Cerita sequel dari Andrea rahim pilihan
Demi kebahagiaan sang kakak dan masa depan anaknya, Andrea rela melepaskan suami serta buah hatinya dan pergi sejauh mungkin tanpa sepengetahuan mereka. Berharap dengan kepergiannya Gerard dan Lucy akan kembali rujuk, namun rupanya itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya karena bayi lelaki yang ia tinggalkan itu kini tumbuh menjadi anak pembangkang yang merepotkan semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~15
"Mama Lucy tidak ikut sayang, kamu baik-baik saja ya di sana. Nanti kalau pekerjaanku sudah selesai mungkin akan menyusul tapi aku tidak bisa janji," ucap Lucy seraya menggenggam tangan Jiro dengan penuh perhatian.
"Baiklah tidak apa-apa, kan ada papa di sana yang menemaniku." Bocah kecil itu pun tak mempermasalahkannya, hubungannya dengan wanita itu memang sangat baik dan ia sudah menganggapnya seperti ibunya sendiri hanya saja sebaik apapun wanita itu takkan sama rasanya dengan ibu kandungnya sendiri.
Lucy langsung mengulas senyumnya lantas mencium pipi Jiro yang gembul itu lalu pandangannya beralih ke arah Gerard. "Jaga dia untukku ya," mohonnya kemudian.
Pria itu pun langsung mengangguk. "Jangan khawatirkan hal itu," ucapnya meyakinkan seraya mengulas senyumnya.
Kemudian mereka pun segera bersiap-siap untuk berangkat mengingat ini perjalanan jauh dan membutuhkan dua kali penerbangan.
"Oma dan opa pasti akan merindukan mu sayang," ucap nyonya Merry ketika mereka berpamitan lalu di peluknya cucunya itu dengan erat. Wanita paruh baya itu sangat menyayangi cucunya hanya saja ketika tantrumnya kembali kambuh ia merasa kewalahan.
"Aku juga pasti akan merindukan oma dan opa," ucap Jiro membalas pelukan mereka satu persatu sebelum pergi.
Setelah mereka berangkat Lucy dan nyonya Merry maupun tuan Adrian nampak kembali masuk ke dalam rumah, namun tiba-tiba Lucy berlari ke arah toilet ketika merasakan mual hebat di perutnya.
"Nak apa yang terjadi?" Ucap wanita paruh baya itu khawatir dan langsung mengikutinya.
"Entahlah ma, akhir-akhir ini aku sering merasa mual." Sahut wanita itu yang kini nampak sedikit pucat meskipun makeup di wajahnya lumayan tebal.
"Jangan-jangan kamu hamil sayang," nyonya Merry pun mengutarakan kecurigaannya.
"Entahlah ma," sahut wanita itu tak tahu. Akhir-akhir ini ia memang merasa lebih sensitif terhadap aroma yang menusuk seperti pewangi atau masakan, namun begitu tak terlalu mengganggu aktivitasnya dalam bekerja.
"Apa mau kami antar ke dokter sayang?" Tawar nyonya Merry kemudian.
"Tidak perlu ma, mungkin ku testpack dulu saja untuk memastikan." Terang wanita itu menanggapi.
"Baiklah kalau begitu, apa kamu membawa alatnya?" Tanya wanita paruh baya itu karena di rumahnya tentu saja tak menyimpan barang seperti itu.
"Hm," Lucy pun langsung mengangguk.
"Baiklah ayo kita tes di kamar mama, mama juga sudah tak sabar menunggu hasilnya." Nyonya Merry pun nampak senang sekaligus penasaran lantas mengajak wanita itu masuk ke kamarnya yang berada tak jauh dari ruang keluarganya.
Kini wanita paruh baya itu pun terlihat mondar mandir di depan pintu kamar mandinya sampai Lucy membukanya dan tersenyum kepadanya seolah ada kabar bahagia yang hendak di utarakan.
"Bagaimana sayang?" Tanya kemudian.
"Positif ma," ucapnya seraya menunjukkan hasilnya kepada nyonya Merry dan tentu saja wanita itu juga turut bahagia.
"Selamat ya sayang," mereka pun langsung berpelukan.
"Apa akan kita beritahu orang tuamu?" Tanya nyonya Merry setelah mengurai pelukannya namun wanita itu langsung menggeleng dan wajahnya pun berubah murung.
"Tidak ma, ku rasa ini bukan kabar yang baik untuk mereka." Sahutnya.
"Baiklah tidak apa-apa, ada mama di sini yang akan selalu mendukungmu." Nyonya Merry pun langsung memeluk wanita itu, wanita yang sejak kecil sudah ia anggap seperti anak sendiri.
Sementara itu di tempat lain kini Gerard telah sampai di bandara dan pria itu nampak di sambut oleh Henry yang rupanya telah datang lebih dahulu.
"Tuan, ada sedikit masalah." Ucap pria tersebut lirih.
"Ada apa?" Gerard nampak tak mengerti.
Henry langsung membisikkan sesuatu hingga membuat Gerard nampak mengernyitkan dahinya. "Apa kamu serius?" Ucapnya tak percaya.
"Benar tuan, kita bisa menunda perjalanan ini untuk sementara waktu jika anda tak keberatan." Saran Henry, entah apa yang pria itu bicarakan karena kini Gerard nampak menghela napas beratnya seakan sedang menghadapi masalah besar.
Kemudian pria itu pun beralih menatap putranya yang terlihat sangat tak sabar naik pesawat untuk pertama kalinya. "Kita tetap berangkat Hen, aku tidak bisa mengecewakan Jiro. Tapi hanya kamu dan putraku, karena aku akan menyelesaikan semuanya dahulu baru menyusul kalian." Ucapnya memutuskan.
"Anda yakin tuan?" Henry nampak ragu meninggalkan bosnya tersebut dan ya ia nanti juga pasti kewalahan menjaga Jiro mengingat bocah itu sangat hiperaktif meskipun masih ada beberapa anak buahnya yang akan ikut membantu mengawasi.
"Hm, aku titip Jiro padamu." Tegas Gerard yakin kemudian pria itu pun beralih menatap sang putra lantas melangkah mendekatinya.
"Sayang, dengarkan papa !!"
"Papa tiba-tiba ada kerjaan penting jadi papa harus mengurusnya terlebih dahulu, jadi kamu berangkat dengan paman Henry dulu ya nanti kalau kerjaan papa sudah beres baru menyusul." Bujuknya kemudian.
Tentu saja Jiro tak keberatan, bocah itu memang ingin sekali berlibur dan telah memiliki imajinasi untuk memulai petualangannya nanti. Lagipula ia bukan anak kecil lagi yang harus di awasi oleh ayahnya itu.
"Tentu saja pa, tapi papa janji kan untuk menjemputku nanti?" Sahutnya menyetujui.
"Tentu saja sayang," Gerard pun langsung memeluk putranya itu dengan erat.
Tak berapa lama panggilan untuk para penumpang pun terdengar dan Henry beserta anak buahnya segera membawa Jiro masuk ke dalam.
"Sampai jumpa papa," Jiro langsung melambaikan tangannya kepada sang ayah. Meskipun harus pergi tanpa sang ayah bocah itu merasa baik-baik saja.
Gerard yang memperhatikan kepergian putranya itu pun nampak bersedih mengingat ini untuk pertama kalinya bocah itu pergi jauh tanpa dirinya. Semoga saja setelah melakukan terapi di yayasan dokter Steve anak itu akan bersikap lebih baik lagi layaknya anak-anak pada umumnya.
Setelah menempuh penerbangan dua jam dan satu jam transit akhirnya mereka pun telah tiba di bandara. Sepanjang penerbangan tadi Jiro melihat banyak sekali hutan, apa mereka sedang liburan di hutan Amazon pikirnya.
"Paman dokter?" Ucap bocah itu ketika melihat dokter Steve menjemputnya di bandara, rupanya mereka liburan di kota tempat dokter itu berasal. Jadi apa itu berarti ia juga akan bertemu dengan Bibi dokter yang di telepon waktu itu? Membayangkan hal itu entah kenapa bocah itu sangat bersemangat.
"Hai jagoan, kamu ikut juga?" Dokter Steve pun nampak tak percaya melihat Jiro ikut serta karena Henry tak mengatakan sebelumnya kecuali memberi kabar jika Gerard menunda kedatangannya karena ada urusan mendadak.
"Tentu saja apa kita berada di hutan Amazon?" Jiro nampak mengedarkan pandangannya ke sekitar Bandara yang terlihat asri dan mendengar itu pun pria itu langsung tertawa nyaring.
"Sepertinya lebih indah dari Amazon," sahutnya menanggapi.
"Benarkah?" Jiro nampak tak sabar.
Kemudian mereka pun segera meninggalkan bandara tersebut dan membutuhkan waktu satu jam lagi untuk sampai di tempat tujuan.
nah kan hanryyy jelas itu anrea sna kejar😂😂😂😂😂😂😂😂
duh gk sbar nunggu up bsokkkkkkk penasaran
Disisi lain juga semisal Gerald ketemu Andrea dan tahu Andrea kekasih dokter Steve, investasi buat pembangunan rumah sakit ditarik Gerald karena Gerald masih ngerasa sakit hati sama Andrea
Bisa juga Gerald menggunakan perihal investasi untuk mengancam Andrea buat memutuskan hubungan'a dgn dokter Steve karena Andrea masih istri Gerald,,kan dari cerita sebelum'a Andrea cuma ninggalin Gerald dan kaya'a Gerald juga blm mengajukan perceraian
Dan yg paling di takutkan setelah Andrea tau jiro anak'a dan Gerald tau kedekatan antara Jiro dengan Andrea,,si Gerald sengaja menjauhkan Jiro dgn Andrea karena buat balas dendam karena Andrea milih ninggalin Jiro waktu Jiro masih bayi
Andrea fikir Gerard & Lucy memang rujuk dan sekarang Lucy sedang hamil anak Gerard, padahal entah Lucy hamil anak siapa,
ga salah juga sih karna kata" Jiro yg ambigu, semoga cepat bertemu dan mereka saling mendengar alasan masing" .