Gyan Abhiseva Wiguna tengah hidup di fase tenang pasca break up dengan seorang wanita. Hidup yang berwarna berubah monokrom dan monoton.
Tak ada angin dan hujan, tiba-tiba dia dititipi seorang gadis cantik yang tak lain adalah partner bertengkarnya semasa kecil hingga remaja, Rachella Bumintara Ranendra. Gadis tantrum si ratu drama. Dia tak bisa menolak karena perintah dari singa pusat.
Akankah kehidupan tenangnya akan terganggu? Ataukah kehadiran Achel mampu merubah hidup yang monokrom kembali menjadi lebih berwarna? Atau masih tetap sama karena sang mantanlah pemilik warna hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Sudah Dewasa
Sebulan sudah Gyan berjuang di kota yang banyak meninggalkan luka. Dia berusaha betah di sana demi untuk meraih restu dari keluarga perempuan yang dia cinta. Hembusan napas panjang keluar dari bibirnya ketika panggilan untuk segera ke Melbourne hadir.
Seorang Gyan Abhiseva Wiguna jarang sekali menemui ayah juga kakeknya jika tak ada hal penting. Kali ini, anak pertama dari Gavin Agha Wiguna tersebut sudah datang ke rumah besar dan disambut hangat oleh mama dan sang oma. Walaupun dia berada di Jakarta, Gyan memilih tinggal di apartment mewah miliknya ketimbang di rumah besar keluarga.
"Kak--"
Gyan memeluk tubuh sang mama. Usapan lembut di punggung membuat matanya memanas. Namun, sekuat tenaga dia tahan bulir bening yang mendesak ingin keluar.
"Tanpa kamu cerita Mama pasti merasakannya."
Tak ada jawaban, hanya lingkaran tangan yang begitu erat di pinggang sang mama yang Gyan berikan. Pelukan itu mampu mengalirkan energi positif serta menghangatkan hati dan pikiran.
Diusapnya wajah tampan sang putra. Bekas luka itu masih samar terlihat. Si sulung mulai meraih tangan sang ibu. Menyunggingkan senyum yang penuh dengan arti. Dan tatapan yang mengatakan jika dia baik-baik saja.
"Tak ada luka yang tak ada obatnya. Dan tak akan pernah ada perjuangan yang sia-sia." Mama Salju mengangguk dengan penuh kebanggaan. Anak sulungnya ternyata sudah besar. Walaupun jarang pulang.
Setelah melepas rindu bersama sang ibu, Gyan menuju sebuah ruangan di mana sang opa akan lebih senang menghabiskan waktu di sana. Dan tak akan ada yang berani mengganggu pria itu jika sudah masuk ke ruangan kerja. Namun, kali ini lain cerita. Gyan sudah mengetuk pintu ruangan khusus sang kakek. Berdiri tegak di hadapan pria yang menatapnya dengan begitu Lamat.
"Apakah tak bisa diundur?" Mencoba bernegosiasi dengan singa pusat.
"Sebulan sudah lebih dari cukup keringan yang Opa berikan untuk kamu, Tuan."
Anggukan kecil Gyan berikan dengan siluet yang penuh keterpaksaan. Sang kakek bangkit dari kursi kebesaran. Mendekat ke arah cucu kesayangan.
"Apa perlu Opa turun tangan?"
Gyan menggeleng dengan cepat. Dia menatap sang kakek dengan penuh keyakinan sebelum sebuah ucapan terlontar.
"Gy bukan anak kecil, Opa," jawabnya dengan begitu yakin. "Gy yakin, apa yang Gy inginkan pasti akan bisa Gy genggam. Walaupun banyak yang menghadang, Gy akan terus berjuang."
Senyum yang sangat jarang terukir di wajah Daddy Aksa kini melengkung dengan sempurna ketika mendengar jawaban dari sang cucu kedua. Bangga, sudah pasti.
Cara opa serta papanya mendewasakan Gyan dengan menceburkan Gyan ke situasi yang sulit. Itu terjadi sedari dia masuk SMA. Menjadi cucu kesayangan bukan berarti dimanja. Justru, harus siap ditempa dengan cara tak biasa. Jangan dikira seekor singa tak akan mengaum kepada anak atau cucunya. Didikan yang keras justru akan membentuk karakter kuat untuk penerus tahta.
.
Menatap langit malam di balkon kamar. Memikirkan cara lain untuk membuat keluarga perempuan yang selalu hinggap di ingatan merestui hubungan mereka. Kaleng minuman beralkohol tetiba disodorkan. Senyum tipis pun dia berikan kepada pria yang sudah berada di sampingnya.
"Minumlah!"
Diteguknya minuman tersebut. Dahaganya terobati, tapi tidak dengan isi kepalanya yang begitu kusut.
"Ketika kamu sudah memilih sesuatu. Kamu harus mampu menghadapi konsekuensi yang akan terjadi nantinya."
Sang papa, yakni Gavin Agha Wiguna menepuk pundak sang putra. Memberikan semangat dalam sebuah kalimat yang mampu menusuk jiwa.
"Apa perlu Papa tawarkan salah satu perusahaan Papa untuk mengambil hati si Enjan dan Ahjussi?" Gyan malah tertawa. Lalu, menatap ayahnya dengan begitu dalam.
"Papa tak perlu melakukan apapun. Cukup membersamai Gy dan menjadi kompas ketika Gy mulai tak tahu arah."
Tuan berjambul ternyata sudah sedewasa ini. Mampu memberikan kalimat yang membuat hati mas kulkas terenyuh. Dipeluknya tubuh Gyan. Anak yang sudah hampir dua tahun ini menjadikan rumah besar sebagai tempat singgah. Bukan rumah untuknya kembali. Rasa sakit hati membuatnya memilih untuk pergi dan tak kembali.
"Setelah apa yang kamu maui tercapai. Pulanglah! Banyak rindu yang sengaja ditahan supaya tak menimbulkan sendu. Terutama, rindu dari ibumu."
Gyan mengangguk cepat. Dan berjanji akan kembali setelah restu dari keluarga Achel dia dapatkan.
"Caranya memang sengaja dipersulit karena banyak hal yang mesti disembuhkan. Semoga kamu mengerti dan mampu melalui, Gy."
...*** BERSAMBUNG ***...
Setelah membaca jangan lupa tinggalkan komen ya ..
lanjut trus Thor
semangat
itu emang oantas lo dapat kan 😃😃😃
udah gitu datang-datang langsung duduk dipangkuan Gyan dan bikin si katlyn melotot kayak bola mata mau loncat .
ditambah pakai bawa-bawa dari prinsip si Apang pula kalau mantan seharusnya dibuang di tong sampah .
gimana ketlyn.... masih mau lanjut ngejar Gyan .
JANGAN MIMPI.....
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
belum tau siapa achel😉