Apa jadinya jika Guru yang menyebalkan itu men*embak mu untuk menjadi kekasihnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Sanjaya masih menepikan mobil nya di tepi jalan raya. Karena Dia merasa harus menyelesaikan masalah Mereka hari ini juga. Walaupun di tempat yang tidak memadai seperti saat ini.
Pintu penumpang terbuka, karena Ganes duduk di kursi penumpang depan, dan Sanjaya berjongkok di depannya. Lelaki itu menggenggam tangan Ganes.
"Kenapa melengos begitu hm? ". Sanjaya tersenyum kecil, karena sejak tadi Ganes tidak mau menatapnya.
Apasih !
Protes Ganes tanpa suara. Hanya gerakan bibir saja.
"Saya sangat bahagia saat Ayah mengizinkan Saya meminang Kamu, Ganes.. Dan Papa Mama pun bahagia karena Kamu sebentar lagi akan menjadi anak perempuan Mereka.. ". Ucap Sanjaya dengan lembut. Jemarinya pun bergerak mengelus punggung tangan Ganes. Mencoba membuat Ganes rileks dengan obrolan Mereka.
"Aku belum siap menikah ! Ayah dan Ibu pasti kecewa karena Aku berkelahi dengan April. Dan lagi, selama ini Aku sadar tidak bisa membuat Ayah dan Ibu bangga. Aku tidak pernah mendapatkan prestasi ! Aku.... ".
Ganes menghapus air matanya dengan tangan kanan yang tidak digenggam Sanjaya.
"Aku pasti membuat Mereka malu... Mereka juga pasti bosan menyayangi Aku, tapi Aku malah seperti ini ". Ganes mengungkapkan isi hatinya.
"Stt.. Tidak ada orang tua yang bosan menyayangi anaknya, Kamu tidak boleh mengatakan itu, Sayang ".
Ganes langsung menoleh, dan menatap Sanjaya yang barusan didengar memanggil SAYANG padanya. Ini kedua kalinya Sanjaya memanggil sayang pada nya. Terdengar aneh, dan menggelikan?
"Mengapa Ayah menyuruhku menikah jika memang begitu?".
Keduanya saling bertatapan.
"Karena Ayah dan Ibu sangat menyayangimu Ganes, semua orang punya cara sendiri menunjukkan perasaan sayang Mereka. Termasuk Ayah dan Ibu ". Jelas Sanjaya.
"Tapi ini terasa aneh.. Bagaimana mungkin Kita menikah Pak? ".
Ganes menerawang ke depan. Matanya melihat ke pohon di tepi jalan, namun pikirannya melayang, membayangkan kehidupan pernikahan bersama Sanjaya. Sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya selama ini. Selama menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.
"Aneh bagaimana? ". Tanya Sanjaya heran.
"Bapak tidak merasa aneh? Kita tidak sedekat itu untuk memutuskan menikah, dan selama beberapa bulan ini, Bapak juga tidak berusaha mendekati ku unt... "
"Kamu ingin didekati? Apa seperti saat di lab ? ".
Ganes belum selesai mengungkapkan argumennya, namun Sanjaya sudah menyela begitu.
"Bukan begitu juga ! Pokoknya ini aneh Pak ! Lagi pula.... ". Ganes kembali menatap Sanjaya, kali ini dengan senyum canggung terukir di wajahnya.
"Lagi pula apa?". Tanya Sanjaya penasaran.
"Saya baru mendapatkan pelajaran biologi bab tujuh belum lama ini, Saya belum siap.. ". Ucap Ganes lirih.
Sanjaya mengernyit, apa kaitannya antara hubungan Mereka dengan bab tujuh pelajaran biologi? Memangnya tentang apa bab itu?
"Tidak masalah, Kita bisa sambil berjalan, memahami satu sama lain, Saya berjanji akan bersikap lebih baik daripada sebelumnya.. Saya berjanji ". Sanjaya menjeda kalimatnya. Lelaki itu lebih dulu memilih merapihkan rambut Ganes yang berantakan karena tertiup angin.
"Saya ingin mengatakan sekali lagi, sebelumnya Saya mengatakan ini pada Ayah untuk meminta putri nya yang berharga ini, tetapi sekarang, Saya ingin mengatakannya langsung ke Kamu.. ".
Ganes deg - deg an menunggu Sanjaya melanjutkan kalimatnya yang terjeda. Ganes memang tidak siap dengan pernikahan yang diputuskan Ayah dan Ibu, Namun tidak bisa dipungkiri hatinya berdegup kencang di saat seperti ini.
Sanjaya yang berjongkok di depannya, dengan satu tangan menggenggam erat tangan kirinya. Sedangkan Dia duduk menyamping di kursi pengemudi.
"Maukah Kamu menikah dengan Saya? ".
Tidak ada jawaban dari Ganes.
"Ah ya, soal bab tujuh biologi, Saya akan mencari tahu, dan Kamu tidak perlu khawatir.. ". Imbuh Sanjaya lagi. Dia berpikir Ganes belum menjawab karena masalah bab tujuh itu.
Bukannya menjawab dengan ya atau tidak, Ganes justru menjawab dengan sebuah pertanyaan.
"Apakah Saya boleh menolak? ".
Memangnya Aku bisa menolak? Aku bahkan tidak bisa memilih untuk masa depan ku sendiri. Bahkan pernikahan, hal yang besar saja diputuskan sepihak oleh Ayah. Aku masih belum paham, cara orang dewasa menunjukkan rasa sayangnya benar - benar tidak bisa ku terima !
Ganes membatin. Selama ini Dia menjalani hidupnya seperti aliran air sungai yang mengikuti kelokan. Namun, beberapa hari ini, Ganes merasa ada bendungan besar yang menghalanginya mengalir.
"Kamu hanya mempunyai pilihan jawaban YA, Ganes.. Tidak ada pilihan lain ! ". Sanjaya mengatakan itu sambil terkekeh. Hal itu membuat Ganes berdecak.
Sudah tahu begitu, masih saja sok bilang MAUKAH ? Hm...
Batin Gadis itu sebal.
***
"Pak Dul, kenapa pulang menggunakan motor? Milik siapa itu? Dan dimana Ganes? ".
Ibu yang sedang mengurus tanaman hias nya yang berjajar rapih di teras, menghentikan aktifitasnya, saat sopir pribadi keluarga nya justeru mengendarai motor.
"Itu Bu, Non Ganes sama Den Sanjaya, Itu motor Beliau ! ". Jawab Pak Dul.
Ibu hanya mengangguk, tidak bertanya lebih jauh lagi. Sepertinya calon mantu nya itu sedang berusaha membujuk putri semata wayangnya.
"Tadi sepertinya masih berhenti di jalan. Pas lewat jalan, Saya melihat mobil nya menepi di jalan raya Bu.. ". Tanpa diminta, Pak Dul menjelaskan.
"Baik, terimakasih Pak Dul ! ".
"Sama - sama Nyonya, Saya permisi ".
Ibu mengangguk dan kembali melanjutkan aktifitasnya menyiram kesayangannya.
Sanjaya dan Ganes sampai di rumah hampir maghrib. Ayah dan Ibu menunggu di teras. Sengaja melakukannya. Mereka tidak terlalu khawatir karena Ganes bersama dengan calon suaminya. Hanya saja Mereka ingin melihat hasil kerja Sanjaya yang berdasarkan informasi istrinya sedang membujuk Ganes.
"Maaf Ayah, Ibu baru sampai ke rumah sekarang ". Sanjaya menyalami kedua orang itu.
Ganes langsung masuk ke rumah, tanpa menyapa kedua orang tuanya. Biarkan Sanjaya jika masih mau mengobrol dengan Ayah Ibu.
"Bagaimana? Apakah Dia sudah mau? ". Tanya Ayah penasaran. Ayah bisa melihat putrinya masih muram. Terbukti Anaknya itu langsung ngeloyor masuk ke dalam rumah. Kebiasaan yang tertebak, jika marah.
"Sudah, Yah.. ".
Ganes tidak menjawab Ya, namun nada pasrah Ganes sudah cukup bagi Sanjaya untuk menyimpulkan bahwa Ganes mau tidak mau tetap akan menikah dengannya dalam waktu dekat.
"Syukurlah.. Kamu sabar ya, maaf karena Ayah memberi tugas yang berat ke Kamu ! ".
Ayah menepuk pundak calon mantu nya. Memberi semangat. Sanjaya tersenyum.
"Oh ya Yah.. Untuk dokumen Ganes, apakah sudah disiapkan? Biar Sanjaya bawa sekarang, sepertinya besok atau lusa pengacara keluarga akan mengurus ke pengadilan ".
"Sebentar, Ibu ambilkan dulu ! ".
Tanpa diminta suaminya, Ibu langsung masuk ke dalam rumah, dan mengambil dokumen yang sudah disiapkan nya sejak tadi.
Beberapa detik Ibu memandangi benda ditangannya, ini adalah dokumen putrinya. Putrinya itu sebentar lagi akan dimiliki orang lain. Padahal Dia pikir baru kemarin menggendong bayi merah Ganes, namun ternyata anak Gadisnya itu sudah mau menikah. Waktu begitu cepat.
Ganes, anak Ibu ....
Bisik Ibu.
Hatinya melow jika memikirkan sebentar lagi Ganes akan diboyong oleh suaminya.
Setelah menghalau air mata yang turun, Ibu langsung keluar kamar, dan menyerahkan map ke calon mantu nya.
"Terimakasih Bu.."
Ibu mengangguk.
Setelahnya, Sanjaya pamit pulang. Dia pulang dengan perasaan lega, karena mengingat janji Ganes yang tidak akan menghindarinya saat di sekolah.
.
.
.
Bersambung 🥀