Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Sah
***
Kegilaan macam apa ini, Sherin masih belum
bisa mempercayai semua ini. Dia mendapat
tawaran menikah dari seorang cucu bangsawan
dan konglomerat yang sangat kesohor di negeri
ini. Keluarga ini merajai bisnis hampir di semua bidang. Mereka memiliki pengaruh yang sangat
besar dan sangatlah terhormat.
Sedang Devan sendiri..dia di kenal sebagai raja
media massa sekaligus pria paling di segani di
dunia hiburan. Semua orang yang terjun di bisnis entertainment, pasti mengenal betul siapa itu
Devan Kanigara Elajar..Pria itu adalah pria yang
paling di incar oleh wanita-wanita kelas kakap.
Karena, selain dia sempurna dalam hal fisik
dan materi, Devan juga sangat bersih dari isu
miring yang bersangkutan dengan wanita.
Hanya ada dua wanita yang pernah di gosipkan
dekat dengannya selama ini. Yakni super model
terkenal dan terbaik bernama Pamela Hillary Duff.
Dia adalah model nomor satu yang bernaung di
bawah agensi model paling bergengsi di negeri
ini yaitu Universal Models.. Agensi ini memiliki sertifikat internasional. Jadi, tidak sembarang
model bisa masuk dan bergabung ke dalam
agensi ini. Mereka harus melewati seleksi
yang sangat ketat terlebih dahulu.
Selain Pamela, Devan juga pernah di gosipkan
dekat dengan seorang gadis bangsawan satu
level dengan keluarga Kertaradjasa bernama
Indira Gandhi..
Sherin sudah mempelajari semua berkas nota kesepahaman yang di berikan oleh Devan. Pada dasarnya, mereka akan menjalani pernikahan
pada umumnya. Sah secara hukum dan agama. Namun pernikahan itu hanya akan berlangsung
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan Devan
saja. Dia yang berhak menentukan segalanya.
Sebagai imbalannya, Devan akan memberikan
apapun yang di inginkan oleh Sherin.Termasuk
memberikan pelajaran pada orang-orang yang
pernah menyakiti ataupun mencoba untuk menghalangi jalannya ke depan.
"Bismillah..semoga keputusanku sudah tepat.
Aku yakin Tuhan sudah merancang semua ini
dengan sangat baik."
Gumam Sherin setelah dia memutuskan untuk
menerima tawaran itu dan menghubungi Roman
untuk mengatur janji temu dengan Devan.
Saat ini dia sudah ada di depan gerbang depan
Universal Media Group.. gedung perusahaan
milik Devan yang terkenal sangat megah dan
memukau. Perusahaan ini juga satu-satunya perusahan yang memberikan upah kerja sangat
besar pada para karyawannya. Tidak heran kalau
perusahaan ini merupakan perusahaan impian
yang sangat di dambakan oleh semua orang.
Sherin tampak ragu untuk masuk ke dalam
lingkungan perusahaan tersebut yang sudah
mampu membuat lututnya lemas itu. Namun
akhirnya dia melakukan verifikasi data secara
otomatis di gerbang depan yang langsung
terbuka setelah di ijinkan masuk. Sherin kembali
melajukan mobilnya menuju basement sesuai
dengan instruksi dari Roman.
"Selamat datang Nona Sherin.. ternyata anda
telah mengambil keputusan tepat. Anda tidak
menyia-nyiakan kesempatan rupanya."
Sambut Roman dengan nada sinis namun raut
wajahnya tampak datar tanpa ekspresi.
"Bukankah anda pernah mengatakan bahwa kesempatan ini tidak akan datang dua kali
Tuan Roman.?"
"Panggil saja saya Roman Nona..mari ikuti
saya. Tuan Muda sudah menunggu anda."
Roman mulai berjalan tenang menuju lift yang
ada di titik utama basement, di ikuti oleh Sherin.
Tidak ada pembicaraan diantara mereka hingga
pintu lift terbuka di lantai 40.
"Saya harap tidak ada lagi perubahan rencana
yang akan anda lakukan Nona. Tuan tidak suka
pada orang yang tidak memiliki prinsip."
Roman berkata saat mereka melangkah keluar
dari dalam lift kemudian berjalan menyusuri
koridor ruangan yang di desain sangat canggih
itu, seolah berada dalam ruangan 4 dimensi.
"Kalau kalian meragukan komitmen saya, ada
baiknya kalian mempertimbangkan kembali
tawaran ini, itu akan lebih baik bagi saya."
Tegas Sherin sambil mengenakan masker dan
kacamata hitamnya. Dia juga berjalan dengan
sangat anggun dan gemulai, mencerminkan
seorang model profesional berkarakter kuat.
Roman menyeringai tipis melihat aksi tegas
yang di perlihatkan oleh model bayaran itu.
Tiba di depan ruangan Presdir, beberapa orang
sekretaris tampak baru saja keluar membawa
troli makanan. Untuk sesaat mereka menatap
tajam keberadaan Sherin di sebelah Roman.
Ada ekspresi tidak suka yang tergambar jelas
di wajah para sekertaris cantik itu.
"Apa semuanya sudah kalian bawakan.?"
Roman bertanya dengan tatapan tajam penuh
interogasi pada para bawahannya itu.
"Sudah Tuan, apa yang anda pesankan sudah
kami bawakan ke dalam ruangan. "
"Ya sudah, kalian boleh istirahat sekarang.!"
Tegas Roman di sambut anggukan kepala
serempak dari para sekertaris. Roman masuk
ke dalam ruangan di ikuti oleh Sherin.
Tubuh Sherin berdiri kaku di depan sebuah meja
kerja berukuran besar dengan tampilan seluruh ruangan yang sangat mewah dan elegan dalam nuansa black silver yang tercium sangat wangi
dan membuai. Di kursi kebesaran, sosok Devan
terlihat sedang duduk dengan gagah nya di balik
meja dengan gaya yang sangat memukau. Pria
itu tampak bak dewa keindahan yang sangat
mempesona dan menyilaukan mata.
"Selamat siang Tuan Elajar.."
Sherin menyapa sembari menundukkan kepala
di hadapan Devan yang terlihat masih berkutat
dengan segala kesibukannya.
"Kau bisa memanggilku Dev, atau Devan saja.
Bukankah kau sudah memutuskan menerima
tawaran ku.?"
Devan berbicara masih dalam keadaan sibuk
menandatangani berkas-berkas yang terlihat
menggunung di hadapannya. Wajah Sherin
tampak bersemu merah, rasanya dia tidak
akan bisa selancang itu.
"Sepertinya tawaran anda cukup menarik. Ada
banyak luka yang kini membutakan mata hatiku.
Setidaknya untuk beberapa waktu ke depan, aku
tidak akan sendiri dalam menghadapi segala
kesulitan !"
Devan langsung menghentikan aktivitasnya.
Matanya kini beradu tatap dengan mata cantik
Sherin yang di penuhi keyakinan. Devan sudah
berhasil menelusuri seluk beluk kehidupan gadis
ini, jadi dia sudah cukup tahu apa yang telah di
alami olehnya selama ini.
"Aku tidak akan pernah mengingkari janjiku.
Apa yang kau inginkan, akan aku berikan.!"
Tegas Devan sambil melonggarkan dasi dan
membuka jas yang di pakainya. Sherin tampak
memalingkan pandangannya ke sembarang
arah menyadari tatapan Devan tidak lepas
dari dirinya.
"Pada point lain tertulis dengan jelas, bahwa
pernikahan ini hanya akan di ketahui oleh pihak
yang terlibat saja. Aku yakin kau faham betul
apa yang aku maksudkan."
Tegas Devan sambil kemudian beranjak dari
kursi kebesarannya lalu melangkah tenang
menuju ruangan sebelah. Di sana telah tersedia
hidangan makan siang yang sangat lengkap.
"Saya sudah memahami semuanya. Anda
memilki hak untuk mengatur semuanya.!"
Sherin menyahut sambil mengikuti langkah
Devan yang kini sudah duduk di sofa. Dengan
taktis dan cekatan Roman segera melayani
Tuan Muda nya itu.
"Duduklah..Kita makan siang dulu. Setelah itu
kau baru boleh pergi. Roman akan mengurus
semua keperluan. Kau tidak perlu pusing lagi."
Ujar Devan sambil mulai meneguk air putih.
Sherin tampak sedikit ragu untuk ikut duduk.
"Apalagi yang kau tunggu.? Apa kau punya
janji makan siang dengan klien mu.? Atau
kau ada janji dengan mantan kekasih mu itu ?"
Wajah Devan berubah sedikit keras dan dingin
dengan tatapan yang terlihat tajam menusuk.
Sherin tampak terkejut sesaat tapi kemudian
dia terlihat datar.
"Setelah ini saya ada pekerjaan yang harus di
selesaikan. Baru nanti malam ada waktu luang."
Sahut Sherin. Mau tidak mau akhirnya dia duduk
di hadapan Devan dengan raut wajah yang terlihat
tidak nyaman. Roman bergerak melayani Sherin.
"Terimakasih Roman.."
Sherin melirik ke arah Roman yang kini berdiri,
kembali menegakkan badannya di belakang
sang majikan dengan sikap siap siaga. Mereka
berdua mulai menikmati makan siangnya.
"Kau tidak harus mengurusi apapun. Siapkan
saja dirimu untuk pelaksanaan proses akad
nikah besok, tepat pukul 10 pagi."
"Tuan.. anda tentu tahu, hubungan ku dengan
keluargaku tidaklah baik. Apa anda yakin ini
akan berjalan lancar.?"
Devan terdiam, menatap lurus kearah Sherin
yang terlihat ikut terdiam, canggung. Keduanya
kini saling pandang.
"Itu akan menjadi urusanku.! Setelah menikah,
kau bebas melakukan apapun yang kau suka.
Tapi ingat, kau harus selalu siap kapanpun
kakek ingin bertemu dan memerlukan mu.!"
Tegas Devan sambil kembali pada makanannya.
Sherin yang sedang meminum jus langsung saja
tersedak dan terbatuk parah. Dengan reflek Dev
beranjak dari duduknya, kemudian menghampiri
Sherin dan mengulurkan gelas air putih miliknya
yang langsung di terima oleh Sherin, kemudian
meminumnya di bantu oleh Devan.
Mata mereka saling menatap kuat. Jarak wajah
mereka begitu dekat hingga keduanya bisa
dengan jelas melihat setiap detail keindahan
yang tercipta di wajah masing-masing. Sedang
Roman tampak tercengang melihat apa yang di lakukan oleh Tuan Muda nya itu. Ini adalah
sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Te-terimakasih..maaf sudah merepotkan mu."
Lirih Sherin sambil menundukkan kepalanya
sembari meraih sapu tangan dari tasnya. Dia
benar-benar malu, menyadari telah minum dari
gelas yang sama dengan Devan. Sementara
Dev tampak kembali duduk dengan tenang dan
elegan serta ekspresi wajah yang terlihat datar
dan santai.
"Tidak perlu terlalu tegang. Bukankah sudah
biasa bagimu menghadapi klien yang punya
karakter berbeda-beda.?"
Ujar Devan sambil kembali melanjutkan makan siangnya. Sherin menatap sekilas kearah Devan.
"Tentu saja Tuan, jangan khawatir untuk itu."
Sahut Sherin. Mereka kembali menikmati makan
siang nya. Makan siang yang pertama untuk keduanya. Dan pertama kalinya juga bagi Dev
makan bersama dengan seorang wanita.
***
Pagi ini semuanya terasa berbeda bagi Sherin.
Dia terlihat banyak merenung dan terdiam. Dia
benar-benar bingung, apakah semuanya akan
berjalan lancar, mengingat hubungan dirinya
dengan keluarganya selama ini tidak harmonis.
Kemarin sore dia sudah mengunjungi makam
mendiang ayahnya untuk meminta doa restu.
Lalu, akankah kakeknya sudi untuk menjadi
wali nikahnya ? Mengingat selama ini beliau
sudah sangat kecewa pada dirinya, karena
lebih memilih jadi model daripada jadi dokter..!
Sherin mematut dirinya di depan cermin. Dia juga
memoles ringan wajahnya sesuai dengan kebaya
putih elegan yang di pakainya. Kebaya ini tadi
pagi di bawakan oleh kurir suruhan Devan. Sherin tersenyum pahit, ini adalah hari pernikahannya.
Tapi tidak ada satu orang pun yang mendampingi
dirinya saat ini. Benar-benar menyedihkan.!
"Bismillah.. restui hamba Mu ini ya Allah.."
Lirih Sherin pelan sambil memejamkan mata
dan menarik nafas panjang mencoba untuk
meyakinkan dirinya.
Akhirnya, sekitar jam 9 dia keluar dari rumah.
Menyetir sendiri mobilnya menuju KUA yang
sudah di tentukan. Dia tidak memberitahu
Vincent ataupun Margaret, karena ini adalah
salah satu peraturan yang di berikan oleh Dev.
Tidak lama dia sudah tiba di tempat tujuan.
Langsung di sambut oleh Roman serta dua
orang pria tinggi besar berpakaian hitam.
"Nona Sherin.. mari ikuti saya. Tuan Muda
sudah ada di dalam."
Tanpa banyak kata, Sherin melangkah tenang
masuk ke dalam bangunan. Namun saat tiba di
dalam ruangan, dia tampak mematung dengan
wajah yang berubah pucat. Matanya kini bertemu dengan sepasang mata tajam seorang pria tua
yang masih terlihat kuat dan sehat.
"Kakek.. kau..kau datang.?"
Bibir Sherin bergetar, dia melangkah cepat ke
arah pria tua itu yang terlihat mundur. Tubuh
Sherin kembali mematung saat pria tua itu mengangkat tangannya, menolak Sherin yang
ingin memeluk dirinya. Mata Sherin mengerjap,
sekuat tenaga dia menahan laju air mata yang
kini mendesak ingin keluar. Hatinya benar-benar
sakit bukan main. Kakeknya itu masih bereaksi
sama seperti sebelumnya.
Devan yang berdiri sedikit jauh dari pria tua itu
tampak terdiam sambil melipat kedua tangannya.
Dia memperhatikan interaksi dingin antara kakek
dan cucu itu dengan tampang datar. Matanya
menatap seksama penampilan Sherin. Gadis
itu terlihat sangat anggun dan mempesona
dalam balutan kebaya modern yang membalut
ketat tubuh indahnya.
"Aku tidak punya banyak waktu Tuan Elajar,
jadi sebaiknya di mulai saja acaranya.!"
Ucap pria tua itu yang tiada lain adalah Tuan
Amran Natakusumah, kakeknya Sherin.
"Tentu saja, kita semua punya kesibukan Tuan
Natakusumah. Mari, kita selesaikan semuanya."
Devan menyahut dengan tenang sambil melirik
ke arah Sherin yang terlihat menyedihkan. Wajah
gadis itu tampak lesu dan hancur. Tanpa di duga,
Devan menarik tangan Sherin di bawa berjalan
masuk ke dalam ruangan khusus.
Beberapa waktu kemudian..
"Selamat Tuan Muda Kertaradjasa.. selamat
Nona Muda Natakusumah.. sekarang, kalian
berdua sudah sah menjadi suami istri."
Pak penghulu berucap tegas sambil menjabat
tangan Dev dan Sherin bergantian. Tuan Amran
menundukkan kepalanya dalam diam. Setetes
cairan bening kini menitik di sudut matanya.
"Silahkan Tuan..anda sudah boleh menyentuh
istrinya. Dia sudah jadi milik anda sekarang."
Dev melirik kearah Sherin yang masih terdiam
dalam kebisuan. Saat ini dia sedang mencoba
menguatkan dirinya untuk tidak menangis. Ini
adalah sesuatu yang terjadi di luar bayangan.
Dan rasanya begitu menyakitkan. Di sini dia
bersama dengan kakeknya, tapi anehnya dia
merasa sendirian.
Dev meraih wajah Sherin yang mau tidak mau
kini mengangkat wajahnya. Keduanya saling
pandang lekat. Mata Sherin tampak berair. Dev
tahu, wanita ini sedang berusaha tegar, namun
sorot matanya jelas terlihat, begitu hancur.
"Cukup kali ini kau menangis. Setelah ini, tidak
boleh lagi ada air mata yang menetes di wajah
mu ini Sherinda Maheswari Kertaradjasa."
Jatuh sudah air mata Sherin..dia tidak sanggup
lagi menahan gejolak perasaan nya. Perlahan
Devan mencium lembut kening Sherin yang kini
memejamkan matanya, menangis dalam diam.
Kini..mereka sudah sah menjadi suami istri..
***
Bersambung...
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻