Kisah dari seorang gadis yang tidak diinginkan kehadirannya oleh kedua orang tuanya. mampukah dia mencari kebahagiaannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Respati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RUMAH SAKIT 1
Bara , Kinan dan bik Siti berjalan kearah kamar inap Kania. Ketika sampai di sana Bara dan Kinan masuk kedalam kamar Kania. Sedang bik Siti menunggu di luar . dengan perlahan Bara membuka kamar inap Kania, mereka berdua segera masuk kedalam. Terlihat Kania yang terbaring lemah di atas ranjang. Wajah cantik itu terlihat pucat dan ada selang infus yang tersambung dengan jarum yang menusuk lengan kiri Kania.
"Pa...kasian kak Kania Pa..." ucap Kinan sedih. Terlihat mata pria kecil itu meneteskan air.
"Iya sayang.... Semoga kak Kania cepat sembuh..." kata Bara sambil mengusap kepala Kinan yang sedang berdiri di dekat ranjang Kania yang sedang terbaring. Perlahan Kinan mengambil tangan Kania dan menggenggamnya. Bara melihat perbuatan Kinan dengan terharu .
"Sayang....lihatlah kak Kaniamu sedang tidur, lebih baik kau sekarang pulang dulu bersama bik Siti, besok kau boleh kembali lagi kemari ..." bujuk Bara pada Kinan. Dia tahu sang putra sedang menghawatirkan keadaan gadis yang sedang terbaring di ranjang.
"Tapi Kinan ingin menemani kak Kania Pa..." tolak Kinan .
"Sayang...dengar kata Papa.. Sekarang Kinan pulang dulu istirahat, besok Kinan kembali lagi untuk menemani kak Kania , papa yakin kak Kania tidak akan suka melihat seorang anak malam- malam ada di luar rumah dan belum tidur, apa Kinan mau kak Kania sedih .." kata Bara sambil mengangkat Kinan untuk dia gendong.
"Benar kah Pa...?" tanya Kinan sambil menatap wajah Bara . Bara hanya menganggukkan kepalanya.
"Baiklah kalau begitu sekarang Kinan akan pulang dulu, Kinan nggak mau Kak Kania sedih besok Kinan akan kembali kemari lagi.." kata Kinan dengan yakin.
"Oke sekarang Kinan pulang bersama bang Supri dan bik Siti ya..." ucap Bara .
"Lalu siapa yang akan menunggui kak Kania Pa...kasihan kak Kania sendiri .." kata Kinan sambil menatap sang papa.
"Jangan khawatir sayang...Papa yang akan menunggui kak Kania.." ucap Bara sambil berjalan keluar ruangan. Sesampainya di luar ia memberikan Kinan pada bik Siti untuk segera membawanya pulang bersama Supri supir nya.
"tunggu sebentar bik, apa maksud Kinan sudah menolong Kinan dua kali tadi.." tanya Bara heran.
"Begini tuan.. sebenarnya Non Kania sudah dua kali menolong den Kinan ketika akan di culik.." jawab bik Siti.
"dua kali...." seru Bara kaget.
"iya tuan...." jawab bik Siti takut.
"Kenapa kau tidak memberitahukan padaku..." seru Bara marah.
"Saat itu tuan dan tuan Dika sedang keluar Negri..." jawab bik Siti dengan wajah pucat.
"Kenapa kau tidak menelfonku...?" kata Bara dengan marah.
"Sudah tuan...saya sudah berkali -kali menelfon tuan tapi nomor tuan tidak bisa di hubungi..." jawab bik Siti.
"Tidak bisa di hubungi...?" kata Bara heran.
"Iya tuan..." jawab bik Siti dengan wajah cemas.
"Iya Pa...Kinan pun juga menelfon Papa beberapa kali tapi selalu di tutup.." kata Kinan menyela pembicaraan sang Papa dengan bik Siti.
"Benarkah...?" jawab Bara dengan wajah heran . apa sebenarnya yang terjadi , siapa yang telah melakukan semua ini.
"Ya sudah , kalau begitu kalian sekarang bawa Kinan pulang. hari - hati di jalan.." kata Bara datar.
"Baik tuan..." jawab bik Siti.
"Supri antar mereka pulang setelah itu kau balik lagi kemari.." titah Bara pada sang supir.
"Baik tuan..." jawab Supri .
"Papa jagain kak Kania ya..." seru Kinan sebelum di bawa bik Siti.
"Pasti Boy ..." jawab Bara
"Trimakasih Pa...dada Papa....." seru Kinan sambil melambaikan tangan pada Bara yang di balas Bara dengan lambaiyan tangan pula. Setelah melihat Kinan menjauh Bara kembali masuk ke dalam kamar inap Kania.
Perlahan dia mendekati tempat tidur Kania. Di tatapnya wajah cantik yang terlihat pucat itu dengan wajah gembira.
"Gadis...sebenarnya dulu kamu pergi kemana Hingga baru sekarang aku bisa menemukanmu kembali .." gumam Bara sambil membelai wajah pucat Kania.
Bara mendudukkan tubuhnya di atas kursi yang ada di sebelah pembaringan Kania. Setelah puas menatap dan membelai wajah Kania Bara segera mengambil henfon yang ada di saku jas kerjanya. Terlihat dia sedang menghubungi seseorang sambil berjalan keluar dari kamar inap Kania.
"Asalamualaikum tuan.." terdengar sahutan dari sebrang.
"Walaikum salam ..Ton kamu udah selesai urusannya...?" tanya Bara dingin.
"Sudah tuan ...ini saya baru datang, semuanya sudah beres sekarang.." jawab Anton sang asisteb pribadi sekalugus sahabat Bara dari sebrang.
"syukurlah, sekarang ada tugas baru untukmu..." kata Bara datar.
"Bar...yang bener aja , gue belum pulang kerumah udah satu bulan tahu..." kata Anton sebal.
"Masalah itu sangat penting Bodoh..." kata Bara .
"Baiklah... ada masalah apa..?" kata Anton mengalah, dia tahu Bara tak akan memaksanya kalau tidak terlalu penting.
"Sekarang kamu selidiki orang yang ingin menculik dan membunuh Kinan..." perintah Bara datar.
"Apaaa..! Kinan mau di culik dan di bunuh...?" tanya Anton kaget bukan kepalang.
"Iya..seseorang menginginkan nyawa putraku, untunglah penculikan itu ada yang menggagalkan ..." jawab Bara dengan nada marah.
"Syukurlah Bar....lalu gimana keadaan Kinan sekarang...?" kata Anton sambil bernafas lega.
"Sukurlah tak terjadi apapun pada Kinan Karena itu aku ingin kamu menyelidiki siapa otak dari penculikan itu yang menginginkan nyawa putraku.." lanjut Bara.
"Baik Bar gue akan menyelesaikan tugas itu.." jawab Anton .
"Aku tunggu lusa laporan itu sudah ada di atas mejaku.." kata Bara datar
"Baik Bara akan kucari dalang dari penculikan ini..." kata Anton dengan pasti.
Barapun menutup sambungan telfon. Setelah itu dia kembali masuk kedalam kamar inap Kania. Perlahan dia mendekati pembaringan Kania. Terlihat ada sorot kesedihan di mata hitamnya. Namun tak lama terlihat ada senyuman di wajah dinginnya.
"Ternyata di dalam kesedihan aku juga mendapatkan kebahagiaan, gadis manis sekarang tak akan kulepas lagi dirimu dari genggamanku, sudah lama aku mencarimu, bagaimanapun aku harus bisa memilikimu.." kata Bara perlahan sambil mengusap wajah cantik Kania yang terbaring masih tak sadarkan diri. Dia tak menyangka di balik bencana penculikan sang putra malah mendapatkan wanita yang telah lama dia cari. Ingin rasanya Bara memeluk tubuh yang terbaring lemah di hadapannya.
"Sabar Bara...masih banyak waktu yang akan kita lalui bersama dia.." gumam Bara sambil tersenyum tipis. sorot mata tajam itu menatap Kania penuh kasih.
Sampai di sini dulu , ayo beri semangat author dengan memberi kritik saran dan like serta komennya. author tunggu lo..
Bersambung.