Farah meninggal karena dibunuh. Namun itu bukanlah akhir kehidupannya. Farah diberi kesempatan untuk hidup kembali sebagai siswi bernama Rasti. Siswi yang tidak lain adalah murid di sekolah suaminya bekerja.
Nama suami Farah adalah Yuda. Sudah memiliki dua anak. Hidup Yuda sangat terpuruk setelah kematian Farah. Hal itu membuat Farah berusaha kembali lagi kepada suaminya. Dia juga harus menghadapi masalah yang di alami pemilik tubuhnya. Yaitu menghadapi orang-orang yang sering membuli dan meremehkan Rasti. Sebagai orang yang pernah bekerja menjadi pengacara, Farah mampu membuat Rasti jadi gadis kuat.
Apakah Farah bisa membuat suami dan anak-anaknya mau menerimanya? Mengingat dia sekarang adalah gadis berusia 17 tahun. Lalu bagaimana nasib Rasti yang selalu diremehkan karena bodoh dan berbadan gemuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7 - Bolos
Kulit Rasti sangat putih, hidungnya mancung, dan memiliki mata belo. Tubuhnya yang besar membuat semua kelebihan itu menjadi sirna. Sebenarnya Farah tak menampik kalau Rasti tetap cantik meski bertubuh gemuk.
"Pantas saja mereka menyebutmu kuda nil," gumam Rasti. "Kau sebenarnya cantik sekali," lanjutnya.
Senyuman mengembang di wajah Rasti. Pertanda jiwa yang mengambil alih tubuhnya sedang menyusun rencana.
"Banyak hal yang harus aku lakukan. Pertama, mungkin sebaiknya aku fokus memperbaiki hidup Rasti. Setelah itu, barulah aku bisa berbaur untuk mendekati suami dan anak-anakku lagi." Rasti bicara pada dirinya sendiri. Dia mendengus kecewa.
Pintu tiba-tiba terbuka. Ifa kembali. Dia tampak tergesa-gesa untuk menghampiri Rasti.
"Apa kau sibuk?" tanya Ifa.
"Kau kenapa--"
"Sepertinya tidak. Ayo ikut aku!" Ifa langsung menyeret Rasti ikut bersamanya. Bahkan sampai tidak mendengarkan apa yang ingin dikatakan gadis itu.
Ifa membawa Rasti berlari keluar toilet. Gadis tomboy itu membawa Rasti ke belakang sekolah.
"Aku tadi sudah membantumu. Sekarang giliranmu untuk membantuku!" seru Ifa yang tersengal-sengal. Dia mengajak Rasti berdiri menghadap tembok pembatas sekolah. Ifa berharap Rasti bersedia membantunya membolos.
"Menunduklah!" perintah Ifa sembari menoleh ke belakang. Memastikan tidak ada orang yang melihat.
Rasti sempat bingung. Tetapi setelah melihat ada meja patah di dekatnya, dia yakin kalau Ifa sekarang berniat ingin membolos. Ifa terpaksa meminta bantuan Rasti karena meja yang biasanya dia gunakan untuk menaiki tembok sudah tidak berguna.
"Tidak! Kau akan membolos. Aku tidak mau membantumu. Jika di ibaratkan, membolos itu sama seperti imigran gelap yang tinggal di negara orang tanpa izin," ujar Rasti. Tidak heran dia bicara begitu. Mengingat jiwa yang sekarang menempati tubuhnya adalah seorang pengacara. Jelas dia tahu banyak hal tentang hukum dan aturan dalam negara.
"Kau ngomong apa?! Kolot banget sumpah," tanggap Ifa tak percaya. "Sudah menurut aja kenapa?! Setelah ini aku nggak akan gangguin kau lagi," desaknya.
Ifa mendorong Rasti. Hingga gadis itu otomatis menunduk. Saat itulah Ifa memijakkan kaki ke bahu Rasti.
"Astaga, Ifa!" tegur suara seorang siswa. Dia ternyata adalah Yoga. Dirinya juga dibuat kaget dengan kehadiran Rasti bersama Ifa.
"Rasti? Aku nggak salah lihat kan?" cetus Yoga lagi.
Mendengar suara Yoga, Ifa mempercepat pelariannya. Akan tetapi berbeda dengan Rasti, dia takut dan gelagapan. Menyebabkan pijakan Ifa tidak seimbang. Gadis tomboy itu sontak terjatuh ke tanah.
Bruk!
"Ugh! Sialan!" umpat Ifa.
"Eh, sorry!" Rasti kaget melihat jatuhnya Ifa. Dia bergegas membantu gadis tersebut berdiri.
Yoga yang ada di sana, segera ikut membantu. Namun uluran tangannya ditolak mentah-mentah oleh Ifa. Gadis tomboy itu hanya menerima bantuan Rasti.
"Parah kau, Fa! Nggak kapok-kapok juga. Kau itu sudah berapa kali dihukum karena ketahuan bolos!" tukas Yoga mengomel.
"Emang apa pedulimu?!" balas Ifa melotot.
"Sudah, sudah. Jangan berantem." Rasti berusaha melerai ketegangan di antara Yoga dan Ifa. Dia langsung mendapat tatapan tajam dari dua orang tersebut.
"Kau! Kenapa kau bantuin dia bolos?" timpal Yoga.
"Kenapa kau tadi nggak biarin aku naik ke tembok dulu?" Ifa ikut menimpali.
"Ada apa ini?" suara bariton lelaki yang tidak asing, langsung membuat Rasti menoleh. Dia tidak lain adalah Yuda.
"Sayang!" panggil Rasti spontan. Karena merasa masih menjadi istrinya Yuda, dia sudah terbiasa memanggil begitu.
Mata Yoga dan Ifa membulat sempurna tatkala mendengar panggilan Rasti terhadap guru olahraga mereka. Keduanya tak percaya Rasti seberani itu. Mengingat Yuda dikenal sebagai guru super killer. Siswi berandal seperti Ifa saja tak berani main-main dengan Yuda.
Ati ati yah ,jgn ampe kena jebakan betmen 😁