Dua remaja tsundere yang beranjak dewasa, memiliki cerita hidup yang kelam masing masing dan dipertemukan oleh takdir.
Dengan status sosial yang bagaikan langit dan bumi, melewati lika liku percintaan di sekolah yang bergejolak.. akankah mereka berakhir bahagia?
Selamat menikmati kisah mereka !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ElizabethMelyna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takdir Yang Dipercepat
Ting ting ting ting ting
Waktu masih menunjukkan pukul 04.30 pagi, bahkan masih gelap dan matahari belum keluar dari persembunyian nya.
Ponsel Liam terus berdering hingga membangunkan tidur nyenyak nya.
" Halo. " Ucap Liam sambil mengusap mata nya yang masih tertahan kantuk.
Dalam hitungan detik, tiba tiba rasa kantuk nya hilang dan wajahnya tampak sangat terkejut.
" Baik aku mengerti. Jangan lakukan apapun sebelum putri nya datang. " Ucap Liam mengakhiri panggilan.
Dia pun beranjak dari tempat tidur nya dan berjalan ke balkon mencari udara segar, sekaligus mulai memikirkan sesuatu.
Pagi hari pukul 07.00 tepat di Little Sunshine.
Hari ini Silvi menggantikan Anna yang ijin mendadak tidak bisa masuk untuk bekerja.
" Selamat pagi anak anaakk.. Hari ini ibu akan menemani kalian melanjutkan prakarya gunting tempel seperti kemarin. Ayo ambil box prakarya masing masing. " Sapa Silvi ramah memulai kelas.
BRAAAKKKK
Terlihat Aaron tidak senang dengan kehadiran Silvi, ia membuang semua yang ada dalam box prakarya nya tanpa sepatah kata seperti bentuk protes.
" Omg.. Dia tidak menyukai ku. " Gumam Silvi menyimpulkan.
Pukul 08.30
Tampak Anna sudah berdiri di depan Lapas dengan pakaian serba hitam.
Ia terdiam sejenak sebelum masuk.. Dan menarik nafas panjang.
" Aku baik baik saja. " Afirmasi positif untuk dirinya sendiri.
Ia pun memberanikan diri masuk menemui petugas polisi.
Sesampai nya di kantor administrasi, Anna duduk berhadapan dengan polisi beserta beberapa dokumen yang berjajar di hadapan nya.
" Saya turut berduka cita atas kepergian ayah anda.. Bapak Hendrawan. "
Anna pun tidak berekspresi bahkan setetes air mata pun tidak terjatuh.
" Kami sudah melakukan otopsi dan hasilnya sangat mengejutkan. Beberapa hari ini kondisi nya memang tampak lesu dan lebih banyak tertidur.. namun ternyata menurut beberapa kesaksian.. Beliau masih suka menyelundupkan minuman sampai nafas terakhir nya. Hasil otopsi 99% menyatakan terjadi Serangan jantung yang tidak bisa di hindari akibat komplikasi. "
Anna tetap terdiam dan hanya mendengarkan.
" Kami menghubungi anda untuk mengkonfirmasi berita duka ini dan meminta persetujuan proses pemakaman yang akan kami bantu. Ini juga sebagai bentuk antisipasi, jika keluarga akan melakukan tuntutan kepada pihak kepolisian.. Kami mencantumkan hasil rekam medis, asli verifikasi dari dokter.. "
" Dimana aku harus tanda tangan? " Sela Anna dengan dingin nya dan tidak ingin ber tele tele.
" Di sebelah sini.. Sini dan sini. " Jawab petugas polisi jadi ikut terintimidasi oleh sikap Anna yang sangat dingin.
Kurang lebih selama beberapa jam proses demi proses dijalani sampai pada pemakaman.
Anna bertahan bahkan tanpa sesuap makanan sampai akhir.
Sore itu tersisa Anna yang ada di samping makam ayah nya.
Semua orang yang bersangkutan sudah menyelesaikan tugas masing masing dan meninggalkan Anna sendirian disana.
" Aku tidak akan meneteskan air mata untuk mu. Karena sudah terlalu banyak air mata ku yang keluar selama hidup bersama mu. Akan kuanggap ini sebagai penghormatan terakhir ku padamu. " Gumam Anna sambil menyiramkan sebotol air di atas makam ayah nya yang masih tanah basah.
" Selamat tinggal. Aku tidak berharap kedamaian untuk mu di sana. Dan satu lagi, jangan pernah datang ke dalam mimpi ku.. "
Begitu dalam luka yang ditinggalkan oleh ayah nya, sampai Anna mati rasa.
Orang yang tidak mengetahui kisahnya pasti akan berpikir bahwa Anna adalah seorang psikopat. Namun yang sebenarnya adalah perbuatan ayah Anna selama ini, tidak ada satu pun yang layak untuk di kenang dalam pikiran Anna.
Dari kejauhan.. Tampak seseorang dengan setelan hitam berdiri tegap terus memperhatikan Anna.
Selangkah demi selangkah.. Lelaki itu mendekat dan terus mendekat.
" Anastasia. "
Suara berat yang tidak asing di telinga Anna tiba tiba membubarkan rasa dingin di hati Anna saat itu.
Ia memalingkan wajahnya ke arah suara dan menemukan, seorang Liam yang 8 tahun hilang dari pandangan nya.. Sedang berdiri tegap tepat di hadapan nya.
Aura serampangan dan nakal nya masih terasa namun hanya berbeda di cover saja.
Tampan dan dewasa.
" Liam. " Sahut Anna tidak menyangka.
" Aku tidak menyangka, akan menemui mu di pemakaman seperti ini. " Sahut Liam.
Panggilan yang ia dapatkan dini hari tadi adalah dari petugas polisi.
Liam adalah orang pertama yang dihubungi karena keterlibatan nya dalam memenjarakan ayah Anna 8 tahun lalu.
Hal itu demi memberikan rasa aman pada wanita nya, yang selalu mendapatkan perlakuan buruk dan trauma dari ayah nya sendiri.
Siapa sangka... Kematian ayah Anna menjadi jembatan untuk mereka kembali bertemu dengan versi yang lebih dewasa dan perjuangan masing masing di jalan yang berbeda.
Hari semakin malam..
Dan mereka memutuskan untuk meninggalkan tempat pemakaman itu.
Mereka duduk berhadapan di sebuah cafe dengan kopo yang tak tersentuh masing masing.
Suasana tampak sangat canggung bahkan bingung harus memulai pembicaraan darimana.
Tapi entah mengapa di lubuk hati masing masing, mereka enggan untuk berpisah.
Masih ingin saling menatap wajah yang saling merindukan.
" Aku melihat interview Lexi akhir akhir ini.. Dan kalian sangat mengagumkan. Tak kusangka kalian bisa akrab lagi. "
Namun Liam mengacuhkan kalimat basa basi itu dan langsung to the point.
" Kenapa kamu pergi begitu saja? " Tanya Liam tanpa basa basi.
" Apa menurut mu, itu tidak akan membuat ku kesal? " Lanjut Liam yang jadi kesal saat mengingat nya.
" Aku sangat kacau saat itu.. Dan juga.. Malu. " Jawab Anna lirih.
" Malu??? Apa kamu menjual diri mu? Apa kamu mencuri? Apa kamu membunuh orang?? kenapa pikiran mu sedangkal itu. " Sahut Liam sarkas.
" Kamu tahu betapa hancur nya kehidupan ku.. Aku tidak bisa terus bergantung padamu.. Itu membuat ku seperti tidak punya harga diri. " Jawab Anna jadi ikut kesal.
" Ok.. Setelah aku memberi mu waktu bebas sangat lama.. Apa sekarang kamu akan kembali ke sisi ku? " Pertanyaan yang tidak disangka sangka terlontar begitu saja dari mulut Liam.
" Liam.. Hubungan kita tidak semudah itu.. Kamu orang yang besar, sangat besar.. Dan aku sangat kecil.. Bahkan penuh dengan kekurangan.. Apa kamu masih belum paham juga? Kamu seharusnya bersama dengan yang setara dengan mu." Ucap Anna tanpa pikir panjang dan tidak ingin berharap lebih.
" Jangan terlalu merendahkan diri sendiri.. Aku sangat membenci sikap mu yang seperti itu. " Kata Liam semakin kesal.
" Sudah cukup ! Seharusnya kita tidak bertemu. Aku tidak mau berdebat dengan mu lebih jauh. " Kata Anna mengakhiri perdebatan.
" Berikan ponsel mu padaku. " Perintah Liam.
" Tidak mau. Privasi. " Tolak Anna mentah mentah.
" Berikan padaku, atau aku akan mengambil nya sendiri. " Paksa Liam.
Untuk mencegah keributan di tempat umum, Anna pun akhirnya mengalah.
Liam memasukkan nomor nya ke kontak Anna, dan begitu sebalik nya.
" Jangan berani berani menghapus nya. Karena hari ini aku sudah memutuskan untuk mempercepat takdir kita. " Kata Liam menunjukkan sisi badboy nya.
" Kukira kamu sudah dewasa, ternyata aku salah. " Sindir Anna dan pergi meninggalkannya.