" Meskipun Anda adalah ayah biologis saya, tapi Anda bukanlah ayah dalam kehidupan saya!" ucap Haneul Ahmad Syafi.
Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun berkata tajam kepada pria dewasa yang mengenakan jas putih. Dia tahu bahwa pria itu adalah orang yang membuatnya dirinya ada di dunia ini sekaligus membuat sang ibu menderita selama bertahun-tahun.
Bagiamana pria itu meluluhkan hati putra dan wanita yang pernah ia buat menderita karena perbuatan jahatnya di masa lampau?
Akankan Haneul dan ibunya bisa menerima pria itu di kehidupan mereka, mengingat trauma yang dibuat pria itu cukup membuat sang ibu merasa menderita?
Yuuk baca, yang tidak suka di skip tidak apa-apa.
Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JSI 22: Hanya Akan Jadi Putraku
" Tidak, jangan. Jangan mendekat!!! Kau bajingan, kau pria paling buruk yang aku temui! Jangan mendekat."
" Maafkan aku, aku mohon maafkan aku. Jangan takut padaku, aku datang untuk meminta maaf. Aku tidak akan menyakiti mu. Aku sungguh tidak ingin menyakitimu. Aku datang untuk menerima hukuman dari apa yang sudah aku lakukan. Maafkan aku."
" Ibu!"
" Apa dia adalah anakku?"
" Bukan, dia anakku dia hanya anakku. Pria sepertimu tidak pantas menjadi ayahnya. Pergi! Kau pria yang jahat! Kau sudah membuat hidup ku menderita. Kau membuat kami menderita! Pergi!!
Azan magrib berkumandang, Sai bangun dengan sangat terkejut. Terkejut karena mimpi nya dan terkejut karena sudah petang. Terlebih lagi dia melewatkan waktu ashar.
Sai bergegas bangkit lalu melaksanakan kewajiban yang tertunda. Biarlah semua Allah yang menghitungnya, tapi yang jelas dia berusaha untuk membayar apa yang menjadi hutangnya.
Setelah selesai, ia masih termangu di atas sajadahnya. Sai mencoba mengingat mimpi yang baru saja ia alami. Seorang wanita berhijab itu menangis dan meronta. Meskipun dia tidak bisa melihat wajahnya tapi dia mengenali suaranya, suaranya sama dengan wanita yang selama ini ada di mimpinya. Hanya penampilannya saja yang berbeda.
Wanita itu masih terus meronta ketika Sai mendekat untuk meminta maaf. Wajah ketakutan dan seperti menahan sakit itu bisa Sai rasakan meskipun tidak bisa melihat wajahnya. Tapi di mimpinya kali ini ada yang berbeda. Ketika ia sedang membujuk wanita itu, muncul seorang anak. Anak itu memanggil wanita itu dengan sebutan ibu. Sai menjadi bertanya, apakah yang ia lakukan waktu itu membuat si wanita mengandung dan melahirkan seorang anak?
Sai semakin kalut, dia harus segera bisa menemukan wanita itu. Tapi sampai sekarang belum ada informasi yang ia terima. Ya, Sai meminta kenalannya di negara Korea Selatan untuk mencari tahu lagi tentang peristiwa 8 tahun lalu.
" Apa mimpi itu adalah sebuah pertanda bahwa aku benar-benar punya anak? Apa mimpi itu adalah pertanda bahwa hidup wanita itu benar-benar menderita? Ughhh Sailendra, mengapa kau sungguh bodoh."
Sai mengusap wajahnya kasar dan mengacak rambutnya dengan sangat keras. Ia benar-benar seperti kehilangan akal. Pikirannya kacau daan hatinya sangat resah. Mimpi yang baru saja ia alami seperti sebuah kejadian nyata yang ia alami. Kini ia mencoba untuk menghubungi orang yang ia minta untuk menyelidiki, tapi jawaban orang itu masih sama yakni belum menemukan apapun.
Drtzzz
Ponsel Sai berbunyi, sebuah nama yang sebenarnya sudah sangat enggan ia sebut. Sai pikir, setelah operasi itu urusannya sudah selesai, tapi rupanya tidak. Linggar masih terus menghubunginya.
" Tck, ada apa?"
" Sai, bisakah kita bertemu?"
Soul Restaurant, ketika Sai menginjakkan kaki di sana tampak Linggar yang sudah sampai lebih dulu. Pria itu melambaikan tangannya meminta Sai untuk datang ke mejanya.
" Duduklah, mau pesan apa?"
" Jangan basa-basi, cepat katakan ada apa kau memintaku bertemu."
Linggar menghela nafasnya, ia sangat maklum dengan perlakuan Sai kepadanya. Dia tidak akan marah karena dirinya merasa pantas untuk mendapatkan itu.
" Ini soal wanita 8 tahun lalu, aku mendapatkan gambar wajahnya.
" Apa? Benarkah? Kau yakin?"
***
" Selamat datang kembali di rumah Hyejin. Dan selamat datang untuk Han, ini akan jadi rumahmu mulai sekarang."
Mata Hyejin berembun saat menginjakkan kakinya kembali di rumah masa kecilnya. Tidak banyak yang berubah di rumah itu, semuanya masih sama seperti 8 tahun lalu ia meninggalkannya.
Sedangkan Haneul, dia takjub karena rumah tersebut begitu luas, lebih luas dari pada rumah mereka yang ada di Paris. Tapi bukan itu yang membuat Haneul senang, melainkan atmosfir rumah. Ya, atmosfir rumah tersebut sungguh terasa hangat dan nyaman.
" Kalian berdua istirahatlah dulu, perjalanan panjang pasti membuat kalian lelah " ucap Brigita.
Hyejin mengangguk, ia ,membawa Haneul pergi ke kamarnya. Dan ketika membuka pintu kamar, Hyejin kembali terharu. Kamarnya masih masih sama persis dengan kamar yang ia tinggalkan. Bahkan penempatan semua barang pun tidak bergeser sama sekali. Tapi meskipun begitu kamar itu sungguh bersih. Brigita merawatnya dengan sangat baik, karena ia pun terkadang tidur di sana jika rasa rindu terhadap putrinya mencuat.
" Eomma, kamar ini sungguh cantik."
" Hmm, kau benar Han. Dulu Eomma menyukai hal-hal yang berbau cantik dan manis. Sekarang istirahatlah, kamu pasti lelah."
Haneul tersenyum, ia merebahkan tubuhnya. Tapi tidak berselang lama Haneul pun menarik tangan Hyejin. " Ayo kita istirahat bersamamu Eomma." Haneul masih takut jika tiba-tiba Hyejin hilang dari sampingnya. Maka dari itu ia pun tidak ingin melepaskan tangan Hyejin meskipun dalam tidurnya.
" Han, Eomma tidak akan kemana-mana. Maafkan Eomma ya sayang, karena apa yang Eomma lakukan sudah membuat Haneul takut. Eomma berjanji tidak akan melakukan hal yang sama lagi."
Grebb
Dia tas ranjang, Haneul memeluk erat tubuh Hyejin. Ia menenggelamkan wajahnya ke pelukan sang ibu. Apa yang dikatakan oleh Hyejin memang benar bahwa ia takut ibunya melakukan hal yang menakutkan seperti kemarin.
" Aku sayang Eomma.
" Eomma juga sayang Haneul, jadi mari kita istirahat."
Hyejin mengusap lembut kepala Haneul dan sedikit bersenandung. Tanpa sadar air matanya kembali luruh. Kali ini bukan karena ingatan buruk yang menyakitkan itu, tapi karena Haneul. Ia sungguh merasa bersalah, ia merasa menjadi ibu yang buruk bagi putranya. Bagaimana bisa anak sekecil itu bisa menghadapi hal seperti kemarin, sungguh rasanya Hyejin ingin merutuki dirinya sendiri.
Namun, semua itu jelas percuma bukan. Penyesalan pasti berada di akhir. Saat ini yang perlu ia lakukan adalah tidak melakukan hal-hal bodoh. Jangankan melakukan, untuk memikirkan pun tidak boleh.
" Maafkan Eomma Han. Eomma janji Eomma akan lebih kuat, Eomma berjanji akan berusaha untuk melawannya demi kamu nak. Semua yang Eomma lakukan adalah demi kamu Haneul Ahmad Syafi, putraku. Ya Han adalah putraku, dan hanya akan jadi putraku."
TBC
cerita ini sangat bagus bagus banget menurut ku. dan mengenai haneul yang dewasa padahal usia nya masih kecil itu di real juga ada jadi g heran kalau haneul punya pikiran sedewasa itu.
semangat berkarya kk othor 💪💪💪.
sangat2 bijak sekali.
sukses slalu k