NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Sang Duda

Terjerat Cinta Sang Duda

Status: tamat
Genre:Romantis / Patahhati / Duda / Tamat
Popularitas:2.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Rasti yulia

Cerita cinta seorang duda dewasa dengan seorang gadis polos hingga ke akar-akarnya. Yang dibumbui dengan cerita komedi romantis yang siap memanjakan para pembaca semua 😘😘😘


Nismara Dewani Hayati, gadis berusia 20 tahun itu selalu mengalami hal-hal pelik dalam hidupnya. Setelah kepergian sang bunda, membuat kehidupannya semakin terasa seperti berada di dalam kerak neraka akibat sang ayah yang memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Tidak hanya di situ, lilitan hutang sang ayah yang sejak dulu memiliki hobi berjudi membuatnya semakin terpuruk dalam penderitaan itu.

Hingga pada akhirnya takdir mempertemukan Mara dengan seorang duda tampan berusia 37 tahun yang membuat hari-harinya terasa jauh berwarna. Mungkinkah duda itu merupakan kebahagiaan yang selama ini Mara cari? Ataukah hanya sepenggal kisah yang bisa membuat Mara merasakan kebahagiaan meski hanya sesaat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rasti yulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TCSD 8 : Kita Bercerai Saja

Dewa PoV

Semenjak berada di kantor, aku merasakan badanku sedikit tidak fit. Tidak biasanya aku merasakan seperti ini, kepala terasa berat dan juga tubuhku seakan tiada bertenaga. Padahal selama ini aku dikenal sebagai sosok lelaki yang memiliki power yang kuat untuk mengerjakan pekerjaan kantor tanpa sedikitpun merasa lelah, namun hari ini aku merasakan ada yang tidak beres dengan tubuhku. Pada akhirnya aku memilih untuk pulang. Karena bagiku, Dita adalah obat yang paling mujarab untuk menghilangkan semua kepenatan ini.

Entah mengapa aku begitu mencintai wanita itu. Aku bertemu dengannya ketika usiaku masuk ke angka tiga puluh enam tahun. Kata kebanyakan orang, aku adalah perjaka tua yang tidak laku karena di usiaku yang sudah berkepala tiga itu, aku sama sekali belum menikah. Seandainya orang-orang tahu, aku belum menikah karena memang pada saat itu aku sedang berusaha mati-matian untuk menjalankan perusahaan yang diamanahkan oma kepadaku.

Satu tahun menjalani hubungan bersama Dita, pada akhirnya aku menikahinya. Layaknya pengantin baru, aku menikmati masa-masa awal pernikahanku dengan bahagia. Bahkan ketika aku tahu jika Dita sudah tidak lagi perawan, rasa cintaku tetap tidak berkurang sedikitpun untuknya. Dita mengatakan jika dulu di usia delapan belas tahun, ia pernah menjadi korban pemer*kosaan oleh salah satu kakak kelasnya, sampai membuatnya trauma. Mungkin karena hal itulah yang membuat aku begitu mencintai Dita, dan aku ingin selalu menjadi sayap pelindung baginya.

Hingga pada akhirnya kebahagiaan awal pernikahanku dengan Dita terenggut oleh sebuah kecelakaan yang membuatku kehilangan fungsi salah satu bagian tubuhku yang paling berharga. Saat itu aku benar-benar merasa hancur sehancur hancurnya karena dengan keadaanku yang tidak sempurna itu membuatku seperti seorang laki-laki yang tidak berguna karena tidak bisa memberikan kepuasan batin untuk istriku.

Tuhan maha baik dengan menghadirkan sosok Dita dalam kehidupanku. Wanita itu ternyata sanggup bertahan untuk mendampingiku meskipun keadaanku seperti ini. Menjadi hal yang wajar jika semakin hari aku merasakan rasa cinta yang aku miliki untuknya semakin besar.

Sebuah buket mawar merah sudah berada di dalam genggamanku. Tatkala di perjalanan pulang dari kantor, aku sengaja membeli sebuah buket mawar merah untuk istriku tercinta. Aku sangat tahu jika Dita menyukai mawar merah sehingga aku berharap, ia akan semakin bahagia mendapatkan kejutan dariku ini.

Sampai di depan pintu gerbang, lagi-lagi aku harus membuka pintu gerbang sendiri. Aku sedikit keheranan karena pak Damar tidak terlihat di pos jaga. Namun aku berupaya untuk berpikir positif, barangkali pak Damar sedang berada di kamar mandi. Mobil yang aku kemudikan pun berhasil terparkir sempurna di halaman depan.

Aku langkahkan kakiku untuk masuk ke dalam rumah. Sepi, sama sekali tidak aku temui orang-orang berlalu lalang di rumah ini. Aku mulai menaiki anak tangga sembari membawa buket mawar merah itu dengan senyum yang merekah tiada henti di bibirku. Aku benar-benar sudah tidak sabar memberikan kejutan untuk istriku, Dita.

Ketika tanganku hampir menarik tuas pintu kamar, sayup-sayup aku mendengar suara di dalam kamarku. Aku mencoba menajamkan indera pendengaranku dengan menempelkan telingaku di permukaan daun pintu. Mataku terbelalak sempurna saat kudengar suara dua orang yang saling mendesah di dalam sana sambil saling memanggil dengan panggilan cinta.

Dadaku terasa bergemuruh, layaknya dihantam oleh ombak besar di lautan. Suara yang kudengar itu adalah suara Dita. Dari sini aku bisa mendengar jika Dita sedang merasakan sebuah kenikmatan ragawi yang diberikan oleh seorang laki-laki. Dan hatiku rasanya semakin berdenyut nyeri saat ku dengar suara seorang lelaki yang begitu familiar di telingaku. Ya, suara itu adalah suara pak Damar, security yang sudah tiga tahun bekerja di rumahku.

Tanpa perlu membuang banyak waktu aku tarik tuas pintu kamarku, dengan kasar aku menghempaskan daun pintu di hadapanku ini hingga menimbulkan efek suara yang begitu keras. Dan.... ahhhhh... Aku disuguhi oleh sebuah adegan yang benar-benar telah berhasil meluluhlantakkan duniaku.

Aku menatap nyalang apa yang dilakukan oleh istriku dengan Damar di ranjang milikku. Tubuh istriku polos tanpa sehelai benangpun yang membalutnya, dan ia berada di bawah kungkungan lelaki yang sudah diberi kepercayaan oleh oma untuk menjaga keamanan rumah kami. Buket mawar merah dalam genggamanku pun jatuh begitu saja.

"M-Mas Dewa!!!"

"T-Tuaaan!!!!"

Kudengar sepasang manusia yang tengah mengarungi lautan hasrat mereka itu menautkan pandangannya ke arahku. Sama seperti aku, kedua orang itupun juga menampakkan keterkejutannya ketika melihatku berada di kamar ini. Telapak tanganku mengepal kuat. Rahangku mengeras, kepalaku seakan mendidih dipenuhi oleh emosi yang memuncak hingga ubun-ubun.

Ku langkahkan kakiku untuk lebih dekat dengan dua manusia itu, dan.....

Bughh.. Buggghhh. .. Buggghhh....

Kutarik tubuh Damar yang masih bertelanjang bulat itu untuk menjauh dari tubuh Dita. Tanpa basa-basi, aku memberinya tiga hantaman tepat di perutnya.

"Ba*jingan kamu Mar! Berani-beraninya kamu menyetubuhi istriku!"

Rasa sopan ku terhadap orang yang lebih tua dariku menguap begitu saja. Aku yang biasanya memanggil Damar dengan embel-embel 'pak' kini sudah tidak aku hiraukan lagi.

Damar tersungkur di dekat ranjang sambil memegang perutnya dalam keadaan yang masih polos. Sedangkan Dita, kulihat wanita itu mulai menutupi tubuhnya dengan selimut. Damar mulai menggeser tubuhnya untuk mendekat ke arahku, dan kini ia berada tepat di bawah kakiku.

"T-Tuan.. Maafkan saya, saya khilaf!"

"Cih!!! Khilaf? Aku bahkan tidak percaya jika yang kamu lakukan ini adalah sebuah kekhilafan."

"Tuan... Maafkan saya, saya benar-benar khilaf melakukan ini semua. Saya ....."

"Sudah berapa lama kalian melakukan ini semua di belakangku, hah?!!"

Masih dengan membuang muka, aku mencoba menanyakan sesuatu yang sedari tadi begitu mengganjal di hatiku. Sejak kapan Dita dan security di rumahku ini bermain belakang.

"T-Tuaaan... Kami..."

"Jawab aku Mar! Sejak kapan kalian berhubungan badan seperti ini?!"

"S-Sejak tiga bulan yang lalu Tuan."

Kudengar suara Damar bergetar. Ia seperti begitu ketakutan membuat sebuah pengakuan di hadapanku. Dan jawaban yang keluar dari mulut Damar itu semakin membuatku tersadar bahwa wanita yang selama ini aku anggap selalu setia berada di sisiku yang bisa menerima apapun keadaanku, ternyata tidak lebih dari wanita murahan yang rela menjajakan tubuhnya untuk lelaki lain.

"Tiga bulan? Jadi selama tiga bulan, kalian menipuku mentah-mentah? Sungguh sempurna permainan kalian!"

Ku tautkan pandanganku ke arah wanita yang sedang menutupi tubuh polosnya dengan selimut tebal itu. Sebuah ekspresi wajah yang sukar untuk aku artikan. Dia nampak begitu ketakutan namun entah mengapa aku merasakan dia begitu menikmati perannya sebagai wanita yang selalu dipuaskan oleh lelaki yang bersimpuh di bawah telapak kakiku ini.

"Dan kamu Ta! Kamu selalu mengatakan bahwa kamu bisa bertahan hingga keadaanku kembali pulih, namun apa ini? Apa yang kamu lakukan ini? Bahkan kamu meminta dipuaskan oleh security di rumah kita sendiri dan kamu melakukannya di ranjang yang sama dengan yang kita tempati selama ini? Di mana otak kamu Ta? Di mana?"

"Mas Dewa... Maafkan aku Mas... Ini semua karena aku tidak bisa lagi menahan hasrat yang bergejolak di dalam tubuhku. Aku benar-benar membutuhkan pelampiasan Mas!"

Ku lihat Dita mulai meneteskan air matanya. Entah lah air mata apa yang keluar dari sudut matanya itu. Aku berpikir jika itu hanyalah air mata buaya yang ia keluarkan untuk menipuku lagi.

"Ooohhhh kamu membutuhkan pelampiasan?"

Aku bertanya kepada Dita untuk kembali menegaskan apa yang sebenarnya menjadi kemauannya.

Dita mengangguk pelan. "I-iya Mas... Aku minta maaf... Selama ini aku mencoba untuk menahannya, t-tapi aku tidak bisa. Aku juga hanya merupakan wanita biasa yang membutuhkan sentuhan dan belaian dari seorang laki-laki. Dan aku membutuhkan seseorang untuk bisa menuntaskan hasrat yang aku rasakan Mas!"

Ucapan Dita seperti sebuah belati tajam tak kasat mata yang berhasil menikam jantungku. Mendengar ucapan Dita seakan menyeretku ke dalam rasa bersalah karena aku tidak dapat menjalankan peranku sebagai seorang suami yang sempurna. Karena keadaanku lah yang membuat Dita sampai harus mencari pelampiasan lain.

Meskipun aku merasa teramat bersalah, namun perbuatan Dita dengan Damar sama sekali tidak bisa aku terima. Aku begitu membenci sebuah penghianatan. Dan kini penghianatan itu dilakukan oleh istriku sendiri? Aku benar-benar tidak bisa menerimanya.

Aku menghela nafas dalam dan aku hembuskan perlahan. Aku kembali membuang muka dari tatapan Dita. "Baiklah jika kamu memang membutuhkan pelampiasan itu Ta. Saat ini aku akan membebaskanmu dari belenggu itu."

"A-apa maksudmu Mas?"'

"Kamu pasti paham bahwa aku begitu membenci sebuah penghianatan. Dan saat ini kamu justru telah melakukan hal itu kepadaku." Aku kembali membuang nafas kasar. "Kita bercerai saja!"

Kulihat wajah Dita menampakkan keterkejutannya. Gegas, ia turun dari ranjang dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya yang polos. Dia ikut menuju ke arahku dan bersimpuh di bawah kakiku.

"Mas... Tolong maafkan aku. Aku benar-benar khilaf. Jangan ceraikan aku. Aku benar-benar membutuhkanmu!"

Rasa-rasanya aku ingin terbahak mendengar ucapan Dita. Dia berkata bahwa dia membutuhkanku? Lelucon macam apa ini?

"Bukan aku yang kamu butuhkan Ta, tapi Damar! Dia yang kamu butuhkan untuk melampiaskan semua hasratmu!"

"T-tapi Mas... Aku benar-benar masih mencintaimu dan membutuhkanmu. Tolong jangan ceraikan aku Mas!"

"Omong kosong! Jika kamu mencintaiku, kamu tidak akan setega ini bermain serong di belakangku. Kamu hanya membutuhkan uangku yang bisa selalu memanjakanmu dengan semua barang-barang branded yang bisa menaikkan status sosialmu."

"Mas... Aku mohon... Kita jangan bercerai. Kita bisa mulai dari awal lagi. Aku akan memperbaiki semua kesalahanku ini Mas!"

Aku tersenyum sinis. Meskipun aku begitu mencintai Dita, namun perbuatannya kali ini benar-benar tidak bisa aku maafkan. "Kamu tidak perlu repot-repot melakukan hal itu. Lagipula aku tidak ingin menikmati sisa dari security ku. Tubuhmu telah terjamah oleh orang lain. Dan aku tidak bisa menerima itu!"

"Mas... Kumohon, ampuni aku. Aku khilaf Mas!"

Kudengar suara Dita bergetar menahan tangisnya. Dan berkali-kali dia bersujud di bawah telapak kakiku meminta pengampunan. Namun aku sama sekali tidak bersimpati, sungguh rasa sakit karena sebuah penghianatan benar-benar telah menutup pintu kesempatan kedua untuk Dita.

"Aku memaafkanmu. Namun mulai saat ini, aku menceraikanmu dan kamu bukanlah istriku lagi! Pergilah dari kehidupanku Ta. Dan mulailah kehidupanmu yang baru dengan lelaki yang bisa memberimu kepuasan batin yang selama ini tidak pernah bisa aku berikan untukmu."

Aku menghentakkan pelan kakiku yang masih dicengkeram kuat oleh Dita. Aku sudah tidak bisa lagi menahan rasa sakit ini. Aku ingin bersegera pergi dari tempat terkutuk ini. Sedari tadi aku berusaha menahan bulir bening yang bergelayut di pelupuk mataku agar tidak terjatuh, namun sia-sia saja karena bulir-bulir bening itu mulai berjatuhan seiring dengan tubuhku yang mulai menghilang dari pandangan Dita dan juga Damar.

"Mas.....!!!"

.

.

. bersambung...

1
Deistya Nur
semangat terus ka, ditunggu karya terbarunya
marti 123
Biasa
marti 123
Kecewa
Masamba Kota
rasain...🤣🤣🤣
Masamba Kota
alah.....Dewa itu bego' ternyata
mengecewakan😡
💗vanilla💗🎶
semangat oma
💗vanilla💗🎶
sedihhh.. 😥
💗vanilla💗🎶
mampir ni thor /Smile/
Esih Mulyasih
Luar biasa
ganteng gaming
bagus
Hasbi Hasidiqi
ternyata cinta damar tulus ke dita bukan hanya sekedar nafsu aza....semoga setelah bebas dita bisa berubah dan hidup bahagia.....karna dita berhak mendapat kesempatan kedua.....
bintang
👍👍👍👍👍
Elisanoor
ah loncat cerita Wisnu, penasaran aku 😂
Elisanoor
sumpah sumpah makin rame, sepanjang ku baca novel biasa nya diakhr cerita makin biasa aja, ini makin rame aja konflik nya juga nyambung bgt,keren Authorrrr 😘😘😘😘
Elisanoor
sy mau baca kisah Wisnu juga abis tamat ini
Elisanoor
jiah keburu peot luh Damar nungguin si Ditta 🤣
Elisanoor
Hahahhhh ,pinter si Mara 🤣🤣🤣
Elisanoor
Betul sekali Authot, Tulisanmu apik,bagus sekali sy suka 💗💗💗
Elisanoor
cie, seneng duh cerita si krisna, ini ada lanjutan nya cerita si Krisna Thorrr 😅😅😅😅
Elisanoor
Pernah di bully pas kls 1 SMA sama yg namanya Puspa, killer bgt ,ngebully gegara ngerasa senior lah gitu, eh ga selang lama dia Hamidun ampe di arak ke tiap kelas ngeri bgt .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!