Maha Rani Larasati rela menikah dengan Daniel Nur Indra seorang duda ber anak satu tapi jauh dari kata bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trisubarti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8
"Ibuuuu...hiks hiks...Rani mau ikut bu, Rani disini sendirian bu...anakku sudah pergi..huu..huuu..." Rani menangis tersedu-sedu ingin menggapai tangan ibunya, tapi tidak sampai.
"Kembalilah nak, anakmu aman bersama Ibu." titah Ibu sekar kemudian menghilang. Rani di tarik dari belakang.
"Nona..nona Rani.." dokter menepuk-nepuk lengannya. Rani membuka matanya.
"Nona sudah sadar.." Tanya dokter.
"Hiks hiks Ibu...Rani mau ikut aja."
"Di sini Rani nggak ada yang sayang," "Rani benci! Rani benci sama suami Rani bu.." "Rani Mau peluk Ibu! tapi kenapa? Ibu nggak mau Rani peluk."
"Huu...huuu Rani menangis tersedu, badanya bergetar, dokter Rizal bingung entah harus berbuat apa.
"Sudah, Mbak Rani yang sabar ya! Mbak Rani kekamar mandi dulu, ayo saya bantu." Hibur suster kepada Rani. Suster memapah Rani ke kamar mandi.
"Mbak Rani membawa salin baju nggak?" tanya suster. Rani menggeleng.
Suster kemudian keluar, clingak clinguk.
"Kenapa sus?" Tanya dokter.
"Mau manggil suaminya Mbak Rani dok, soalnya tidak bawa ganti dia." Jawab suster.
"Biar saya pañggilkan suaminya, kamu urus Rani dulu sus" titah dokter.
"Baik dok" Suster ke kamar mandi membantu Rani. Kemudian dokter keluar ruangan operasi memanggil Bambang yang di kira dokter suaminya Rani.
"Bung Istri anda tidak bawa baju ganti?" Tanya dokter.
Bambang cengar cengir sambil menggaruk tengkuknya. Bingung entah harus jawab apa.
Dokter geregetan melihat tingkah Bambang. Bukanya cepat cari baju malah bingung.
"Anda ini bagaimana bung? jadi suami tuh haris cepat !!" Kata dokter naik satu oktap.
"Baik! baik, dok" Bambang ngibrit setengah berlari menuju parkiran. Starter mobilnya, kemudian menuju pasar tradisional. Sampai di pasar Bambang mencari baju yang kira-kira pas buat Rani. Bambang ambil tiga stelan baju. Baju tidur satu, kaos lengan panjang dan celana bahan sepasang, kemudian yang terakhir ambil gamis.
"Bang saya beli ini totalnya berapa?" Tanya Bambang kepada penjual baju.
"Sebentar Mas, saya kalkulasi dulu ya," Penjual pakaian menghitung semua belanjaan.
"Totalnya lima ratus ribu Mas" kata penjualan baju.
"Yo wes nih tak bayar kontan," kata Bambang, tidak pakai menawar.
"Tapi kok seperti ada yang lupa?" Bambang mengingat-ingat.
Oh iya, kemarin kan, nona siapa tuh namanya? Bambang mengingat ingat Nama Rani. Oh iya Rani. Mbak Rani kan berdarah, pastikan dia butuh jerohan. Monolog Bambang.
"Oh iya bang jerohanya belum." Bambang tepuk jidat.
"Jerohan?" Tanya penjual baju bingung.
"Iya bang jerohan, cepet dong bang! keburu - buru nih?! Bambang kesal.
"Mas kalau mau beli jerohan di tukang daging, bukan disini!!" Tukang pakaian ikut kesal.
"We lah, blas toblas! ini nih jerohan" Bambang mengangkat Bh dan ****** *****.
"Ahahaha...Bambang dan tukang pakaian tertawa terbahak - bahak.
"Wah hebat-hebat! ini sih suami idaman, buat pacar apa buat istri Mas?" Tanya Tukang pakaian.
"Sampean ini lho! di beliin ya layanin aja kok kepo" Jawab Bambang jengkel.
"Okay deh Mas, tapi ukuran bh nya berapa?" Tanya pedagang.
Bambang nyengir garuk - garuk lagi.
Kok aku jadi garuk-garuk terus ya, seperti monkey banyak kutunya. Monolog Bambang. 🤣
"Wes karepmu bang pokoknya badanya kurus terus kecil." Bambang menjelaskan.
Penjual pakaian paham, kemudian memasukan belanjaan ke dalam plastik. Setelah berdebat alot, Bambang membayar semua. Kemudian Bambang kembali kerumah sakit.
"Mbak suster...mbak suster...ini baju gantinya." Bambang menyerahkan baju ke suster.
"Oh iya terimakasih" Jawab suster. Suster membawa baju ganti dan di berikan kepada Rani.
"Mbak Rani ganti baju dulu ya.." kata suster kemudian membantu Rani membuka baju. Rani memilih baju gamis lalu ia kenakan.
"Mbak Rani istirahat dulu ya, nanti setelah enam jam baru boleh pulang." Suster menjelaskan.
"Baik suster" Jawab Rani. Suster melangkah keluar tapi belum sampai pintu, Rani memanggil.
"Suster maaf, saya mau tanya, yang beli baju ini siapa ya?" Tanya Rani menunjukkan baju yang ia pakai.
"Oh itu, suami Mbak yang beli." Jawab suster. Sambil berlalu, sebab pasien lain sudah menunggu.
Rani memilin-milin baju yang ia kenakan. Rani berpikir siapa yang membelikan baju untuknya. Baju yang di belikan untuknya semuanya pas. Bahkan sampai dalaman pun tau ukuranya. Apa iya? Daniel yang membelikan, kalau memang iya kenapa tidak memberikan sendiri? Yang Rani ingat selama menikah dengannya hanya di belikan satu boneka.
Pernah di belikan baju ketika mereka belum menikah dengannya, itupun karena kepergok Rani melirik - lirik baju tersebut. Kepala Rani berputar memikirkan baju yang ia kenakan.
Siapa gerangan yang sudah baik hati kepadanya. Rani tidak pernah berpikir kalau yang membelikan baju adalah Bambang. Rani malah tidak kepikiran kalau bambang saat ini masih di sini.
Diluar ruangan.
"Mas temani istrinya, saya di tunggu pasien lain." Kata sustar kepada Bambang.
Bambang tidak menjawab hanya cengar cengir.
Duh, mama ke, anakmu ini mimpi apa? masa harus ngurus bojone uwong. Ampuni hamba gusti...kalau yang hamba lakukan ini salah, hamba hanya niat membantu, tidak lebih. Bambang berdoa. Komat kamit.
Bambang kemudian masuk kedalam ruangan.
"Mbak e sudah enakan belum?" Tanya Bambang yang tiba-tiba masuk.
Rani tersentak kaget, ternyata Bambang masih di sini.
"Sudah mendingan bang. Abang mau minta ongkos taksi ya, maaf saya sampai lupa, tolong diambilkan tas saya ya bang, saya mau ambil uang. Cerocos Rani.
"Sudah mbak e, jangan dipikirkan! yang penting Mbak e cepet sembuh." Ucap Bambang.
"Tapi kan si abang, harus narik, nanti buat setoran hari ini bagaimana?" tanya Rani.
"Tenang saja Mbak e, biar mobil butut itu punya saya sendiri, jadi ndak di kejar setoran. Tutur Bambang.
Rani menatap Bambang seksama, ternyata mobil avanza yang di pakai kemarin punya sendiri.
"Oh gitu ya.." Jawab Rani.
"Mbak e, saya mau tanya masalah pribadi, tapi nuwon sewu, Mbak jangan marah ya?" Tanya Bambang.
"Mau tanya apa." Tanya Rani penasaran.
"Gini loh Mbak! bojone sampean kemana to, kok sampean mengalami nasib seperti ini hanya di tanggung sendiri?" Tanya Bambang kasihan, menahan rasa sakit seperi tadi pagi harusnya ada suami di sampingnya, tapi Rani menghadapi sendiri.
"Suami saya keluar negeri bang" Jawab Rani asal. Agar pertanyaan Bambang tidak panjang.
"Oh pantas, hebat ya Mbak punya suami bisa keluar negeri."
Rani tersenyum di buat-buat, mendengar pujian Bambang.
"Bang mendingan abang pulang biar saya sendiri disini." Titah Rani.
"Ya ndak bisa begitu to mbak e, saya mau temani sampean sampai pulang, saya hanya ingin temani Mbak, ndak ada maksud apa-apa." Tutur Bambang.
Rani menatap Bambang, sepertinya Bambang orang baik.
"Tapi apa nggak ada yang marah kalau abang temani saya di sini?" Tanya Rani. Rani saat ini memang butuh teman untuk berbagi kesedihan. Dan Bambang sepertinya orang yang jujur, serius dan baik.
Rani merasa terhibur Bambang orangnya humoris dan gaya bahasanya yang campur baur membuat Rani terhibur.
lumayan buat nambah penghasilan tambahan 🙏😭😭😭