Verrint adalah seorang gadis SMA yang bertemu kembali dengan cinta pertamanya melalui reuni bernama Izan. Tetapi Verrint tidak bisa bersama karena pria yang dia sukai telah mempunyai pacar. Verrint tiba-tiba menjadi teman baik dari pacar Izan. Agar menghindari kecurigaan, Verrint pura-pura pacaran dengan sahabatanya Dewo.
Akhirnya paca Izan tau jika Verrint dan Izan saling mencintai. Pacar Izan kecelakaan lalu meninggal. Izan menghilang, Dewo dan Verrint akhirnya resmi pacaran. Tiba-tiba Izan kembali dan mengutarakan isi hatinya pada Verrint.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa Fadlilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Di dalam kelasnya Verrint terlihat sangat gelisah, dan kegelisahan itu membuat sahabat Verrint yaitu Venitha menjadi bingung melihatnya. Sejak masuk kelas tadi Verrint terlihat tidak konsentrasi pada pelajaran yang diberikan oleh guru yang mengajarnya. Walau pandangan Verrint tertuju pada papan tulis, tapi pikirannya bukan tertuju pada pelajaran itu tetapi pikirannya pergi jauh dari kelas itu, entah pergi kemana.
Tangan Verrint pun tetap sibuk di atas buku pelajaran Verrint, tapi yang terlihat dibuku itu hanyalah gambar benang kusut yang buat oleh Verrint. Tidak hanya itu, wajah Verrint pun sejak tadi tidak berhenti tersenyum.
“Rint, kamu kenapa sih?” tanya Venitha yang kebingungan. “Dari tadi senyam-senyum sendiri, kesamber yah?” lanjutnya.
Verrint masih terdiam, sepertinya dia tidak mendengar ucapan temannya itu. Verrint sepertinya masih asyik dengan lamunannya itu.
“Hey, Rint. Kamu kenapa sih?” tanya Venitha lagi, tapi kali ini dia menambahkan dengan tepukan di bahu Verrint.
“Hah, apaan?” tanya Verrint yang baru tersadar dari lamunannya.
“Kenapa kamu senyam-senyum sendiri?” ucap Venitha mengulang kembali pertanyaannya dengan nada yang kesal.
“Gak pa-pa.” Jawab Verrint singkat. “Bel bubaran lama banget sih.” Dumel Verrint.
“Tumben kamu nanyain bel bubaran, biasanya juga gak pernah nanya kalo lagi pelajaran ini.” Ucap Venitha. “Lagian kan ini mata pelajaran kesukaan kamu, kok sekarang jadi pengen cepet balik?” tanya Venitha.
“Emangnya kenapa?”
“Oh… aku tau, pasti gara-gara mau rapat buat reuni, kamu jadi pengen cepet bubaran kan?” ucap Venitha menebak-nebak.
“Nggak kok, aku Cuma… laper, iya aku laper.” Jawab Verrint ngasal.
“Alah… pake ngeles segala lagi, emangnya aku gak tau apa.” Ucap Venitha sambil sedikit menggoda Verrint.
“Emangnya apaan?” tanya Verrint.
“Apa yah…”
“Huh… dasar sok tau.”
Setengah jam kemudian bel tanda bubar sekolah pun berbunyi dan Verrint terlihat sangat kegirangan. “Uh… akhirnya.” Ucap Verrint dalam hati. Tanpa pikir panjang Verrint pun langsung meninggalkan kelasnya dan langsung mencari Febra dan Nunik untuk memastikan rapat hari ini.
Setelah cukup lama Verrint mengelilingi sekolahnya, akhirnya Verrint bertemu dengan orang yang dicari-carinya. Kemudian Verrint pun mengikuti mereka menuju salah satu kelas yang kosong yang telah di penuhi oleh teman-teman Verrint selama dia duduk di kelas satu SMA dulu. 5 menit kemudian rapat pun dimulai, Febra dan Abe yang memimpin rapat itu. Kemudian mereka membuka pembicaraan mereka dengan menentukan waktu reuni yang tepat.
“Gimana menurut kalian, sebaiknya kita adakan kapan reuni ini?” tanya Abe membuka pembicaraan.
“Bagaimana kalau hari libur, hari minggu nanti misalanya.” Gagasan pertama keluar dari Gagas yang duduk di bangku paling depan.
“Hari minggu nanti boleh juga, tapi ada gagasan lain gak atau ada yang keberatan?” tanya Febra.
“Feb, Be. Kenapa gak kita coba sabtu nanti aja, yah… sambil malam mingguan gitu…!” sahut Rury dengan dihujani sorak dukungan dari anak yang lain.
“Hari sabtu nanti boleh juga, semua setuju dengan usul Rury?” tanya Abe pada yang lain.
Semua bersorak tanda setuju dan Verrint terlihat senang karena reuni akan segera dilaksanakan.
“Nah, sekarang kita tinggal mencari tempat yang enak dan nyaman untuk tempat reuni kita.” Ucap Abe pada yang lainya. “Apa ada ide untuk tempat reuni kita?” tanya Abe .
“Lebih baik kita reuni dirumah salah satu dari kita, biar kita juga nggak ngeluarin biaya yang terlalu besar.” Ucap Lea berpendapat.
“Yang lain ada ide lagi gak?” tanya Febra.
“Menurut gue Lea bener, dan kalau disalah satu rumah diantara kita, pasti akan lebih bebas dan nyaman. Betul gak temen-teman!” teriak Tamma meminta dukungan pada yang lain.
“Kalau begitu ada yang bersedia rumahnya kita ganggu buat acara ini?” tanya Abe pada yang lain.
“Gimana kalau dirumah Irrint, diakan tinggal sendiri dan rumahnya juga cukup luas untuk kita semua.” Ucap Nunik memberi pendapat.
Verrint sedikit terkejut dengan apa yang Nunik ucapkan tadi. Verrint tidak menyangka kalau reuni ini akan diadakan di rumahnya.
“Gimana Rint, boleh kita reuni di rumah kamu?” tanya Febra pada Verrint yang terlihat masih terkejut.
“Ehm… aku sih gak keberatan, terserah kalian aja deh.” Jawab Verrint sedikit ragu.
“Yang lain gimana, setuju gak kalau kita reuninya di rumah Irrint?” tanya Febra.
“Kita sih oke-oke aja, asal bayarnya jangan kemahalan yah Rint!” ucap seseorang dari bangku paling belakang.
“Ya udah, kalau semua udah setuju berarti reuni kita hari Sabtu nanti jam setengah 7 malem di rumah Irrint, dan juga jangan lupa kasih tau teman-teman kita yang udah pada pindah , oke!” ucap Abe pada yang lain.
“Oh ya, satu lagi. Sebelum malamnya kita ke rumah Irrint inget jam 2-nya kita foto kelas dulu, dan dilarang ngaret, oke!” ucap Febra kemudian.
Setelah rapat itu selesai semua anak yang ada di dalam kelas itu pun langsung bubar dan meninggalkan ruangan kelas itu. Begitu pula dengan Verrint, setelah dia berbicara lagi sebentar dengan Febra, Abe dan Nunik tentang masalah ini, dia pun langsung meninggalakan ruangan itu dan langsung menghampiri sahabatnya yang sudah menunggunya sejak tadi.
“Gimana Rint keputusannya?” tanya Venitha penasaran.
“Jadinya hari sabtu nanti jam setengah 7 malem dan jam 2-nya difoto dulu.” Jawab Verrint kegirangan.
“Trus tempatnya dimana Rint?” tanya Venitha lagi.
“Coba tebak dimana?” tanya Verrint sambil senyam-senyum.
“Yeh… makanya aku nanya itu karena aku gak tau Irrint, lagian kan aku gak ikut rapat, jadi aku mana tau. Aku kan dulu gak satu kelas dengan kamu.” Ucap Venitha sewot.
“Mau tau…?”
“Ya iyalah….”
“Reuninya di…”
“Dimana?”
“Di… di rumah aku!” ucap Verrint kegirangan.
“Wah yang bener, asyik dong!”
“Bukan asyik lagi, tapi asyik banget…!” jawab Verrint sambil loncat-loncat gak karuan.
“Eh Rint, kalo Izan ikut gak?” tanya Venitha.
“Nah, itu yang aku gak tau.” Jawab Verrint sambil garuk-garuk kepalanya.
“Yeh… kenapa gak kamu tanya tadi?”
“Tengsin dong, emangnya aku cewek apaan.” Jawab Verrint sedikit sewot.
“Yah… kali aja.”
“Ya udah ah, pulang yuk!” ajak Verrint.
“Yuk…”
Verrint sedikit gelisah karena apakah orang yang diharapkan akan datang. Verrint harus benar-benar menyiapkan reuni di rumahnya nanti dengan sebaik mungkin. Bukan hanya untuk Izan tapi untu semua teman-temannya nanti yang akan ikut hadir di reuni kelasnya. Semoga reuni nanti tidak akan mengecewakan untuk semua teman-teman Verrint.
Sejak tadi Verrint tidak fokus karena memikirkan kira-kira konsep apa yang menarik untuk reuninya. Walaupun ini hanya reuni kelas saja, tapi bisa jadi reuni ini menjadi awal dari kisah yang sebelumnya dia harapkan. Bertemu dengan seseorang yang dia sukai sejak lama adalah sesuatu yang menyenangkan tapi juga sekaligus mendebarkan. Apakah Izan akan bisa menerima Verrint kembali dalam hidupnya sebagai status yang baru, atau hanya bisa sebagai teman saja?