Sebelum lanjut membaca, boleh mampir di season 1 nya "Membawa Lari Benih Sang Mafia"
***
Malika, gadis polos berusia 19 tahun, tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah hanya dalam satu malam. Dijual oleh pamannya demi sejumlah uang, ia terpaksa memasuki kamar hotel milik mafia paling menakutkan di kota itu.
“Temukan gadis gila yang sudah berani menendang asetku!” perintah Alexander pada tangan kanannya.
Sejak malam itu, Alexander yang sudah memiliki tunangan justru terobsesi. Ia bersumpah akan mendapatkan Malika, meski harus menentang keluarganya dan bahkan seluruh dunia.
Akankah Alexander berhasil menemukan gadis itu ataukah justru gadis itu adalah kelemahan yang akan menghancurkan dirinya sendiri?
Dan sanggupkah Malika bertahan ketika ia menjadi incaran pria paling berbahaya di Milan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
“Kak, mau ke mana?” tanya Leon, yang kini duduk di kursi penumpang di samping Alexander. Ia sempat bingung melihat Alexander memacu mobilnya secepat kilat.
“Tentu saja menyelamatkan gadisku! Kenapa masih tanya, hah!” balas Alex, melepas sabuk pengamannya sebelum mobil benar-benar berhenti. Raungan marah memenuhi suaranya.
“Kau urus mobil yang baru saja berpapasan dengan kita. Lalu bawa supirnya atau siapa pun yang ada di dalam ke hadapanku malam nanti.”
Alex bergegas turun.
Pemandangan di halte itu langsung membuat rahangnya mengeras. Malika berdiri di sana, tubuhnya gemetar hebat, air mata menetes deras, dan dua pria asing sedang mencengkeramnya.
Leonard langsung pindah posisi duduk, mengambil alih kemudi, dan putar balik untuk mengejar mobil sedan hitam yang baru saja melintas, mobil yang diyakini Alexander sebagai pengawas atau pelaku.
“Gadis mana yang kakak maksud tadi? Apa dia Kaylin?” gumam Leon tak memperhatikan Malika dengan jelas tadi.
Sementara Malika, gadis itu mendingak, menatap pria yang ada di depannya dengan mata berair.
“Tuan muda, tolong Lika,” ucap Malika dengan tubuh gemetar dan air mata kembali menetes deras.
Melihat keadaan Malika, rahang Alex mengeras hingga urat lehernya menonjol.
“Berani sekali kalian menyentuh gadisku!” Kemarahannya yang biasanya terkendali kini meledak. Ia segera melayangkan tinju ke arah dua pria itu.
Tinju Alexander mendarat telak dan brutal. Kedua pria itu tak sempat membalas, tak diberi waktu untuk berpikir, dan langsung terkapar di tanah, mengerang kesakitan.
Beberapa anak buah Alexander yang mengikuti dari jauh segera datang.
“Urus mereka dan buat tak bisa melihat dunia lagi!” tegas Alex dengan mata memerah karena amarah. Kalimatnya dingin dan tanpa ampun, mencerminkan sisi gelap Alexander Frederick yang sesungguhnya.
“Baik, Tuan,” jawab mereka serentak.
Mereka bergegas menyeret kedua pria yang sedang meminta ampun dengan wajah babak belur itu menjauh, menghilang ke dalam kegelapan jalanan.
“Tuan, Lika—” belum sempat Malika menyelesaikan ucapannya, Alex sudah memeluknya erat-erat.
Pelukan itu cukup kuat dan sarat akan kekhawatiran yang sungguh Alex tidak sadari.
“Tuan...”
“Diam!” seru Alex, berusaha mengontrol emosinya.
“Lika tidak bisa—”
“Kubilang jangan banyak bicara,” ucap Alex, menahan gemetar di suaranya. “Kita pulang saja dan jelaskan nanti di mansion!”
Albert yang baru saja tiba di lokasi, setelah dihubungi oleh anak buah Alex, langsung menghampiri Malika.
“Tuan muda, apa yang terjadi pada Malika?” tanya Albert khawatir, melihat kondisi Malika.
Malika tampak trauma, hanya menggeleng di pelukan Alex.
“Tanyakan saat keadaannya mulai membaik nanti,” ucap Alex dingin.
Albert mengangguk dan segera membuka pintu mobil Alexander mendudukkan Malika di kursi penumpang dengan hati-hati sebelum ia ikut masuk ke dan duduk di sampingnya.
Di dalam mobil, Malika menggigil hebat. Kedua pria tadi hampir menyentuhnya, bahkan kini pakaiannya robek di bagian pundak. Memperlihatkan kulit putihnya yang bersih tanpa noda.
“Shit!” Alex buru-buru memalingkan wajah. Ia mengambil jasnya, lalu memakaikannya pada Malika.
“Lika takut, Tuan. Kenapa mereka jahat pada Lika? Apa salah Lika, hiks…” Wajah yang biasanya ceria dan menyebalkan kini tampak rapuh di mata Alex.
Alex benci melihat keadaan Malika. Ia meraih tangan Malika dan menggenggamnya erat, berusaha menenangkannya tanpa banyak kata.
“Kau aman bersamaku.” Alex menatap ke depan, tetapi hatinya sakit melihat gadisnya terluka.
Albert yang melihat itupun merasa heran. Ada apa gerangan dengan tuan mudanya itu?
“Ini pertama kalinya aku melihatnya begini. Dia benar-benar sudah berubah. Dan semua karena Malika,” gumamnya.
*
*
*
Di sisi lain, Leon melajukan mobil sport Alex dengan kecepatan tinggi. Ia berusaha memepet mobil sedan hitam yang ada di depannya.
Keduanya kejar-kejaran dramatis di jalanan malam yang mulai sepi.
Leonard tidak tahu siapa yang ia kejar, tetapi perintah kakaknya adalah mutlak.
Cukup lama hingga akhirnya Leon berhasil berhenti tepat di depan mobil itu, memblokir jalan.
“Keluar!” teriak Leon.
Tidak ada yang keluar. Pemilik mobil seolah tak mengindahkan ucapan Leon.
“Baiklah, kalau kau bermain-main denganku!”
Leonard tidak suka kontak fisik, tetapi ia tahu cara mengintimidasi. Ia mengeluarkan senjata yang ia simpan di belakang pinggangnya, pistol perak yang mengkilap, lalu mengarahkannya ke arah kaca mobil di depannya.
“Aku hitung. Tiga… dua… satu…”
Tepat saat Leonard mengucapkan kata satu, pintu mobil terbuka.
Bukan supir bayaran bertubuh besar, melainkan seorang gadis yang turun sambil merapikan gaunnya.
Rambutnya diikat rapi, wajahnya cantik, namun memancarkan keangkuhan.
Leon melorot. Matanya membelalak kaget.
“Kaylin?” gumamnya tak percaya.
Kaylin menatap Leon dengan mata tajam, lalu berkata dengan nada sinis. “Hei, Adik ipar. Kau menghalangi jalanku!”
Leon hampir tak percaya. Bagaimana bisa yang keluar dari mobil ini adalah Kaylin?
“Kau mencari Alex? Dia baru saja pergi dengan gadis murahan itu!” seru Kaylin dengan kedua tangan terkepal erat.
Kaylin marah karena rencananya untuk menyakiti Malika gagal. Dan kalau sampai Alex tahu, nasibnya akan berada dalam bahaya.