Persahabatan dua generasi.
Antara seorang pemuda dengan seorang kakek tua pensiunan pegawai negeri.
Lucunya, sang kakek tidak mengetahui bahwa sahabatnya sebenarnya seorang CEO dari perusahaan terkenal.
Persahabatan yang telah terjalin beberapa tahu itu sangat terjalin erat hingga akhirnya, di penghujung akhir hayatnya, sang kakek meminta sahabatnya untuk menikahi cucu satu satunya.
Akankah sang CEO akan menuruti permintaan sahabatnya untuk menikahi cucunya yang ternyata adalah sekretaris yang bekerja dengannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ibu..
Asha melamun di tengah pekerjaannya hari ini, pikirannya melayang memikirkan ibunya yang sedang pergi ke bank hari ini untuk mengambil uang hasil penjualan ruko yang akan dibayarkan kepada rentenir.
Dari berbagai perasaan yang berkecamuk di hatinya, ada sedikit kelegaan mengingat akhirnya keluarganya akhirnya akan terbebas dari jeratan hutang.
Walaupun semua itu harus dibayar dengan kehilangan ruko mereka, tempat tinggal dimana dirinya dibesarkan, tempat ibu dan kakeknya mencari nafkah selama ini untuk menghidupi mereka sekeluarga.
Asha kembali fokus bekerja, hingga dia dikejutkan oleh Devan yang keluar dari ruangannya dengan tergesa-gesa.
Asha kaget, dia langsung berdiri melihat wajah bos-nya yang terlihat penuh kekhawatiran.
"Saya akan pergi sebentar.." Ucap Devan sembari berjalan setengah berlari.
"Tapi pak.. sebentar lagi bapak ada janji dengan..." Asha belum menyelesaikan perkataannya
"Batalkan..saya ada urusan yang lebih penting.." jawab Devan sembari berjalan lebih cepat lagi.
Asha masih melihat Pak Devan dengan heran.
Tak lama Nando datang juga dengan herannya karena berpapasan dengan Pak Devan yang berjalan dengan tergesa-gesa tadi.
"Apa yang terjadi..?" Tanya Asha penasaran.
Nando mengangkat bahunya.
"Sudah pasti hal penting terjadi.."
Tiba-tiba ponsel Asha berdering.
Mbak Yana, salah seorang karyawan di toko kue milik ibunya menelepon.
"Ya mbak..ada apa..?"
Seperti disambar petir, Asha duduk terkulai mendengar perkataan Yana di ujung telepon.
Air matanya mengalir dengan sendirinya.
Nando mendekati Asha, bertanya apa yang terjadi.
Bukannya menjawab, Asha langsung bergegas mengambil tasnya, dia berlari meninggalkan Nando yang keheranan.
Asha berlari sepanjang koridor kantor sambil menangis, hingga membuat beberapa karyawan keheranan.
Asha menaiki taksi, meminta sopir mengantarkannya ke salah satu rumah sakit di kota itu, sepanjang perjalanan Asha menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi, kenapa sampai kakeknya bisa terkena serangan jantung.
Keadaan lalu lintas siang itu nampak tersendat, semakin membuat Asha frustasi karena dia tidak bisa dengan segera tiba di rumah sakit, air matanya sudah mengalir dengan deras sedari tadi.
Akhirnya, walaupun memerlukan waktu yang cukup lama, Asha bisa segera sampai di rumah sakit, dia segera berlari ke ruang ICU tempat kakeknya dirawat.
Asha melihat Mbak Yana dan suaminya, dua orang yang sudah lama bekerja di toko kue ibunya, di depan salah satu ruangan ICU.
"Mana kakek..apa yang terjadi..?"
Yana dan suaminya saling berpandangan.
"Kakek terkena serangan jantung.." Jawab Yana pelan.
Asha menutup mulutnya.
"Bagaimana keadaannya sekarang..dan dimana ibu..?" Tanya Asha sembari melihat sekeliling mencari keberadaan ibunya.
Yana dan suaminya, Firman semakin terlihat salah tingkah.
"Ibu.." Jawab Firman ragu ragu.
Asha merasa ada sesuatu yang terjadi.
"Apa yang sebenarnya terjadi..?" Tanya Asha penasaran.
"Ibu kabur membawa semua uang hasil penjualan ruko.." Jawab Yana.
"Apa..?" Asha terperanjat mendengar jawaban Yana.
"Tidak mungkin ibu melakukan itu.." Ucap Asha terbata bata.
Yana mendekati Asha yang terguncang.
"Itu benar..Ibu dan Aisha telah pergi meninggalkan kota ini.."
"Karena itulah kakek mengalami serangan jantung.."
"Karena ibu juga telah semua uang yang akan dibayarkan pada rentenir.."
Asha hampir jatuh terduduk, untung saja Yana dan suaminya dengan cekatan memegang badannya yang lemah.
Mereka mendudukkan Asha pada kursi.
"Bagaimana keadaan kakek sekarang..?" Tanya Asha dengan terisak dalam pelukan Yana.
"Setelah diberikan pertolongan pertama, kakek tersadar, beliau kemudian meminta saya untuk menghubungi seseorang, dan sekarang orang itu sedang berada bersamanya di dalam.." Firman menjelaskan.
"Siapa orang itu..?"
"Seseorang yang sering kakek ceritakan kepada kita..sahabat yang selalu dia temui di taman kota.."
Asha mengangguk mengerti.
Dia mengetahui persahabatan antara kakeknya dengan seorang pria yang sering diceritakannya selama lima tahun terakhir ini, namun Asha tidak mengetahui secara detail siapa orang itu karena kakeknya tidak pernah memberitahu, dia hanya mengetahui bahwa persahabatan mereka sudah terjalin dengan sangat erat.
Asha kembali memikirkan ibunya, seakan masih tak percaya jika ibunya telah tega membawa kabur semua uang hasil penjualan ruko, pantas saja kalau kakeknya sampai terkena serangan jantung karena hari ini adalah hari terakhir para rentenir itu memberi mereka waktu untuk melunasi semua hutang, Asha tidak sanggup lagi berpikir, apalagi ketika dia masih mengingat semua perkataan rentenir yang akan menjadikannya istri ketiga jika sampai hari ini mereka tidak bisa melunasi semua hutang.
Asha menangis di pelukan Yana, seseorang yang menyayanginya seperti ibunya sendiri.
Seorang perawat keluar kamar.
"Nona Asha.."
"Iya..saya Asha.." Asha menghambur mendekati perawat.
"Kakek anda ingin menemui anda.." perawat mempersilahkan Asha mengikutinya ke dalam ruangan.
Asha masuk dengan perlahan, namun sesuatu kembali mengejutkannya ketika dia melihat seorang pria yang tidak asing disana.
"Pak Devan.." Ucap Asha melihat Devan dengan tak percaya.
Rupanya kedatangan Asha juga mengagetkan Devan, dia tidak menyangka, cucu yang selama ini kakek ceritakan adalah Asha, sekretarisnya.
Sejenak mereka berdiri mematung saling berpandangan sembari sibuk dengan pikirannya masing masing-masing, tidak menyangka bahwa orang yang sering diceritakan oleh kakek selama ini adalah orang yang mereka kenal.
"Asha.." Terdengar kakeknya memanggil dengan suaranya yang pelan.
Asha segera menghampiri kakek.
Devan bergeser dari tempatnya berdiri, memberi ruang agar Asha bisa mendekati kakeknya dengan leluasa
"Kakek..apa yang terjadi.." Asha terisak, melihat tubuh renta kakeknya yang harus dipasangi banyak selang.
"Asha..itu Devan, sahabat kakek..yang sering kakek ceritakan.."
Asha mengangguk sembari terisak.
"Sementara kakek sakit..dia akan menjaga kamu.."
Asha kembali mengangguk lagi.
"Kakek sudah menitipkan kamu kepadanya.."
Asha semakin terisak mendengar perkataan kakeknya.
"Devan..kamu ingat semua pesan kakek tadi..?"
Devan menghampiri kakek, berdiri di belakang Asha.
"Iya kakek..aku ingat dengan semua pesan kakek.."
"Tolong jaga cucu kakek..karena hanya kamu yang kakek percayai.."
Devan mengangguk.
"Saya akan menjaganya, sesuai janji saya kepada kakek.."
"Tapi..maukah kamu menikahinya..?" Tanya kakek membuat Asha dan Devan terperanjat kaget.
"Kakek.." Ucap Asha seolah menginterupsi.
Namun tiba tiba.
Kakek tidak sadarkan diri, salah seorang perawat yang berada disana langsung memanggil dokter sedangkan perawat yang lainnya mencoba memberikan pertolongan.
"Silahkan tunggu diluar.." Ucap salah seorang perawat yang masuk bersama beberapa orang dokter.
"Kakek..jangan tinggalkan Asha kek.." Ucap Asha sebelum dia melepaskan pegangan tangan dirinya dan kakek.
Asha meninggalkan ruangan dengan menangis terisak.
Diikuti oleh Devan yang terus melihat Asha dengan rasa iba.
Sesampainya diluar, Asha langsung memeluk Yana.
Devan melihat Asha yang terus saja menangis.
Devan kembali mengingat semua pesan kakek kepadanya, namun kalimat terakhir kakek yang sekarang membuatnya bingung.
"Haruskah aku menikahi Asha..?"
"Bagaimana kalau itu permintaan terakhir kakek.."
Devan melihat Asha yang terisak, kemudian menundukkan kepalanya, berpikir keputusan apa yang akan diambilnya, haruskah dia menikahi Asha demi menjalankan keinginan terakhir kakek, sahabatnya yang sudah dia anggap seperti kakeknya sendiri.
Devan segera menghampiri Asha.
Menarik tangan Asha yang melingkar di pinggang Yana.
Asha terkejut ketika melihat Devan memegang tangannya.
"Mari kita menikah..kita laksanakan keinginan kakek, karena ini mungkin permintaan terakhirnya.."
----------
Para pembaca yang sebelumnya sudah membaca novel My love my baby sitter, pasti melihat ada satu kesamaan di episode ini.
Persamaan pernikahan antara Fatimah dan Aditya dengan Asha dan Devan.
Mohon maaf ya, karena ceritanya hampir sama, mereka menikah di detik detik terakhir kakek..
Karena cara ini dirasa paling tepat untuk kedua novel ini..jangan di bully ya authornya baperan hehehe 🤭🤣..🙏🙏😘😘
pikir tdi bnran jetua gangster ...