Pesantren Al-Insyirah, pesantren yang terkenal dengan satu hal, hal yang cukup unik. dimana para santriwati yang sudah lulus biasanya langsung akan dilamar oleh Putra-putra tokoh agama yang terkemuka, selain itu ada juga anak dari para ustadz dan ustadzah yang mengajar, serta pembesar agama lainnya.
Ya, dia adalah Adzadina Maisyaroh teman-temannya sudah dilamar semua, hanya tersisa dirinya lah yang belum mendapatkan pinangan. gadis itu yatim piatu, sudah beberapa kali gagal mendapatkan pinangan hanya karena ia seorang yatim piatu. sampai akhirnya ia di kejutkan dengan lamaran dari kyai tempatnya belajar, melamar nya untuk sang putra yang masih kuliah sambil bekerja di Madinah.
tetapi kabarnya putra sang kyai itu berwajah buruk, pernah mengalami kecelakaan parah hingga membuat wajahnya cacat. namun Adza tidak mempermasalahkan yang penting ada tempat nya bernaung, dan selama setengah tahun mereka tidak pernah dipertemukan setelah menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penapianoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GUS RAHASIA YANG TAJIR
Adza dan keluarga Firdaus sampai di kota mereka pada malam hari. Tubuhnya lelah sekali, begitu sampai di depan bandara mereka langsung memasuki mobil dan menuju ke pesantren. Tak ada pembicaraan lagi yang mereka lakukan, adza sudah lelah begitupun keluarga yang lain.
Dia sudah menjadi bagian dari keluarga Kyai tapi tetap saja dia merasa kalau dirinya adalah santriwati makanya dia tidak bicara banyak sejak tadi sebab masih merasa sungkan.
"Adzaaaaaa ..."
Begitu tiba di pesantren suara Intan langsung berteriak memanggilnya. adza tersenyum lalu memeluk sahabatnya itu dengan tatapannya yang juga rindu. Seminggu tak bertemu, tentu saja dia rindu dengan sahabatnya ini.
"Apakah disana menyenangkan? Wajah kamu cerah sekali saat pulang," ujar Intan membuat adza tersenyum. Dia menatap wajah sahabatnya itu lalu tersenyum makin lebar.
"Sambutannya di sana baik, sesuai dengan ekspektasiku saat kami sedang chattingan. Dia juga ramah dan membuatku nyaman, tidak ada sama sekali dia mengatakan hal-hal yang menyakiti hatiku jadi tentu saja aku senang walaupun tidak bisa melihat wajahnya," ujar Adza pelan membuat Intan tersenyum lebar.
"Syukurlah, kamu memang pantas mendapatkan suami yang baik. Aku melihat photo pernikahan kalian dan Gus Azka memang memakai masker. Sudah melihat wajahnya yang asli dari foto yang lama?" adza tersenyum dan mengangguk.
"Photonya kurang lebih 3 atau 4 tahun lalu aku sudah melihatnya, karena dia juga kecelakaan sekitar 3 atau 4 tahun lalu. Kamu tahu sendiri kalau untuk menghilangkan bekas luka seperti itu memang sulit, sepertinya Gus tidak melakukan operasi," ujarnya membuat Intan tersenyum dan mengangguk paham.
Mereka memasuki area pesantren dan adza mendapatkan sambutan ucapan selamat dari para Ustadz dan Ustadzah yang menunggu. Tentu saja mereka terlihat ramah padanya dan menyalaminya dengan doa-doa yang baik, di sana masih ada Rahman dan anak buah adza yang menjaga keamanan majikan mereka itu sampai benar-benar tidur alias beristirahat.
Mereka juga membawakan koper adza ke depan pintu kamarnya, dia masih akan menginap di kamar santriwati karena tidak mau masuk ke dalam rumah keluarga Firdaus sebab tidak ada suaminya di sana.
"Yakin malam ini tidak tidur di kamar Azka?" rini bertanya membuat adza tersenyum dan mengangguk pada ibu mertuanya itu.
"Malam ini saya bersama dengan Intan saja di kamar kami, Ummi. Sudah seminggu kami tidak bertemu jadi ada banyak yang mau saya bicarakan dengannya," jelas adza membuat rini mengangguk pada akhirnya.
Dia mengusap kepala menantunya itu lalu tersenyum. "Jangan begadang dan istirahatlah setelah itu, jangan lupa juga kabari suami kamu di sana karena tadi dia mengatakan untuk mengabari kalau sudah sampai. Telepon saja dia atau kirimkan pesan," ujarnya membuat adza tersenyum.
Dia merasakan mendapatkan perhatian seorang ibu lagi meskipun wanita ini hanya Ibu mertuanya. Tetapi dia berharap tidak ada masalah antara dirinya dan sang ibu mertua karena dia tahu kalau wanita ini akan menjadi Ibu keduanya setelah sang ibu kandung meninggal.
Pamit pada Firdaus, adza berjalan dengan Intan yang juga pamit pada Farel karena tadi mereka sempat bersama sebentar untuk menyambut kedatangan adza. rini bisa melihat wajah cerah menantunya itu dan membuatnya merasa senang, selama ini adza selalu sedih dan tidak begitu bisa mengekspresikan kebahagiaannya. Tetapi sekarang dia tidak lagi sendirian di dunia ini karena sudah ada suami dan keluarga suaminya.
"Ayo masuk, Abi terlihat lelah," ujar Rini membuat Firdaus tersenyum dan mengangguk.
Dia mengajak kedua anaknya untuk masuk, sementara Faiz malah pamit untuk ke area santriwan karena dia agak malas untuk tidur di rumah hari ini.
Tatapannya yang datar dan pembawaannya yang terlihat tenang sebenarnya itu adalah ombak yang sedang bergejolak di hatinya sendiri. Dia kesal tapi juga tidak bisa mengatakan apapun.
Saat di Mekkah kemarin dan bertemu dengan adiknya dia sebenarnya ingin bicara tentang keinginannya atas adza pada Azka. Hanya saja waktu sebelum Azka dan adza menikah itu sangat singkat karena mereka hanya menghabiskan satu hari satu malam lalu besoknya sudah ijab qobul. Bahkan Faiz sadar sama sekali tidak ada bicara dengan adiknya itu selain saat mereka menyerahkan barang hadiah sebagai hiburan untuknya karena dia dilangkahi dalam pernikahan ini.
"Wajah Gus Faiz kok seperti menahan marah ya?Apakah ada masalah makanya dia seperti itu?" Salah seorang santriwati berbisik pada temannya ketika mereka tidak sengaja berselisih dengannya.
"Ish! Dari dulu juga dia begitu, jangan menggosip di sini atau nanti kita tidak akan bisa tidur dengan tenang."
Mereka dengan cepat berjalan pergi meninggalkan tempat dan kembali ke bilik masing-masing. Rata-rata para santri juga sudah mulai masuk untuk istirahat sementara Faiz masih berjalan seperti orang kehilangan arah entah mau menuju ke mana di area santriwan yang luas.
***
"Aku sudah sampai di kota kita dengan selamat. Ini baru sampai dan aku juga baru mau mandi."
Adza tersenyum melihat pesannya terkirim dengan baik, dia diminta oleh Intan untuk membersihkan diri dulu makanya dia masuk ke kamar mandi setelah menyelesaikan semua urusannya.
Intan menutup jendela dan pintu sambil menguncinya karena sudah tidak ada lagi yang harus mereka lakukan. Mereka hanya perlu belajar dengan rajin karena beberapa hari kedepan mereka akan mulai ujian.
"za ..."
Adza yang sudah keluar sambil menutup pintu kamar mandi kamar mereka itu tersenyum lalu mengeringkan rambutnya yang panjang sedikit bergelombang.
"Ada lagi yang mau kamu lakukan?"
Adza tersenyum dan menggeleng.
"Sebelas jam perjalanan itu cukup melelahkan, jadi aku mau tidur setelah ini. Tetapi benar kata Ustadz Farel, Intan, Gus Azka memang orang yang baik dan menyenangkan," ujar adza lalu berjalan ke arah kopernya dan mengeluarkan beberapa pakaian dari sana dan juga bingkisan serta oleh-oleh yang dia bawa.
"Pergi membawa satu koper pulang membawa tiga koper ya, za," kekeh intan membuat adza ikut tertawa kecil.
"Banyak sekali kurma, buah-buahan, serta aksesoris dan oleh-oleh dari sana yang kamu bawa. Belum lagi tadi aku melihat anak buah kamu meletakkan dua galon lima liter air zamzam. Ini sudah melebihi dari peraturan bagasi kalau kamu naik pesawat," ujar intan lagi seraya mengambil sekotak kurma.
"Aku sama sekali tidak keluar uang untuk hal ini," balas Adza sambil tersenyum lalu mendengar suara dering ponselnya hingga dia mengambil benda pipih itu.
"Sebentar lagi aku telepon ya, masih ada sedikit tugas kampus yang harus aku siapkan."
Adza tersenyum membaca pesannya. sementara itu ketika dia melihat intan, sahabatnya itu sedang memperhatikan banyaknya aksesoris dan makanan yang adza bawa dari sana.
"Lalu siapa yang membayar semuanya? Keluarga Kyai?" adza menggeleng lalu membuka sekotak kurma dan memakannya dengan santai.
"Gus Azka yang membayar dan menyediakan semuanya. Mulai dari hotel dan tiket pesawat serta kendaraan yang kami pakai di sana. Kamu tahu, Intan, ternyata walaupun mahasiswa Gus Azka memiliki uang yang banyak. Gus rahasia dan sudah menjadi suamiku itu ternyata laki-laki tajir," ujarnya bangga membuat intan tertawa.
Dia juga bisa melihat adza yang tertawa lepas dan jujur saja setelah beberapa tahun kehilangan orang tuanya dan terpuruk dalam kesedihannya, baru kali ini Intan melihatnya kembali tertawa seperti tanpa beban seperti itu.