Bayi Taruhan Sang Mafia Playboy

"APA...? Hanya membawa seorang wanita hamil kalian gagal?" Ucap marah seorang wanita pada orang suruhannya.

"Anda tidak memberitahu pada kami, jika wanita itu pandai beladiri."

"Omong kosong, dia hanya wanita miskin rendahan yang sudah menggoda kekasihku hingga hamil." Teriak Bella, Ya orang yang memberi perintah untuk menculik Sofia adalah Bella.

"Kalau Anda tidak percaya, silahkan culik sendiri. Kami mundur daripada nyawa kami terancam. Ini saya kembalikan sisa uangnya." Ucap pemimpin.

"Pergi kalian sialan, dasar preman kampung tidak guna." Ucap Bella.

Setelah kepergian para preman bayaran itu, Bella memijit kedua pelipisnya. Apa tadi katanya, Sofia menguasai beladiri. Bella berfikir ingin membuktikannya.

"Aku akan pergi ke rumah si miskin itu. Beraninya dia merayu Alessandro hingga hamil. Sedang saat bersamaku, Alessandro tidak pernah bergairah meskipun aku sudah dengan susah payah menggodanya." Ucap Bella.

Dengan membawa sepucuk pistol, Bella bergegas menuju rumah Sofia malam itu juga. Amarah Bella sudah meledak, ingin menghancurkan siapa saja.

Saat sudah sampai pada sebuah rumah meskipun tidak besar, tapi terlihat mewah dari penampilan luarnya. Bella mendapatkan alamat rumah Sofia dari informan yang dia perintahkan.

"Jadi ini, rumah wanita murahan itu. Cukup berkelas untuk wanita miskin seperti dirinya." Gumam Bella.

Tanpa menunggu lama, Bella menerobos masuk setelah menabrak pintu pagar.

Dor

"Sofia keluar kamu!" Teriak Bella penuh dengan api amarah.

Dor

Merasa tidak ada sahutan, Bella sekali lagi menembak kaca jendela yang dia perkirakan adalah jendela kamar milik Sofia. Karena terlihat cahaya remang lampu tidur.

Sedangkan di kamar yang kaca jendelanya telah tertembus peluru, dua orang masih terus ber cinta.

Bukannya berhenti karena mendengar suara tembakan, justru mereka berdua semakin menggila dalam gairah tanpa status hubungan yang jelas. Bahkan Sofia bergerak semakin liar di atas tubuh Alessandro. Mereka ingin segera mencapai klimaks dan merasa sama-sama puas baru melepas penyatuan.

"Ahhh... Alessandrohhh..." Teriak Sofia kala dirinya kembali merasakan gelombang kepuasan.

"Kamu punya musuh, Sofia?" Tanya Alessandro merasa heran karena tiba-tiba rumah wanita itu diserang.

"Tidak, mendengar suara tembakannya itu bukan berasal dari penembak profesional." Jawab Sofia membuat Alessandro terkejut. Pasalnya yang pria itu tahu, jika mantan kekasihnya hanya wanita biasa penjual roti. Tapi sekarang bahkan bisa memperkirakan suara tembakan.

"Sudahlah, aku akan melihat siapa yang sudah menggangguku ber cinta." Ucap Sofia kemudian mengambil gaun malam dengan potongan sangat terbuka.

Sebelum keluar kamar, Sofia membuka layar tablet miliknya kemudian melihat rekaman cctv siapa orang yang berani datang mencari masalah dengannya.

"Ah... Ternyata kekasihmu datang, cepat pergi temui dia." Ucapnya dingin.

"Kita temui bersama, akan aku katakan padanya jika kita telah kembali menjalin kasih." Ucap Alessandro.

"Tapi aku tidak mau menjadi kekasihmu lagi Alessandro." Tegas Sofia.

"Kita baru saja ber cinta, dan kamu menikmatinya hingga pelepasan berulang kali. Tidakkah itu cukup membuat kamu menerima aku lagi di hidupmu Sofia?" Ucap Alessandro.

"Kita ber cinta karena aku ingin, bukan karena mau kembali mempunyai hubungan dengan seorang playboy seperti dirimu. Lagipula, aku bukan wanita yang mau menjadi salah satu di hidupmu." Sarkas Sofia.

"Aku akan memutuskan hubunganku dengannya, dan menjadikanmu satu-satunya wanita dalam hidupku. Jika itu yang kamu mau Sofia." Jawab Alessandro.

"Sayangnya, aku tetap tidak mau. Karena kamu melakukannya hanya ingin menuruti permintaanku. Bukan atas kehendakmu sendiri. Sekarang ayo temui kekasihmu, dan setelah itu pergilah bersama dengannya. Anggap saja malam ini kamu melakukan per cinta an dengan wanita asing." Ucap Sofia.

Mendengar kalimat sarkas mantan kekasihnya, membuat harga diri Alessandro terluka.

Tapi mau bagaimanapun, semua ini belum setimpal dibanding rasa sakit yang dia berikan pada Sofia. Perlahan, Alessandro berjanji akan memperbaiki semua yang telah dia rusak akibat kebodohannya di masa lalu.

Langkah tenang tapi berbahaya terlihat jelas saat Sofia membuka pintu rumahnya, di hadapannya sudah ada wanita yang menjadi kekasih Alessandro.

"Ada apa, kenapa membuat keributan di rumahku." Ucap Sofia tenang.

"Kenapa kamu bilang, karena kamu telah berani merayu Alessandro hingga hamil masih tanya kenapa?" Bella yang telah diselimuti amarah tidak melihat jika sosok pria yang dibicarakan ada di samping Sofia.

"Tanpa aku merayu, nyatanya Alessandro yang mau denganku." Balas Sofia.

"Omong kosong, Alessandro tidak mungkin bergairah dengan wanita yang tidak cukup dengan satu pria. Mengaku Alessandro yang pertama, tapi setelahnya tidur dengan pria lain karena milik Alessandro tidak memberimu kepuasan."

"Ternyata kamu terlalu banyak membaca naskah drama, hingga tahu banyak tentang diriku di masa lalu. Apakah itu permainanmu?" Tanya Sofia.

"Wanita miskin dan bodoh sepertimu memang tidak pantas bersama Alessandro." Ucap sombong Bella yang masih belum menyadari jika ada Alessandro.

"Lihat dengan jelas, jejak merah keunguan yang memenuhi leher hingga dadaku ini perbuatan siapa? Kamu tahu Bella, aku baru saja ber cinta dengan kekasihmu. Sekarang aku kembalikan, bawalah pulang bersamamu."

"Tidak mungkin, dasar pembual." Bella histeris, mengamuk kemudian menodongkan pistolnya.

"Berani sedikit saja kami lukai Sofia, maka aku akan memberikanmu seribu luka yang mungkin tak akan kamu bayangkan." Dingin Alessandro.

"Al... Ales... Benarkah kamu dan dia telah...?" Bella terhuyung tak percaya, bahkan dia melihat leher Alessandro penuh dengan kiss mark.

"Benar, dan aku akan katakan hubungan kita berakhir saat ini juga. KITA PUTUS." Ucap Alessandro.

"Tidak... Aku tidak mau kami putuskan begitu saja, setelah selama lima tahun kita bersama. Ini pasti karena wanita sialan ini yang sudah merayumu." Ucap Bella.

"Tidak ada yang merayuku, tapi aku memang masih mencintai Sofia."

"Dan untuk lima tahun yang telah kita lalui, bukankah itu kamu yang mau. Kamu yang menganggap kita sepasang kekasih. Padahal sekalipun aku tidak pernah bilang mencintaimu Bella. Kamu yang memproklamirkan diri dengan sendirinya." Ucap Alessandro.

"Tidak, apapun alasannya aku tidak terima diputus olehmu. Akan aku bunuh wanita miskin ini." Ucapnya.

Dor...

Tembakan itu meleset, karena dengan gerakan reflek Sofia melompat lalu menendang keras tangan Bella hingga pistol itu terlempar jauh.

Sreekkk... "Ahh...." Teriak Bella kesakitan.

Saat ini, Sofia tengah menarik kuat rambut panjang Bella hingga wajah perempuan itu mendongak ke atas. Tanpa belas kasih, Sofia menamparnya hingga sudut bibirnya pecah.

Bruk...

Setelah itu, Sofia menendang perut Bella hingga tubuhnya terpelanting menabrak mobilnya yang terparkir di halaman. Bella memuntahkan seteguk darah.

"Jika ingin menolongnya, silahkan bawa pergi kekasihmu itu sebelum mati. Dan detik itu juga kamu menjadi daftar musuh yang mungkin akan aku bunuh juga suatu saat nanti." Ucap dingin Sofia.

Tidak ingin menerima kebencian lebih dari mantan kekasihnya itu, Alessandro pun mengirim pesan pada Tom dan Darren untuk mengurus Bella. Sedangkan dirinya kembali masuk mengikuti langkah Sofia. Alessandro dibuat penasaran.

"Sofia, sejak kapan kamu bisa beladiri?" Tanya Alessandro sedikit mendesak.

"Sejak pria yang mengambil mahkotaku pergi begitu saja." Sarkas Sofia.