Seorang tuan muda pewaris keluarga kaya raya yang menghilang akibat kecelakaan yang dialamainya. Dikabarkan meninggal namun keluarganya tidak percaya karena mayatnya tidak ditemukan. Dan seorang Nenek tua bersama seorang cucu perempuannya menyelamatkan sang tuan muda dalam keadaan hidup walau terluka sangat parah. Sang tuan muda hidup kembali dengan identitas baru karena ditemukan dalam ke adaan hilang ingatan dan cacat pada wajah serta kakinya. Namun naas sang tuan muda di fitnah sehingga harus menikahi cucu sang nenek. Disaat cinta kian tumbuh dihati mereka, sang tuan muda ditemukan kembali oleh orang-orang kepercayaan Keluarganya dan dibawa paksa kembali ke tengah keluarganya. Bagaimanakah kisah sang tuan muda dengan status barunya? Dan bagaimanakah nasib cucu perempuan nenek sang penolong? Akankah cinta mempertemukan mereka kembali?
Inilah kisahnya 👍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Guspitria Kamal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08 Selamat Tinggal Masa lalu
Saat ini Mayang dan Mang Dudung tengah dalam perjalanan menuju kota dengan menumpang mobil Mang Asep. Kebetulan hari ini jadwal Mang Asep seperti biasa pergi berbelanja untuk kebutuhan warungnya. Setelah mendengar penjelasan dari Mang Dudung, dengan senang hati Mang Asep bersedia memberi mereka tumpangan tentunya tanpa diketahui oleh warga Desa.
Sebenarnya Mang Asep juga kasihan dengan nasib Mayang yang malang, apalagi sekarang Mayang hidup sebatang kara dan dalam keadaan hamil pula.
''May, nanti sampai di kota kita langsung ambil tiket yang berangkat pagi ya. Mamang takut Joko dan para warga mengejar kita sampai ke kota.'' Ujar Mang Dudung. Namun yang di ajak bicara malah sibuk dengan pemikirannya sambil menatap kosong ke luar jendela mobil.
''Nenek, maafkan May Nek. May harus pergi meninggalkan rumah kita Nek. Rumah penuh kenangan kita Nek, rumah kenangan yang menyimpan suka duka kita. Rumah yang akan selalu mengingatkan May dengan Bapak Ibuk Kakek dan Nenek dan Mas Rangga. May janji, suatu saat May akan kembali lagi Nek Bapak Ibuk Kakek. May tidak akan pernah melupakan kalian. May janji, May akan mencari Mas Rangga meski tidak tau harus kemana mencarinya. Yang jelas, May yakin kami akan bertemu kembali. Selamat tinggal masa laluku, aku pergi untuk kembali.'' Dengan berat hati Mayang melepas masa lalunya, meninggalkan semua kenangan indahnya di tanah kelahirannya. Satu hal yang paling dia takuti sekarang adalah jika Rangga datang menjemputnya, sedangkan dia pergi tanpa meninggalkan pesan pada siapapun.
''May...May, kamu tidak apa-apa May? Kenapa kamu nangis? Apa ada yang sakit?'' Tanya Mang Dudung yang cemas melihat May menangis terisak-isak.
''Ga Mang, May ga apa-apa. May hanya sedih saja harus pergi meninggalkan Desa apalagi meninggalkan rumah Mang.'' Jelas Mayang sambil terisak.
''Ya sudah, mulai sekarang kamu jangan sedih lagi. Fokus lah sekarang untuk masa depanmu dan anakmu nanti. Jangan berlarut-larut dalam kesedihan, bangkit dan berjuanglah. Karena yang kamu hadapi nanti mungkin jauh lebih sulit dari apa yang kamu alami di kampung. Sudah ya, kasihan anakmu kalo kamu sedih terus.'' Ucap Mang Dudung panjang lebar menyemangati Mayang.
''Iya Mang, terimakasih.'' Jawab Mayang sambil mengelap pipinya yang basah.
''Mamang benar, aku harus bangkit. Aku ga mau anakku menderita sepertiku, aku harus berjuang untuk anakku. Maafkan bunda sayang, bunda janji bunda akan selalu membahagiakanmu. Bunda janji ga akan sedih lagi, bunda janji sayang.'' Batin Mayang sambil mengelus-elus perutnya.
Akhirnya mereka sampai tepat saat sang surya memperlihatkan cahayanya yang begitu indah. Setelah berpamitan dan mengucapkan terimakasih kepada Mang Asep, Mayang dan Mang Dudung langsung menuju loket pembelian tiket bus menuju kota J. Tentu sebelumnya Mang Dudung meminta Mang Asep untuk merahasiakan kepergiannya dengan Mayang. Mang Asep yang paham tanpa ragu berjanji akan merahasiakannya dari siapapun.
Mang Dudung yang sudah pernah berangkat ke kota J, sudah tidak kebingungan lagi untuk mencari tempat membeli tiket busnya.
''May, kamu tunggu di sini dulu ya. Mamang beli pulsa dulu biar bisa kabari Imah kalo kita berangkat ke kota J hari ini.'' Jelas Mang Dudung.
''Iya Mang, jangan lama-lama ya Mang.'' Jawab Mayang.
''Iya, lagian cuma deket sini aja kok.'' Kata Mang Dudung dan berjalan meninggalkan Mayang yang tengah duduk dikursi tempat biasa para calon penumpang menunggu bus untuk berangkat.
Jujur Mayang masih was-was jika Joko tiba-tiba datang menjemputnya. Hampir setengah jam lebih Mang Dudung pergi, sampai sekarang belum juga datang. Mayang sudah terlihat sangat takut, bagaiman tidak, ini adalah kali pertama dia melakukan peejalanan jauh.
Namun tiba-tiba bahu Mayang ditepuk oleh seseorang dari arah belakang.
''Auww...tolong..tolong, jangan bawa May.'' Ucap Mayang kaget dan reflek berteriak.
''May..May, tenang May. Ini Mamang, jangan takut.'' Kata Mang Dudung yang takut dikira orang berniat jahat sama Mayang.
'' Mamang, kagetin aja. Pikir May orang jahat, kenapa Mamang dari belakang? Bukannya Mamang tadi pergi ke arah depan.'' Ucap Mayang sambil mengelus-elus dadanya.
''Maaf May bikin kamu kaget, Mamang muter-muter cari kios pulsa.'' Jelas Mang Dudung sambil cengengesan.
'' O iya May, tadi Mamang sudah hubungi Imah. Dia seneng banget kita mau datang ke kota J. Mamang sudah jelaskan semuanya, kamu jangan kuwatir ya.'' Ujar Mang Dudung.
''Terimakasih banyak Mang, terimakasih sudah membantu May. May ga akan melupakan kebaikan Mamang sama Imah. Kalau tidak ada Mamang, May ga tau bagaimana nasib May jadinya Mang.'' Ungkap Mayang dengan perasaan haru mandang Mang Dudung yang sudah duduk di sebelahnya.
''Jangan sungkan gitu May, bukankah sudah kewajiban kita saling tolong menolong. Apalagi kita bertetangga, dan kamu juga sudah Mamang anggap seperti anak Mamang sendiri sama seperti Imah.'' Mang Dudung bicara dengan penuh keikhlasan.
''Sudah-sudah..jangan bersedih lagi, berjanjilah mulai sekarang saat kita meninggalkan kota ini, saat itu juga kamu meninggalkan semua kesedihanmu di sini.'' Mang Dudung kembali menguatkan Mayang.
''Iya Mang,May janji mulai saat ini tidak ada lagi sedih-sedihan. May janji.'' Ucap Mayang dengan semangat. Mang Dudung yang melihat juga sangat bahagia.
Setelah satu jam menunggu, sesuai jadwal bus pun siap untuk berangkat. Semua penumpang sudah duduk di kursi masing-masing. Pada saat Mayang melihat ke luar jendela bus, betapa kagetnya Mayang melihat Joko yang tengah berjalan menuju pintu bus yang di tumpanginya.
''Ya Tuhan Mang, Mang Joko Mang..ada Joko di sini.'' Bisik Mayang sambil menunduk dibalik kursi penumpang.
''Tenang May tenang, kita menunduk terus. Jangan melihat ke arahnya.'' Ujar Mang Dudung pelan.
''Ya Tuhan, tolong selamatkan hambamu ya Allah. Jangan biarka orang jahat itu membawa aku ya Tuhan. Tolong hambaMu ya Tuhan.'' Gumam Mayang dengan tubuhnya yang sudah menggigil karean ketakutan.
''Hei Pak Tua, bus ini tujuan kemana?'' Tanya Joko sambil terus mengedarkan pandangannya kesetiap kusri penumpang.
''Apaa? Kamu bilang apa Nak?'' Tanya Kakek itu balik.
''Bus ini mau kemana?'' Teriak Joko yang sudah kesal.
''Ohw..bus ini tuj--.'' Omongan kakek itu terpotong saat Pak Supir menyuruh Joko dan dua kawannya untuk turun.
''Hei, sudah turun sana. Kami mau jalan, bus sudah penuh. Cari bus lain saja, cepat kami sudah telat nih.'' Teriak Pak Supir karena bersaing dengan suara musik koplo yang cukup keras.
'' Ayo Joko, mungkin bukan bus yang ini. Kita turun saja.'' Ajak kawannya sambil menariknya turun dari bus.
Sungguh luar biasa leganya Mayang dan Mang Dudung saat Joko sudah kembali turun dan bus pun sudah melaju meninggalkan loket.
''Alhamdulillah ya Allah, Alhamdulillah...Mang..'' Ucap Mayang penuh syukur.
''Iya May, Alhamdulillah mereka tidak menemukan kita.'' Jawab Mang dudung penuh kelegaan.
Akhirnya bus yang mereka tumpangi melaju dengan lancar menunju kota J. Jarak kota B ke kota J tidak memakan waktu berhari, hanya menempuh waktu dua setengah jam lebih bus yang mereka tumpangi sampai di kota J. Yang tanpa Mayang sadari, dia tengah berada di kota yang sama dengan suaminya, Rangga.