Dua tahun menjadi istri dari pria cuek nan dingin yang tak pernah mencintaiku, aku masih bersabar dalam pernikahan ini dan berharap suatu hari nanti akan ada keajaiban untuk hubungan kami.
Tetapi, batas kesabaranku akhirnya habis, saat dia kembali dari luar kota dengan membawa seorang wanita yang ia kenalkan padaku sebagai istri barunya.
Hatiku sakit saat tahu dia menikah lagi tanpa izin dariku, haruskah dia melakukan hal seperti ini untuk menyakiti aku?
Jujur, aku tak mau di madu, meskipun awalnya aku meyakinkan diriku untuk menerima wanita itu di rumah kami. Aku memilih pergi, meminta perpisahan darinya karena itulah yang ia harapkan dariku selama ini.
Aku melangkah pergi meninggalkan rumah itu dengan hati yang hancur berkeping-keping. Kupikir semua sudah berakhir begitu aku pergi darinya, namun sesuatu yang tak terduga justru terjadi. Ia tak mau bercerai, dan memintaku untuk kembali padanya.
Ada apa dengannya?
Mengapa ia tiba-tiba memintaku mempertahankan rumah tangga kami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisdaa Rustandy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jilat ludah sendiri
Naysila dan Alden berjalan beriringan memasuki rumah mereka, keduanya masih terlihat lemas namun jauh lebih baik daripada semalam. Ketika mereka sampai di ruang tamu, Serena tiba-tiba menghampiri dan bertanya pada Naysila. "Kamu kok balik lagi?"
Naysila menatap madunya itu, ekspresi Serena seolah mengejek. Wanita itu langsung menggandeng tangan Alden dengan sengaja di depan mata Naysila.
"Memangnya kenapa kalau aku balik lagi? Kamu gak suka?" Naysila balik bertanya.
"Bukan gak suka, tapi agak aneh aja. Kesannya kayak kamu jilat ludah sendiri," jawab Serena seenaknya.
Naysila menatapnya dengan tatapan penuh pertanyaan, menunggu Serena melanjutkan kata-katanya tanpa perlu ia bertanya lagi.
"Maksud aku gini loh... Kemarin kan kamu sendiri yang bilang kalau kamu mengalah dan akan pulang ke rumah orang tua kamu. Tapi, kenapa sekarang balik lagi? Bukankah itu namanya kamu menjilat ludah sendiri?" kata Serena, menjelaskan maksudnya.
Naysila terdiam, tersinggung dengan perkataan Serena. Ia menundukkan kepala, memang seharusnya dia malu masuk lagi ke rumah yang akan ia tinggalkan itu. Alden tak bisa berkata-kata, meskipun merasa kasihan pada Naysila yang tersudut oleh Serena. Ia masih gengsi untuk mengakui kepeduliannya pada Naysila.
Naysila kemudian mengangkat wajahnya dan menatap Serena dengan tatapan dingin, "Kamu nggak usah khawatir, besok aku pasti pergi kok. Aku kembali karena suami kamu yang meminta, bukan karena aku ingin."
Setelah mengatakan itu, Naysila langsung pergi dari hadapan keduanya, ia menaiki tangga dengan cepat menuju ke kamarnya. Alden menatap kepergiannya, ada rasa kesal kepada Serena yang telah mengatakan kalimat seperti itu pada istrinya.
Alden melepaskan gandengan Serena dari lengannya, lalu memilih untuk naik juga ke lantai dua.
"Mereka semalam dari mana sih? Kok, Alden kayaknya kacau banget. Semalam ponselnya juga gak bisa dihubungi, apa mereka gak jadi pulang ke rumah Naysila atau memang Naysila pengen balik lagi?" Serena bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Serena masih berdiri di ruang tamu dengan ekspresi tidak puas. Ia menggigit bibir bawahnya, merasa ada sesuatu yang janggal dengan keduanya. Perasaan cemburu tiba-tiba merayapi hatinya, meskipun ia tak berhak atas perasaan itu.
Sementara itu, di kamar, Naysila duduk di tepi ranjang, menghela napas panjang. Tubuhnya masih terasa lelah setelah kejadian semalam, ia merasa seluruh tubuhnya sakit. Ia menatap bayangannya di cermin, bertanya-tanya mengapa ia kembali ke rumah ini setelah dengan yakin memutuskan pergi.
"Harusnya aku gak usah menuruti kata-kata Mas Alden untuk pulang ke rumah ini, harusnya aku langsung pulang saja ke rumahku apapun yang terjadi," kata Naysila, merasa menyesal kembali ke rumah yang penuh dengan derita.
Naysila merasa kepalanya sangat berat, ia berbaring di tempat tidur untuk memulihkan keadaannya.
Di kamar lain, Alden berdiri di bawah shower yang mengalirkan air ke tubuhnya. Pria itu membersihkan dirinya dari sisa air hujan semalam, ia menikmati aliran air dengan mata terpejam.
Setelah mandi, Alden keluar usai berpakaian lengkap. Serena duduk di ujung tempat tidur sembari memainkan ponselnya, ia menoleh pada Alden saat pria itu keluar.
"Al, semalam kalian ke mana sih? Aku telepon kamu tapi gak aktif. Kamu sama Naysila gak jadi ke rumah orang tuanya?" tanya Serena penuh rasa ingin tahu.
Alden menatapnya sebentar lalu berpaling, "Bukan urusanmu."
Serena mendengus, ia menghampiri Alden dan berdiri di hadapannya. Tangan Serena tiba-tiba melingkar di leher Alden dan ia menatap Alden dengan tatapan tak biasa.
"Jangan cuek gitu. Aku tanya karena aku peduli sama kamu. Aku cuma takut kamu kenapa-kenapa, makanya semalam aku terus menghubungi kamu karena kamu nggak pulang," ujar Serena seolah sangat peduli.
Alden menjauhkan tangan Serena darinya, kemudian berkata. "Aku bukan anak kecil yang membutuhkan perhatian darimu, aku bisa mengurus diriku sendiri. Dan, jangan bersikap seolah-olah kamu benar-benar istriku. Jangan sekali-kali kamu seperti ini lagi, atau aku akan kembalikan kamu ke Madam Ivana (germo)."
Serena tersentak, untuk pertama kalinya Alden mengancam dengan sesuatu yang paling ditakuti olehnya. Alden melengos pergi, pria itu memasuki ruang kerjanya dan mengunci pintu untuk memastikan Serena tak bisa masuk sembarangan.
Serena mematung di tempatnya, mendengar nama Madam Ivana langsung membuatnya tak berkutik.
Madam Ivana adalah wanita yang mempekerjakan Serena sebagai wanita malam di sebuah bar. Wanita itu menjadikan Serena sebagai seorang PSK karena Serena harus menanggung hutang yang ditinggalkan oleh mantan suaminya. Suami Serena melarikan diri entah ke mana, sehingga Serena lah yang harus membayar hutang-hutang itu sendiri.
Madam Ivana juga sangat kejam padanya, jika Serena tak melayani minimal 5 pria dalam sehari, maka ia akan memperlakukan Serena dengan kejam. Seperti tak akan memberikan makan sehari semalam, atau mengurungnya di kamar mandi semalaman.
Serena diselamatkan oleh Alden yang kala itu masuk bar untuk bertemu dengan teman lamanya. Mereka bertemu tatkala Alden melihat Serena di seret oleh Madam Ivana untuk melayani seorang pria padahal saat itu Serena tengah sakit. Malam itu, Alden menyelamatkan Serena dari Madam Ivana dan menjadikan Serena sebagai istri palsunya untuk membuat Naysila sakit hati dan pergi dari rumah mereka.
Dari pengalaman pahitnya itu, Serena selalu merasa takut setiap kali mendengar nama Madam Ivana disebut. Serena tak mau lagi masuk ke dalam gelapnya dunia malam dan menjadi seorang PSK. Ia ingin hidup normal seperti orang lain yang tidak dipandang sebelah mata.
*****