"Ma... Ma... Papa atu mana? Tata Dindin, Papa atu ladi dipindam ama ante-ante dilang di pelempatan. Matana ndak ulang-ulang," Seru seorang gadis cilik bernama Rachel Helene R dengan mata bulat polosnya.
"Diam, Achel. Mama nanti nanis," seru Ronand Oliver R, yang merupakan kembaran dari Rachel.
Perpisahan antara sepasang manusia yang saling mencintai, membuat dua anak kembar kekurangan kasih sayang terutama dari sang ayah. Diusir oleh mertua karena mengandung bayi perempuan, padahal sang suami belum mengetahui kehamilannya. Tak disangka oleh perempuan bernama Chiara Jane itu jika ia melahirkan anak kembar dan salah satunya adalah laki-laki.
Akankah kedua anak kembar itu bisa kembali menyatukan kedua orangtuanya? Dengan otak cerdasnya, ia berusaha menghalangi orang-orang yang ingin kedua orangtuanya berpisah. Akankah Chiara mau untuk mempertemukan kembali si kembar dan ayahnya? Ikuti kisah si kembar yang lucu dan menyebalkan namun berotak genius hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penjelasan
"Jadi benar kalau perusahaan yang mengadakan kompetisi robot itu milikmu, Mas?" tanya Chiara yang masih belum yakin atas ucapan suaminya.
"Iya," ucap Julian yang kemudian mengambil kartu tanda pengenalnya sebagai CEO dari PT Juchi Tech.
"Selamat..." ucap Chiara tiba-tiba yang kemudian memeluk Julian dengan erat.
Inilah impian dari seorang Julian sejak SMA, membangun perusahaan yang menciptakan game dan robot. Awalnya Chiara ragu dengan impian Julian itu karena memang masih jarang ada yang mengembangkannya. Namun melihat bagaimana perjuangan Julian, membuat Chiara berusaha terus mendukungnya. Hingga ia rela menjalin hubungan jarak jauh dengan suaminya. Ternyata sekarang sang suami berhasil mengembangkan dan membangun perusahaan itu.
"Terimakasih," ucap Julian sambil mengusap punggung istrinya dengan lembut.
"Eh... Sebentar. Kalau kamu yang mengadakan kompetisi itu, apakah Ronand masih bisa ikut? Aku ingin melihat kemampuan Ronand yang sebenarnya. Sembunyikan dululah itu statusmu sebagai pemilik perusahaan. Biar Ronand nanti jika menang, tidak berpikiran karena ini previlage dari Papanya." ucap Chiara dengan tatapan permohonan.
"Masih boleh ikut. Lagi pula kompetisi ini untuk umum dan jurinya juga terpilih dari luar perusahaan. Aku akan mencoba profesional. Jika memang Ronand mampu, dia pasti akan jadi juaranya." ucap Julian dengan yakin.
"Syukurlah jika masih boleh ikut. Dia akan kecewa jika sampai dilarang ikut. Apalagi dia begitu antusias saat tahu ada kompetisi ini," ucap Chiara sambil menghela nafasnya lega.
"Besok biar kalian dijemput sama sopir. Tidak mungkin kita berangkat bersama. Yang ada nanti Ronand dikira curang," ucap Julian membuat Chiara menganggukkan kepalanya mengerti.
Bang Tigor memilih kembali ke kamar kostnya. Sedangkan Chiara memilih untuk ke kamar kostnya bersama Julian sambil menunggu kedua anaknya. Ia akan ikut tinggal pindah rumah bersama Julian. Bang Tigor sedikit sedih, pasalnya ia akan berjauhan dari si kembar. Namun ia tak bisa melarang Chiara untuk berkumpul kembali dengan suaminya.
Uang sewa kost Chiara selama beberapa hari sudah diganti langsung oleh Julian. Bahkan Julian akan membantu Bang Tigor untuk diterima di perusahaan yang dilamarnya. Ternyata perusahaan yang dilamar Bang Tigor, merupakan cabang dari bisnis milik Papa Fabio.
***
"Opa, matan bulu. Lapal kali ini pelutna Achel. Bica kulus kelempeng talo ndak dibeli matan ini Achel," ucap Rachel mendramatisir.
"Ayo pulang aja, Pa. Papa kan harus menjelaskan tentang ini. Mama udah penasaran banget," ucap Mama Martha yang tak setuju jika harus makan dahulu sebelum pulang.
"Apalah olangtua ini, ndak liat talo ada olang mau pingcan talna telambat matan. Ndak puna ati emang ini olang catu," ucap Rachel dengan tatapan sinisnya.
"Lebay. Nggak makan sekali juga nggak akan ngaruh. Perutnya tetap aja bulat kaya bola gitu kok," sindir Mama Martha yang memang sedari tadi tak suka dengan kehadiran Rachel.
"Ol..."
Hmph...
"Orang waras ngalah," bisik Papa Fabio yang sudah kepalang pusing dengan keributan dua perempuan berbeda usia itu. Ia memilih untuk membuat Rachel diam dibandingkan istrinya yang tak punya rem jika sudah ngomel.
Akhirnya Rachel memenangkan perdebatan itu, mereka singgah terlebih dulu ke sebuah restorant yang berada di dalam mall. Mama Martha terus menggerutu karena rasa penasarannya belum juga terjawab. Mama Martha duduk di depan Ronand dengan terus memperhatikan bocah laki-laki itu.
"Sangat mirip dengan Julian. Pendiam dan sangat dingin. Tapi Julian kan belum menikah lagi, lalu anak siapa ini?" gumam Mama Martha sambil terus memperhatikan Ronand. Terlihat sekali jika Ronand sangat risih diperhatikan seperti itu. Bahkan cara makan Ronand pun tak luput dari pandangan Mama Martha.
"Bica ndak itu matana ndak liat abang atu telus? Taulah talo abang Onand danteng, tapi tan nenet dayung cudah tua. Cadal dili dong, macak cuka cama nanak tecil." ucap Rachel menyindir Mama Martha yang memperhatikan Ronand dari atas ke bawah.
"Ish... Siapa sih kamu? Suka-suka aku dong mau lihatin siapa. Ntar lihatin kamu terus, dibilang nggak normal." ucap Mama Martha dengan mulut nyinyirnya.
"Ndak tahu..."
"Mama cukup, ngalah sama anak kecil kenapa sih? Apalagi Rachel ini juga cucumu. Namanya Rachel dan yang cowok itu Ronand. Mereka anak Julian dan Chiara," ucap Papa Fabio menyela ucapan Rachel yang ingin membalas kejulidan Mama Martha.
"Apa? Chiara?" tanya Mama Martha dengan raut wajah shocknya.
"Bukannya anak Chiara itu satu dan perempuan. Kok ini ada dua," lanjutnya bertanya.
Papa Fabio tak peduli dengan keterkejutan istrinya. Ia belum mengetahui tentang bagaimana Chiara bisa hamil anak kembar. Ia tak peduli itu, yang penting menantu dan cucunya sehat. Sedangkan Mama Martha hanya bisa menganga tak percaya dengan semua fakta yang baru saja ia terima. Rasanya antara senang dan terkejut.
"Jadi aku punya dua cucu lagi?" tanya Mama Martha mencoba meyakinkan lagi.
"Ndak. Atu butan cucumu. Ndak lela hati ini, puna nenet tayak citu." ucap Rachel dengan wajah memelasnya.
"Bica tukal tambah nenet ndak cih, Opa? Yang ndak celewet tayak nenet dayung itu," lanjutnya dengan raut wajah polosnya.
"Siapa yang kamu bilang cerewet itu? Nggak sadar diri emang. Situ juga cerewet," ucap Mama Martha tak terima.
"Eh... Akhirnya aku punya cucu laki-laki," serunya tiba-tiba.
Mama Martha menatap Ronand dengan tatapan berbinar cerah. Berbeda saat menatap Rachel yang mengandung aura permusuhan. Sedangkan saat menatap Ronand, Mama Martha mencoba melembutkan ekspresi wajahnya. Impiannya mempunyai cucu laki-laki akhirnya terwujud.
"Habis ini ikut Oma pulang ke rumah ya, cucunya Oma yang paling ganteng." ucap Mama Martha membuat Rachel mendelikkan matanya sinis.
"Janan, abang. Ndak dikacih matan ntal abang di cana. Peyit dia itu," ucap Rachel yang langsung memegang telapak tangan Ronand dengan erat.
"Heh... Jangan suka fitnah ya kamu. Saya ini nggak pelit," ucap Mama Martha dengan ketus.
"Kamu nggak diajak. Nggak usah ikut campur," lanjutnya.
"Saya tidak akan tindal cama olang acing. Kelualga saya itu Mama dan Achel, ndak ada olang acing." ucap Ronand dengan tegasnya.
"Apaladi olang yang tadi menghina Mama," lanjutnya membuat Mama Martha shock.
"Badus. Hubunan tita hanya cebatas olang acing, ndak ucah cok aklab." ucap Rachel sambil mengibaskan rambut panjangnya untuk meledek Mama Martha.
Mama Martha tampak terdiam mendengar ucapan Ronand. Jika saja ia tahu kalau di hadapannya adalah cucunya, pasti ia takkan bicara macam-macam. Pasti sekarang kedua cucunya ini sudah merekam segala ucapan dan tindakannya dalam otak kecil mereka.
"Tadi itu Oma hanya bercanda lho sama Rachel. Ini biar Oma tuh cepat akrab sama kalian," ucap Mama Martha dengan senyum dimanis-maniskan agar Ronand percaya.
Ndak ucah cenyum, cenyumanmu palcu. Tayak danji manis lati-lati,
oma ada saingan tuh cucu super cerewet
kasian opa sakit kepala tuh