NovelToon NovelToon
Terjebak Pernikahan Kontrak

Terjebak Pernikahan Kontrak

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Patahhati / Duda / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:27.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: Clarissa icha

Harap bijak memilih bacaan.
riview bintang ⭐ - ⭐⭐⭐ = langsung BLOK.!


Barra D. Bagaskara, laki-laki berusia 31 tahun itu terpaksa menikah lagi untuk kedua kalinya.
Karena ingin mempertahankan istri pertamanya yang tidak bisa memliki seorang anak, Barra membuat kontrak pernikahan dengan Yuna.
Barra menjadikan Yuna sebagai istri kedua untuk mengandung darah dagingnya.

Akibat kecerobohan Yuna yang tidak membaca keseluruhan poin perjanjian itu, Yuna tidak tau bahwa tujuan Barra menikahinya hanya untuk mendapatkan anak, setelah itu akan menceraikannya dan membawa pergi anak mereka.

Namun karena hadirnya baby twins di dalam rahim Yuna, Barra terjebak dengan permainannya sendiri. Dia mengurungkan niatnya untuk menceraikan Yuna. Tapi disisi lain Yuna yang telah mengetahui niat jahat Barra, bersikeras untuk bercerai setelah melahirkan dan masing-masing akan membawa 1 anak untuk dirawat.

Mampukah Barra menyakinkan Yuna untuk tetap berada di sampingnya.?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Barra membelokkan mobilnya ke salah satu perumahan yang terbilang bagus di dekat tempat tinggal Yuna sebelumnya.

Dia menghentikan mobil setelah masuk ke cluster kedua dari gerbang utama.

"Itu rumahnya.?" Tanya Yuna sembari menunjuk salah satu rumah minimalis yang berjejer beberapa unit dengan model yang serupa. Hanya ada tembok setinggi 150 centi meter yang menjadi pembatas teras satu dengan yang lainnya. Rumah minimalis begaya modern dengan 2 lantai, terlihat mewah di bagian depan.

"Hemm."

"Ayo turun." Ajak Barra. Dia turun lebih dulu untuk membawakan koper milik Yuna.

Sembari turun dari mobil, mata Yuna terus mengamati keadaan komplek perumahan yang ada dia tempati.

Totalnya ada 5 rumah yang sejajar dengan rumah miliknya, semuanya sudah di huni karna disetiap garasi ada mobil yang terparkir disana.

Namun suasananya sangat sepi, seperti tidak ada kehidupan disetiap rumah karna hanya ada beberapa kendaraan yang lalu didepan rumah.

Yuna yakin akan betah tinggal disana karna lingkungannya yang bersih dan sejuk dengan banyak pohon yang tumbuh di depan rumah dan di sebarang jalanan terdapat taman kecil dengan pohon yang rimbun.

"Liat-liatnya nanti saja, sekarang bawa masuk dulu barang-barang kamu." Suara teguran Barra membuyarkan fokus Yuna yang sedang asik mengamati keadaan komplek.

"Setelah ini kamu masih harus kembali ke rumah sakit." Ucapnya lagi. Barra seolah mengingatkan Yuna kalau mereka tidak punya banyak waktu untuk berlama-lama dirumah itu.

Yuna mengangguk, dia membawa tas besar dan menyusul Barra yang sudah membuka pintu rumah dan terlihat akan masuk kedalam.

"Aku bekerja di luar kota, kemungkinan hanya datang 1 sampai 2 kali dalam seminggu."

Tutur Barra memberi tau.

"Aku mengerti." Yuna enggan terlalu menanggapi lebih jauh, lagipula dia sadar jika pernikahan mereka hanya berlandaskan kertas perjanjian. Yuna tidak akan menuntut apapun atas Barra, juga tidak berharap pernikahan mereka berjalan layaknya pernikahan pada umumnya.

Bagi Yuna, pernikahan yang dia lakukan hanya sebatas balas budi pada Barra karna telah menyelematkan hidupnya dari rentenir dan menyelamatkan hidup Mama Rena.

Tentang bagaimana kelanjutan hubungan mereka kedepannya, Yuna akan menyerahkan sepenuhnya pada Barra.

"Di atas ada 2 kamar, di bawah hanya ada 1."

"Sebaiknya biar Mama kamu yang tidur di kamar bawah, biar nggak cape naik turunnya." Tutur Barra. Meski dengan nada datar, namun terdengar penuh perhatian di telinga Yuna.

"Ini Kopernya mau di taruh di kamar yang mana.?" Tanyanya sembari berbalik badan menatap Yuna.

"Hah.?? Kenapa.?" Yuna melongo. Dia tidak mendengar jelas apa yang diucapkan Barra setelah itu. Dia sibuk mengagumi sosok Barra yang pengertian dan penuh perhatian.

"Kopernya mau di taruh dimana.?" Tanya Barra sekali lagi. Dia mengencangkan suaranya agar didengar oleh Yuna yang menurutnya memiliki masalah pada pendengarannya.

"Itu koper ku, biarkan saja disitu. Nanti aku bawa sendiri ke atas." Jawab Yuna.

Dia berjalan menuju kamar untuk menyimpan baju-baju milik Mama Rena.

Berjalan pelan sambil menatap seluruh ruangan yang sudah dilengkapi dengan furnitur.

Barra benar-benar menyediakan semua yang dibutuhkan oleh Yuna dan Mama Rena dirumah itu.

"Kenapa harus sebaik ini padaku." Gumam Yuna lirih. Kamar yang akan ditempati Mama Rena juga lengkap dengan fasilitas elektronik. Lemari besar juga ada di sana.

Yuna sampai tidak tau kenapa Barra bisa memberikan semua ini padanya. Sedangkan pernikahan mereka hanya di atas kertas. Barra juga tidak menuntut apapun padanya.

"Sebenarnya siapa dia.?"

Yuna sangat penasaran dengan sosok Barra yang masih misterius. Barra bahkan tidak membawa anggota keluarganya saat acara pernikahan tadi pagi. Dan anehnya, Mama Rena juga tidak mempermasalahkan hal itu.

Sedangkan Yuna tidak berani menanyakan hal itu pada Barra meski dia sangat penasaran dengan keluarga Barra.

Setelah menaruh tas besar di dalam lemari baju, Yuna segera keluar.

Seperti apa yang dikatakan oleh Barra, setelah ini dia harus kembali lagi ke rumah sakit.

Tapi begitu keluar dari kamar, Yuna tidak mendapati Barra ada di sana. Koper miliknya juga tidak ada, padahal Yuna sudah menyuruh Barra untuk meletakkannya di ruang keluarga.

"Mas,,," Seru Yuna. Kepalanya mendongak, menatap ke lantai dua.

"Mas Barra di atas.?" Seru Yuna lagi. Beberapa saat diam, tapi tidak ada jawaban dari Barra.

Melihat koper tidak ada di lantai 1, Yuna yakin kalau Barra naik ke atas untuk membawakan kopernya ke kamar.

"Sedang apa dia." Yuna langsung menaiki tangga. Penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh Barra sampai tidak mendengar teriakannya.

"Mas Barra,," Yuna membuka kamar pertama yang terletak di dekat tangga.

"Nggak ada." Ujarnya setelah memastikan kamar itu kosong meski ada kamar mandi di dalam yang belum Yuna lihat. Karna di kamar itu tidak ada koper miliknya.

"Mungkin disitu." Yuna beralih pada kamar terakhir.

Dia semakin Yakin kalau Barra ada didalam karna pintu kamar itu tidak tertutup sempurna.

Yuna mengetuk pintu lebih dulu, kemudian membuka pintu perlahan.

Didalam ada Barra yang terlihat sedang menelfon tapi hanya diam saja saat melihat Yuna masuk.

Setelah itu, Barra justru mematikan telfon dan menyimpan ponselnya ke saku celana.

"Kenapa dimatiin.? Lanjutin aja, aku cuma mau mastiin aja soalnya Mas Barra tiba-tiba nggak ada di bawah." Jelas Yuna. Matanya mengamati seluruh ruangan yang terlihat lebih luas dari kamar yang lain. Ranjangnya juga jauh lebih besar dan furniturnya lebih lengkap.

Yuna tertarik dengan design dan penataan furniturnya.

"Masuk saja kalau mau liat."

Bukannya menanggapi ucapan Yuna, Barra malah fokus pada Yuna yang terlihat penasaran dengan isi kamar sampai kedua bola matanya berputar mengitari ruangan.

"Eh.? E,,enggak, nanti saja."

"Ayo ke rumah sakit lagi,"

Yuna langsung mundur dua langkah dari depan pintu, terlihat salah tingkah karna disuruh masuk oleh Barra ke dalam kamar. Meski Yuna tau Barra tidak akan berbuat sesuatu padanya, tapi merasa aneh jika harus berduaan didalam kamar.

Barra mengangguk, dia keluar dan menutup pintu.

"Didalam ada walk in closetnya, tapi koper kamu masih di kamar." Tutur Barra.

"Iya nggak apa-apa, nanti aku pindahin sendiri."

"Sudah 1 jam lebih kita diluar, apa operasinya sudah selesai." Gumam Yuna sembari menatap arlojinya dengan perasaan cemas.

Dia berharap operasi Mama Rena berjalan lancar dan tidak terjadi sesuatu padanya.

"Jangan khawatir, Mama kamu akan baik-baik saja." Ucap Barra.

Nada bicaranya yang tenang dan meyakinkan, membuat Yuna sedikit lebih lega.

Keduanya masuk ke dalam mobil. Barra menyerahkan kunci rumah pada Yuna.

"Simpan kuncinya." Barra menyodorkan kunci di pangkuan Yuna.

"Iya, makasih." Yuna mengambil dan menyimpannya didalam tas.

"Maharnya juga belum sempat aku kasih ke kamu ya." Ujar Barra. Kini dia merogoh saku celana untuk mengambil dompet.

Yuna mengangguk pelan. Dia tau mahar yang diberikan Barra jumlahnya lumayan besar, tapi Yuna tidak sempat memikirkan wujud uang itu karna fokus memikirkan sang Mama.

"Gunakan untuk keperluan pribadi kamu." Tutur Barra sembari menyodorkan kartu ATM pada Yuna.

"Untuk keperluan sehari-hari, nanti aku transfer setiap awal bulan."

Yuna mengambil kartu ATM itu dengan ekspresi bingung, tidak tau harus bicara apa. Nyatanya meski hanya menikah di atas kertas, Barra bertanggungjawab atas kehidupan Yuna dan keluarganya.

"Sekali lagi terimakasih, tapi uang ini juga sudah lebih dari cukup." Yuna menolak halus apa yang memang seharusnya menjadi haknya.

Karna Barra bermaksud memberikan nafkah untuk sang istri.

"Nggak ada penolakan." Ucap Barra tegas.

Dia langsung melajukan mobilnya.

1
Sriza Juniarti
kocak..kayaknya🤣🤣
roza prasinta
oon yuna, mau pula kd madu
Etha Margaretha
goblooookkkkk..gamau dket ama papanya anak² dngn maksd gamau dihina...tp masuk ke apartemen lelaki lainnnnn...TOLOL !!!!
Etha Margaretha
cewek anjeng
Etha Margaretha
Luar biasa
Heldina Togatorop Dina
barra, serakah harusnya dia milih Yuna dan anaknya
Heldina Togatorop Dina
harusnya barra milih Yuna, karena ada anak"
Leha Valenia
Luar biasa
Heldina Togatorop Dina
yuna bodoh bgt, kog mau sih ngasih anaknya, tetap aj cerai, karena bara ngak ada cinta SM km yuna,sadar dong
moemoet
Luar biasa
Inggrianie Sikumbang
ceritanya bagus
elluph
iklannya lama bgt
Quieenarra Nathaniella Kayleen
Luar biasa
Muki Roh
Kecewa
Muki Roh
Buruk
Annisa Rizki
Luar biasa
Muki Roh
bara jahat banget yaaa😭😭
Muki Roh
dasar si boro... licik
Susana Sari Sari
ceritanya biarpun panjang tp tidak sama sekali jd bosan thor...karyamu keren....
@𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺nada Mυɳҽҽყ☪️
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!