Setelah Kita Berpisah

Luna tidak tahan lagi melihat keakraban Ariel dan Dian. Amarahnya makin membara. Ia mematikan ponselnya dengan kasar dan bangkit berdiri. Ia tidak bisa membiarkan Ariel terus membohonginya. Ia harus melakukan sesuatu.

"Aku harus cari tahu apa yang sebenarnya terjadi," tekad Luna, dengan suara bergetar.

Luna bergegas keluar dari kantin kantor, menuju tempat parkir. Lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, menuju ke alamat yang tertera di akun D'Style.

Sesampainya di depan ruko "D'Style - Fashion Online", Luna mendengar suara tawa dan obrolan dari dalam.

Luna memarkirkan mobilnya di seberang jalan dan mengamati ruko itu dari kejauhan. Ia melihat Ariel dan Dian sedang sibuk melayani pelanggan yang datang.

Rasa cemburu makin membutakan hatinya sehingga ia tak mampu berpikir jernih. Tanpa berpikir panjang, Luna keluar dari mobilnya dan berjalan menuju ruko itu. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu membuka pintu ruko dengan kasar.

"Mas Ariel!" teriak Luna, dengan suara lantang yang di tengah keramaian siang itu.

Semua orang yang berada di dalam ruko terkejut dan menoleh ke arah Luna. Ariel dan Dian pun ikut terkejut dan menatap Luna dengan tatapan bingung.

"Sayang? Kamu... ngapain ke sini? Bukankah seharusnya kamu ada di kantor?" tanya Ariel, dengan nada gugup.

Luna tidak menjawab pertanyaan Ariel. Ia hanya menatap suaminya dengan tatapan penuh amarah dan kebencian.

"Lalu kamu sendiri ngapain di sini?" tanya Luna dengan sinis. "Jadi ini yang kamu lakukan di belakangku, Mas? Berduaan sama perempuan ini?!" teriak Luna, sambil menunjuk Dian dengan tatapan menghina.

Dian tersentak dan mundur selangkah. Ia merasa bersalah dan malu karena telah menjadi penyebab masalah dalam rumah tangga Luna dan Ariel.

Beberapa pelanggan yang berada di ruko itu mulai berbisik-bisik dan menatap Luna dengan tatapan ingin tahu. Suasana di ruko itu menjadi tegang serta tidak nyaman.

Ariel berusaha untuk menenangkan Luna dan menjelaskan situasinya.

"Sayang, dengerin aku dulu. Ini semua nggak seperti yang kamu lihat," kata Ariel, dengan nada memohon. "Aku bisa jelaskan semuanya."

"Jelaskan apa lagi? Semuanya sudah jelas! Aku sudah lihat sendiri dengan mata kepalaku!" balas Luna, dengan nada tinggi. "Kamu bohong sama aku! Kamu selingkuh sama perempuan ini!"

"Nggak, Sayang! Aku nggak selingkuh! Aku cuma..."

"Cuma apa? Cuma jualan online sama perempuan ini! Gitu?" potong Luna, dengan nada sinis. "Kamu pikir aku bodoh! Kamu pikir aku nggak tahu apa-apa!"

Ariel terdiam dan tidak bisa menjawab pertanyaan Luna. Dia tahu telah melakukan kesalahan dengan menyembunyikan bisnis barunya dari sang istri.

Luna menatap Ariel dengan tatapan penuh kekecewaan. Ia merasa sakit hati dan merasa dikhianati oleh pria yang sangat ia cintai.

"Aku... kecewa sama kamu, Mas," ucap Luna, dengan suara lirih. "Aku nggak nyangka kamu bisa melakukan ini padaku."

Luna berbalik dan berjalan keluar dari ruko itu. Ia meninggalkan Ariel dan Dian yang terpaku di tempatnya, tidak tahu harus berbuat apa.

Sebelum pergi, Luna menoleh ke arah Ariel dan berkata dengan nada dingin dan penuh penekanan.

"Jangan harap aku masih mau menerima kamu lagi!" Luna berbalik dan berjalan cepat keluar dari ruko, air matanya mengalir deras membasahi pipinya. Ia merasa hancur dan kecewa.

Ariel terpaku di tempatnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Dia merasa bersalah, menyesal, dan takut kehilangan Luna.

"Luna!" teriak Ariel, dengan panik. Dia segera berlari mengejar Luna keluar dari ruko.

Sementara itu, Dian hanya bisa terdiam menyaksikan Ariel yang mengejar Luna. Dia hanya orang luar dan tak ingin ikut campur urusan mereka.

Ariel berhasil menyusul Luna di depan ruko. Ia berusaha meraih tangan Luna, tetapi istrinya itu dengan cepat masuk ke dalam mobil.

"Luna, tunggu! Dengerin aku dulu!" Ariel memohon, sambil menggedor mobil, tetapi Luna tidak menggubris dan langsung tancap gas.

Ariel pun segera berlari menuju mobilnya. Dia menyalakan mesin dan mengejar Luna dengan perasaan cemas yang tak terkira. Dia takut Luna akan melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri.

"Ya Tuhan, lindungi istriku," bisik Ariel dalam hati, sambil memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Ariel terus mengejar mobil Luna, berusaha untuk tetap berada dalam jarak pandang. Dia bisa melihat, meskipun dengan kecepatan tinggi, Luna menuju arah rumah mereka. Ada sedikit kelegaan di hati Ariel, setidaknya Luna tidak pergi ke tempat yang tidak jelas.

Luna memarkirkan mobilnya dengan kasar di garasi, lalu keluar dari mobil dan berjalan tergesa-gesa menuju pintu rumah kemudian membukanya. Ia masuk ke dalam lantas menutup pintu kembali dengan kencang.

Ariel segera memarkirkan mobilnya di belakang mobil Luna lalu berlari mengejarnya.

"Luna, tolong dengerkan penjelasanku!" pinta Ariel, seraya menangkap tangan Luna dan berhasil menghentikan langkahnya.

Namun, Luna berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Ariel. "Lepasin aku, Mas! Aku nggak mau mendenger apa-apa lagi!" teriak Luna, dengan nada histeris.

"Nggak, Lun! Aku nggak akan melepaskan kamu! Aku akan menjelaskan semuanya!" kata Ariel, dengan nada tegas. Dia menatap Luna dengan tatapan penuh penyesalan.

"Sayang, aku minta maaf. Aku salah karena menyembunyikan bisnis yang baru aku rintis ini dari kamu," kata Ariel, dengan nada tulus. "Aku nggak bermaksud bohong sama kamu. Aku cuma pengen kasih kejutan buat kamu."

"Kejutan? Kamu bilang ini kejutan?" Luna terkekeh pelan.

"Kamu pikir aku akan senang kalau tahu kamu selingkuh sama perempuan lain!" balas Luna, dengan nada sinis.

"Nggak, Sayang! Aku nggak pernah selingkuh! Aku sama sekali nggak ada hubungan apa-apa sama Dian!" bantah Ariel, dengan nada meyakinkan.

"Dia itu cuma temen dan rekan kerja aku saja. Aku lagi berusaha membangun bisnis ini dengan bantuan dia. Dian itu bersedia membimbing aku karena dia sudah lama berkecimpung di bisnis ini," lanjut Ariel jujur.

"Lalu...apa kamu pikir aku akan percaya? Buktinya kamu selalu berduaan sama dia! Dan kamu lebih sering menghabiskan waktu sama dia daripada sama aku!" teriak Luna, dengan nada histeris.

Ariel terdiam, semua penjelasannya dipatahkan oleh Luna. Dia tak tahu harus bagaimana lagi membujuk istrinya.

"Aku sudah tidak tahan dengan semua ini, Mas. Aku sudah muak. Lebih baik kita berpisah!" putus Luna, lalu meninggalkan Ariel yang berdiri membeku dengan tatapan hampa, setelah mendengar ucapan istrinya.

.

.

.

Jangan lupa like dan komennya ya, gaes 🤗

Semoga gak ikutan darting ya.