Setelah mengalami kecelakaan, Carla di nyatakan koma.
Namun gelang pemberian seorang nenek misterius membawa jiwanya berkelana dan masuk ke dalam tubuh seorang istri dari seorang pangeran yang mati di bunuh.
Dengan gelang itu juga, Carla mendapatkan bantuan untuk menolong orang-orang yang dalam kesulitan di masa itu.
Bagaimana kisah selanjutnya? Bisakah Carla kembali ke tubuh aslinya? Penasaran? Baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
"Ah sial, kenapa semuanya jadi kacau?" pekik Han Xin.
Han Xin yang melihat pengawalnya terluka karena ledakan pun tidak berani untuk maju. Kemudian salah satu pengawal Jian Chen melempar satu lagi granat.
Lagi-lagi mereka terluka karena ledakan. Mereka semakin takut untuk maju menyerang.
"Sial, senjata apa yang mereka gunakan?" gumam Han Xin. Han Xin sendiri tidak pernah melihat senjata sedahsyat itu.
Yang ia tahu hanya pedang, panah, tombak dan senjata lainnya. Namun senjata yang bisa meledak, ia baru tahu jika senjata itu ada.
"Senjata apa ini, kenapa bisa membunuh begitu banyak orang sekaligus?" tanya pangeran.
"Ini namanya senjata peledak. Hanya bisa di gunakan saat-saat genting seperti ini," jawab Carla.
Mereka mengarahkan panah kepada Carla dan yang lainnya. Namun lagi dan lagi pengawal Jian Chen membalasnya dengan senjata peledak.
"Sediakan panah!" perintah Han Xin.
Mereka pun menyediakan panah, namun Carla mengeluarkan senjata api mesin yang bisa menampung banyak peluru.
Sebelum mereka sempat menyerang dengan panah, Carla sudah lebih dulu bertindak menembak mereka.
Carla dan yang lainnya maju, pengawal dan Han Xin mundur. Apalagi saat melihat bagaimana Carla menembak mereka.
"Senjata apa lagi itu? Kenapa begitu dahsyat?" gumam Han Xin.
Sementara Jiang Zhi yang melihat kejadian itu tidak berani keluar. Apalagi saat melihat ledakan dan pengawalnya banyak yang terluka bahkan ada yang mati.
Dan kesempatan itu Carla dan Jian Chen serta pengawalnya gunakan untuk kabur. Han Xin dan para pengawalnya tidak berani mencegah atau menghadang mereka.
Han Xin hanya melihat mereka pergi dengan menggunakan kuda. Namun ia sangat mengagumi keberanian putri Hui Ying.
"Ternyata rumor itu tidak benar, buktinya putri Hui Ying itu cantik, pintar, dan pandai ilmu beladiri," batin Han Xin.
"Hiaah... Kita harus secepatnya sampai di negeri kita!" Carla menunggangi kudanya dengan begitu keren. Tidak ubahnya seperti dewi perang.
Hal itu semakin membuat pangeran tertarik padanya. Namun tujuan Carla mendekati pangeran hanya untuk balas dendam kepada pangeran sekaligus Hui Lin.
Dengan membuat pangeran semakin dekat dengannya, Hui Lin akan merasa di abaikan oleh pangeran.
Carla tidak perlu membunuh Hui Lin untuk balas dendam. Cukup dengan pangeran meninggalkannya dan mengetahui kebusukannya.
Tenang pangeran, Carla sengaja membiarkan pangeran merasa nyaman dengannya dan jatuh cinta dengannya. Setelah itu dia akan mencampakkan pangeran sebagaimana pangeran memperlakukan si pemilik tubuh.
Kuda-kuda mereka pun berlari kencang setelah keluar dari gerbang istana milik Jiang Zhi. Mereka tidak menghiraukan apapun lagi, yang penting mereka sudah terbebas dari situ.
"Bagaimana jika mereka kembali menyerang nantinya?" tanya Jian Chen.
"Kita harus menemui kaisar dan melaporkan kejadian ini. Dan kalau bisa, pertemuan ini nanti harus di rahasiakan," jawab Carla.
Mereka terus memacu kudanya masing-masing. Namun tiba-tiba sebuah anak panah melesat ke arah mereka.
Kuda pangeran pun memberontak sehingga membuatnya terjatuh dan berguling. Sementara kuda-kuda yang lain ikut berhenti untuk menyelamatkan pangeran.
"Ternyata mereka masih mengejar kita," kata Carla.
"Hahaha." suara tawa terdengar, tidak berapa lama muncul beberapa orang dengan berpakaian hitam dan tertutup.
"Nona, mereka adalah pengawal tangguh, mereka tidak berjaga di istana, mereka berjaga di luar saja, tapi mereka masih di bawah jendral Han," kata pengawal pelan.
"Biar aku urus mereka, kalian selamatkan pangeran terlebih dahulu," kata Carla.
"Aku tidak apa-apa," kata pangeran yang berjalan ke arah mereka.
Orang berpakaian hitam itu langsung mencabut pedang masing-masing dan menyerang Carla dan yang lainnya.
Carla dan yang lainnya pun berpencar mencari posisi ternyaman untuk mereka bertarung.
Pihak lawan hanya berjumlah 5 orang saja, sementara pihak Carla berjumlah 6 orang. Tapi kekuatan lawan cukup tangguh.
Dentingan pedang pun beradu saling hantam. Dan untuk saat ini belum ada yang terluka. Namun setelah beberapa detik kemudian, salah satu pengawal Jian Chen terluka karena pedang milik lawan.
Dalam keadaan terdesak pengawal yang terluka pun mengeluarkan pistol yang di berikan oleh Carla padanya. Lalu menembak ke arah lawan.
Mendengar suara tembakan, semuanya pun berhenti bertarung. Bahkan musuh pun tercengang melihat rekannya sudah tewas seketika.
Tanpa membuang waktu lagi, Carla pun ikut menembak mereka satu persatu. Akhirnya mereka pun kalah begitu saja.
Pengawal yang tadi terluka pun tumbang karena banyak darah yang keluar. Carla kemudian memeriksanya yang ternyata lukanya cukup lebar.
"Bantu aku mengangkat tubuhnya untuk mencari tempat aman. Aku akan mengobati lukanya," kata Carla.
Carla pun mengeluarkan alat-alat medisnya, kemudian menjahit luka pengawal itu. Setelah selesai, Carla pun menyimpannya kembali.
"Kita terpaksa menunggu dia sadar dulu. Baru setelah itu melanjutkan perjalanan," kata Carla.
"Berapa lama?" tanya pangeran.
"Dua atau tiga jam, jadi kita harus istirahat," jawab Carla.
"Aku mencari air dulu untuk minum, mungkin di sekitar sini ada sungai," kata pangeran.
Namun Carla mengatakan tidak perlu. Karena dia bisa meminta pada gelang miliknya. Carla tahu mereka haus, jadi Carla mengeluarkan minuman untuk mereka.
"Rasanya sangat menyegarkan," ucap pengawal setelah selesai minum. Carla hanya tersenyum menanggapinya.
Pangeran menatap wajah Carla dengan dalam. Ia menyesal sudah menyia-nyiakan nya dulu.
Dan sekarang pangeran ingin menebusnya dengan memperlakukan Hui Ying dengan baik. Pangeran tidak tahu, jika gadis yang di depannya ini bukanlah Hui Ying yang sebenarnya.
"Hui Ying, maafkan aku," ucapnya.
"Maaf? Untuk apa?" tanya Carla pura-pura tidak tahu.
"Aku dulu memperlakukan mu dengan buruk. Aku lebih ...."
"Sudahlah pangeran, semuanya sudah lewat. Aku tahu jika pangeran lebih mencintai Hui Lin. Tapi tidak apa, suatu saat aku akan pergi dari kehidupan pangeran," kata Carla memotong ucapan pangeran.
Pangeran tercengang dengan ucapan Carla. "Apa dia sebenci itu padaku?" batin Jian Chen.
Setelah beberapa jam akhirnya pengawal pun tersadar. Karena ia tidak bisa menunggangi kuda sendirian, jadi salah satu pengawal lainnya menuntun nya.
Mereka terpaksa menunggangi kudanya dengan berjalan lambat. Setelah cukup lama perjalanan, akhirnya mereka pun tiba di paviliun.
Ternyata kabar itu sudah sampai ke pangeran ketiga. Seseorang mengirim pesan melalui burung merpati khusus.
"Sial, aku terlalu meremehkan mereka. Tapi bagaimana bisa Hui Ying sekuat itu? Apa dia menyembunyikan identitasnya selama ini?" gumam Jian Nan.
"Pangeran, pangeran kedua dan putri Hui Ying sudah tiba. Mereka kembali dengan selamat," lapor pengawal setia Jian Nan.
"Hmmm, aku tahu. Aku akan menemui mereka," ujar Jian Nan.
Di dampingi pengawal setianya, Jian Nan pun pergi ke paviliun milik Jian Chen. Dengan ramah ia menyapa Jian Chen seolah tidak terjadi apa-apa.