.
"Aku sangat berterima kasih sekali Abang" ucap Safira sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Abizar.
"Sama-sama Fira, Abang harap kamu selalu sehat dan selalu dalam lindungan yang maha kuasa" ucap Abizar.
Mereka pun merayakan ulang tahun Safira dengan makan bersama di rumah itu, mereka bercanda dan tertawa bersama hingga anak-anak merasa mengantuk.
Qirani meminta Caca untuk menemaninya tidur seraya membacakan dongeng. Sedangkan Dayyan dan Raiyan, mereka sudah masuk ke kamarnya mereka sendiri, kini tinggal Safira yang masih bersama Abizar di ruang tamu. Safira sedang membersihkan ruangan bekas pesta kecil-kecilan tadi.
"Aku bantu ya Fir" ucap Abizar sambil membawa beberapa gelas kotor yang akan Safira bawa ke dapur.
"Terimakasih bang" jawab Safira memberikan gelas kotor itu ke tangan Abizar, Safira pun mengerjakan pekerjaan lain. Setelah ruangan itu kembali rapih, ia pun pergi ke dapur untuk mencuci piring dan gelas kotor bekas tadi.
Abizar mengikuti langkah Safira dan membantunya mengelap piring dan gelas-gelas yang sudah Safira cuci bersih, Caca melihat yang melihat ke bersamaan Abizar dan Safira di dapur.
Tadinya ia fikir Safira akan membutuhkan tenaganya untuk membantu mencuci piring, tetapi setelah melihat keberadaan abangnya, ia pun mengurungkan niatnya dan kembali ke kamar Qirani.
"Fir aku mau ngomong sesuatu" ucap Abizar tiba-tiba saat Safira tengah mengeringkan tangannya dengan handuk lap yang tersedia di sana.
"Ada apa bang?" tanya Safira.
"Sebaiknya kita duduk dulu" ajak Abizar sambil menarik tangan Safira menuju meja makan yang berada dekat dengan mereka.
"Hmmm, bagaimana perasaan mu sekarang?"
"Aku merasa bahagia bang, aku bersyukur karena aku selalu di kelilingi oleh orang-orang baik"
"oh, baguslah"
Hening sesaat.
"Apa kamu sudah siap jika ada seseorang yang ingin menjadi pendamping hidup mu, menjadi ayah untuk anak-anak mu?"
Safira tak langsung menjawab, ia tak tahu akan hal itu. Karena fokusnya selama ini hanya anak-anaknya.
"Kenapa Abang tanya gitu?"
"Sebenarnya aku masih belum menyerah untuk mendapatkan hati mu Fir"
Safira menatap mata Abizar, ia mencari kesungguhan di setiap kata yang keluar dari bibir Abizar.
"Aku tidak akan pernah memaksa mu untuk menerimaku secepatnya Fir, tenang saja. Aku hanya ingin mengetahui hati mu saat ini saja"
Safira masih diam.
"Ayolah, jawab pertanyaan ku Fira, bukan malah menatapku dengan mata bulat mu itu. Kalau kau masih diam dan menatapku seperti itu jangan salahkan aku jika aku tak bisa menahan diri untuk mencium mu" ucap Abizar pura-pura mengancam Safira.
Sedangkan Safira yang di ancam seperti itu hanya menanggapinya dengan tawa geli.
"Apa sih bang, ancamannya gitu banget" ujar Safira yang baru pertama kali mendengar ucapan seperti itu dari Abizar.
"Oh ya bang, kata Caca dia udah dapat pengasuh buat nemenin si kembar ya?" tanya Safira mengalihkan pembicaraan.
"Hmmmm, ia dia teman kampusnya Caca yang terpaksa cuti dulu karna terkendala biaya" jawab Abizar. Ia menyadari kalau Safira berusaha menghindari obrolannya tentang perasaan, dan Abizar lagi-lagi mengalah untuk tak menuntut jawaban itu sekarang. "Mungkin waktunya belum tepat" batin Abizar.
"Oh, kasihan juga dia ya? Tapi apa dia gak keberatan buat nemenin anak-anak nantinya bang? Secara, dia kan masih gadis dan belum berpengalaman ngurusin anak-anak" tanya Safira ingin mengetahui orang yang akan menjaga anak-anaknya nanti, ia tak mau jika nanti anaknya malah jadi korban kekerasan pengasuh yang selalu ia dengar melalui radio butut di rumah ni Eti dulu.
"Tenang aja Fir, Anak itu sudah cukup berpengalaman karena dia juga yang membantu ibunya untuk mengurus adik bungsunya yang pada saat itu ibunya sempat koma setelah melahirkan" terang Abizar mengenai gadis yang akan menjadi pengasuh anak Safira besok.
"Wah? Benarkah?" tanya Safira lagi.
"Tentu, aku jamin" jawab Abizar yakin.
"Terus sekarang adik bungsunya itu sudah berusia berapa tahun?" tanya Safira ingin tahu lebih.
"Kira-kira tiga tahunan lah" jawab Abizar lagi.
Mereka pun terus mengobrol dan bercerita tentang keseharian mereka tadi siang, Safira juga menceritakan tentang sekolah TK yang tadi siang ia datangi. Tapi ia tak menceritakan tentang kejadian yang hampir membuatnya kehilangan nyawa. Saat mengingat itu, Safira hanya bisa menggedikkan bahunya, Ia sendiri merasa seram.
Hingga pukul sepuluh malam Caca datang menghampiri mereka ke ruang makan, wajahnya terlihat sangat mengantuk.
"Abang, pulang yu" ajak Caca pada Abizar.
Abizar yang tak sadar waktu karena keasyikan mengobrol dengan Safira pun melirik jam tangannya.
"Ya ampun, udah malam aja" ucap Abizar saat melihat jam yang melingkar di tangannya.
"Ya udah Fir, aku sama Caca pulang dulu ya. Besok pagi pengasuh anak-anak datang ke sini" ujar Abizar sesaat sebelum bangun dari tempat duduknya.
"Oke bang, besok aku tunggu. Eh, tapi siapa namanya bang?" tanya Safira yang lupa menanyakan nama gadis pengasuh yang akan datang besok pagi.
"Namanya Anisa, Fir" jawab Abizar.
"Oh, baiklah. Kalian hati-hati di jalan ya, Abang kabarin kalau udah sampai di rumah sana" ucap Safira yang mengantarkan Abizar dan Caca ke luar rumah sampai mereka masuk mobil.
"Iya, nanti aku kabarin" jawab Abizar
"Teteh, aku pulang dulu ya" ujar Caca melambaikan tangannya pada Safira.
"Iya Ca, langsung istirahat ya" ucap Safira sebelum mobil itu berlalu pergi dari halaman rumahnya.
Safira pun masuk ke dalam rumah saat sudah tak melihat mobil itu lagi, badannya terasa sangat lelah hari ini, ia pun segera masuk kamar dan merebahkan tubuhnya untuk beristirahat.