Kebangkitan Istri Tersakiti [Mengejar Cinta Janda]

Leona berjalan kebawah dengan emosi yang sudah tidak tertahan, sedang kan Arsa dan Arita begitu terkejut sehingga mereka tidak menyadari kalau Leona sudah ada di depan mereka, tanpa menunda lagi tangan Leona melayang ke pipi Arsa dan juga Arita.

"Kalau sudah tidak tertahan, sebaiknya kalian lakukan di luar,jangan kotori rumah ini dengan kelakuan bejat kalian!!" teriak Leona dengan penuh Emosi.

"Eh tante, ini rumah, rumahnya mas Arsa, terserah dia dong mau melakukan hal itu dimana?"ucap Arita dengan tak tahu malu.

Membuat Leona semakin geram dan marah.

"Kau benar-benar!!!, Arsa... kau pilih, dia atau aku yang keluar dari rumah ini, saat ini juga"ucap Leona seraya menahan segala amarah.

Arsa yang memang salah selalu diam, ia tidak bisa menahan nafsunya, niatnya ingin memperbaiki hubungan, nyatanya akan semakin rumit.

"Arita....kau pulang lah, candra pasti akan mencemaskan mu"ucap Arsa.

"Papa sudah mengusirku mas, tidakkah kau kasihan padaku, aku begini juga karena membela mu tadi"ucap manja Arita seraya bergelayut manja di lengan Arsa,

Oh tuhan.. apakah ada manusia seperti mereka di dunia ini.

Dan anak kecil ini, apakah tidak ada pemuda seumuran dengannya yang mau di jadikan nya kekasih, kenapa harus memilih lelaki yang sudah beristri.

Begitulah pikiran Leona. ia sudah jijik dengan kedua manusia itu.

"Arsa... pergilah bersama nya, dan apa tadi, dia di usir oleh papanya, Nikahi dia Arsa, dan ceraikan aku"ucap Leona seraya meninggalkan kedua manusia itu.

"kau tidak akan meninggalkan aku kan sayang"ucap Arita yang masih bisa di tangkap oleh pendengaran nya Leona.

"Arita... kenapa kau malah kemari? tidak kah kau tahu, kedatangan mu malah menambah masalah padaku"ucap Arsa dengan nada kesal.

"Bukankah tadi kau juga menginginkan ku"ucap Arita yang kini sudah bersandar di dada bidang Arsa.

Arsa langsung menarik tangan Arita agar keluar dari rumah ini, Benar yang di katakan Leona .

Rumah ini bersih dari segala permasalahan selama ini,kenapa Arsa begitu ceroboh.

"Kau akan membawaku kemana?"tanya Arita dengan manja.

"Selama dua tahun ini, aku beri kau kebebasan tinggal di apartemen ku, Arita... mengertilah, aku harus memperbaiki hubungan ku dengan Leona terlebih dahulu, tapi...kau malah menghancurkannya"ucap kesal Arsa.

"Dan kau apa yang kau katakan tadi, kau bilang kau bisa menjadi seperti dirinya? itu tidak akan bisa kau lakukan Arita, kau tidak akan bisa menjadi seperti dirinya"ucap Arsa kembali.

"Lalu... apa hubungan kita selama ini? apa kau hanya menjadikan aku sebagai pemuas nafsumu, jelas-jelas aku jauh lebih baik darinya" ucap Arita dengan marah.

"Kau masih sekolah Arita, aku ingin untuk saat ini kau fokuslah belajar"ucap Arsa yang sudah membawa Arita ke apartemen nya.

"Tapi aku mau kamu seutuhnya, tubuhku tidak bisa jauh dari kamu mas, aku selalu menginginkan ini"ucap Arita yang kini sudah memegang senjata Arsa, tentu senjata itu memberi reaksi saat genggaman tangan mungil itu mempermainkan nya.

"Ah... Arita...kau selalu bisa membuatku lupa akan segalanya"ucap Arsa mendes*h menahan gejolak yang kini sedang membakarnya.

Melihat reaksi Arsa, Arita semakin terlihat menggila saat sudah mempermainkan senjata Arsa, ia menjadikan senjata itu seperti permen lollipop, dengan begitu nikmat Arita menikmatinya.

M*njil*t, mengecup, bahkan menghis*pnya dengan sangat dalam. membuat sang pemilik permen itu tidak tahan dan menumpahkan semua laharnya di mulut Arita. mobil sudah ia tepikan saat, Arita sedang asik bermain dengan permen nya.

"Aku suka caramu Arita"saat Arsa sudah lepas dengan semua laharnya, terlihat Arita menelan semua cairan itu dengan begitu nikmat.

"Kau milikku, dan ini .. ini hanya milikku"ucap Arita yang kini sudah menduduki area senjata itu.

hanya sekali hentakan, senjata itu sudah Arita redam dalam wadah miliknya,

Arita dengan penuh semangat menaik turunkan tubuhnya yang kini berada di atas sele*gka*gan Arsa, sedangkan Arsa menengadah menikmati semua permainan Arita, yang selalu membuatnya lupa akan Leona.

Permainan itu berlangsung lama, dan hanya Arita yang memandu permainan itu, sehingga Akhirnya Arita mengerang akan tumpahnya cairan dari dalam gua nya.

Aaaaaaahhhh,

Teriak Arita seraya menjatuhkan dirinya di tubuh Arsa, peluh menetes dengan begitu banyak, membuatnya semakin menarik di mata Arsa, Arsa menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya, karena keringat itu, rambut Arita menjadi basah dan mempesona.

"Apakah masih kurang pelayanan ku mas"ucap Arita yang kini sudah berada tepat di depan wajah Arsa, nafas mereka saling bertabrakan, membuat naf*u Arita kini bangkit lagi, tanpa menunggu jawaban dari Arsa, Arita ******* bibir Arsa dengan sangat rakus, memberi permainan di setiap jenjang tubuhnya.

Sungguh naf*u gadis kecil ini tidak bisa Arsa tebak, karena saat bersama nya , Arita seakan tidak pernah mengenal kata lelah untuk bermain kuda-kudaan dengan nya, karena itulah, Arsa selalu bermain dengan Arita, menerima setiap kepuasan dalam permainannya Arita.

Jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi, Arsa pun mengantarkan Arita ke apartemen nya.

dan ia langsung membersihkan dirinya, meski bermain di dalam mobil selama berjam-jam, itu tidak membuat Arita kelelahan, bahkan tenaganya nyaris selalu bertambah.

"Kau istirahat lah disini, kau sudah bekerja terlalu banyak tadi"ucap Arsa seraya mencium kening Arita, ia sedikit tidak tega meninggalkan Arita sendirian di apartemen ini, tapi... ia harus bisa meluluhkan hati Leona saat ini.

Karena bagaimana pun, Arsa juga mencintai Leona dengan sangat.

Apakah pria akan seegois itu?

Tanpa Arsa tahu, adegan nya dalam mobil sudah ada yang mengirimkan nya ke Leona.

Membuat Leona semakin jijik pada Arsa, bahkan ia memegang dadanya sendirian agar tidak merasakan sakit terlalu dalam.

Leona menengadahkan kepala nya, menahan air mata yang akan siap jatuh kapan saja.

"Mengapa aku menjadi sebodoh ini, mengapa selama ini aku tidak mengenal Arsa dengan baik? Arsa... lepaskan aku baik-baik, dan tinggallah bersama nya, setidaknya...kau tidak akan menghapus semua kenangan indah kita, perlahan-lahan kau membuat kenangan indah itu menjadi kenangan yang paling menyakitkan bagiku Arsa,lepaskan aku secara baik-baik, maka aku tidak terlalu membenci mu"ucap Leona seraya menatap foto pernikahan mereka yang terpajang dengan sangat indah di dinding kamar mereka.

Sesekali Leona mengelus ranjang yang ber sprei putih itu, rasanya sudah lama Arsa tidak memberi kehangatan di ranjang itu.

Leona ingin menertawakan dirinya sendiri, kebodohan nya sendiri, namun air mata yang justru datang terlebih dahulu.

Melihat jam sudah menunjuk kan jam 5 pagi, Leona bangun dan membersihkan tubuhnya, karena tidak mungkin baginya untuk tidur kembali.