Elara tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah dirinya sadarkan diri. Tubuhnya yang terasa remuk dengan pakaian yang sudah berceceran di lantai.
"Apa yang terjadi padaku?"
Elara ingin sekali menyangkal apa yang terjadi pada dirinya, tapi keadaannya yang sudah menjelaskan semua apa yang tengah dia alami meskipun tidak tahu siapa yang tega melakukanya. Malam itu dunia Elara hancur saat kesuciannya di rampas oleh orang yang tidak dia tahu sama sekali.
Setelah lama dalama kesulitan bersama buah hatinya, tiba-tiba seseorang yang tidak dia kenal datang dan membuat kehidupannya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebimbangan Noah
Skotlandia
Elara membuka matanya yang terasa berat, gadis itu menyentuh kepalanya terasa pusing.
Enghh
Elara menelan ludahnya yang terasa kering, tubuhnya terasa sakit membuatnya merasa tidak nyaman.
"Kau sudah bangun,"
Mengerjap beberapa kali, mata Elara menatap seseorang yang baru datang sambil membawa gelas dan piring.
Shh
Mau bergerak saja tubuhnya terasa sakit, kepalanya terasa berat dan berputar-putar.
"Makan dulu, lalu minum obat!" Orang itu menyodorkan piring berisi nasi dan lauk meskipun hanya sedikit.
Elara menatap piring dan wajah orang itu secata bergantian, "Membeli makan itu pakai uang, dan hanya ini yang bisa aku beli setelah membeli obat untuk mu," Kata orang itu memberi penjelasan saat Elara tak megambil apa yang ia sodorkan.
Dengan ragu-ragu, Elara menerima piring yang hanya banyak nasi dan sedikit lauk itu, perutnya yang keroncongan karena merasa lapar.
Elara makan dalam diam, sudah biasa baginya makan seadanya dan tidak enak. Tapi, tiba-tiba Elara ingat janin yang ada di perutnya, apakah dia akan sehat dengan apa yang dia makan.
"Habiskan, ini obatnya. Kamu demam tinggi, karena terlalu lama kehujanan." Orang itupun pergi setelah mengatakan itu.
"Terima kasih," Ucap Elara sebelum orang itu pergi meninggalkan kamar yang sempit dan terbatas ia tempati.
"Cepat sembuh." Orang itu tersenyum tipis dan berlalu pergi.
Elara menjatuhkan air matanya, ia pikir hidupnya sudah berakhir saat dirinya jatuh tak sadarkan diri, tapi nyatanya takdir berkata lain dirinya masih bisa melihat matahari bersinar terang namun terlihat suram di hidupnya.
Setelah menyelesaikan makan dan meminum obat, Elara memilih untuk berisitirahat sebentar, sepertinya dirinya akan menghadapi dunia dengan keadaanya sekarang ini, karena semesta tidak membiarkannya pergi dengan mudah, itu berarti dirinya harus hidup lebih panjang untuk janin dalam perutnya.
Satu jam Elara bangun setelah dirasa tubuhnya cukup membaik, gadis itu memakai alas kakinya dan berjalan keluar kamar untuk mencari pemilik rumah.
"Bibi!!" Panggil Elara saat tidak menemukan siapa pun, gadis itu mencari disudut ruangan kecil dan sempit itu tapi tidak menemukan siapapun.
Berjalan menuju pintu Elara seperti mendengar suara kaleng yang saling bertabrakan, gadis itu lalu keluar dan ternyata seseorang yang dia panggil bibik sedang duduk sambil menyulam sesuatu seperti alat untuk membawa ikan.
"Kenapa keluar, kamu harus istrirahat," Wanita lima puluh tahunan itu mendekati Elara yang berdiri di ambang pintu rumahnya yang kumuh, dikelilingi oleh jala, dan ternyata suara yang mengusik telinganya sejak tadi adalah ombak laut.
"Sudah lebih baik bibik." Jawab Elara dengan senyum tipis, matanya terus menyapu kesekitar permukiman pantai.
"Syukurlah," Wanita itu tampak lega.
"Elara, namaku Elara," Elara mengulurkan tangannya.
Disambut dengan senyum, wanita itu membalas uluran tangan Elara.
"Delana, namaku Delana."
Elara tersenyum lebar, sepetinya wanita yang menolongnya adalah orang baik, dilihat dari wajahnya dan tatapan yang meneduhkan.
"Sebentar lagi aku akan bekerja, kamu dirumah istirahat saja." Delana megambil peralatan yang biasa dia bawa untuk bekerja.
"Apa bibik bekerja dengan para nelayan?" Tanya Elara dengan penasaran.
Delana hanya tersenyum sambil memasukkan apa saja yang harus dia bawa.
"Ya, aku hanya bekerja membantu memindahkan ikan dari nelayan ke pembeli." Jawabnya tanpa ada yang di tutupi.
Elara begitu terharu, di usianya yang sudah tua tapi masih bisa melakukan pekerjaan yang berat.
"Bibik, besok aku akan membantu bibik, jika bibik mengijinkan ku tinggal disini." Elara begitu berharap bisa diterima, dirinya tidak memiliki siapapun selain janin yang ada di kandungannya, lagi pula tempat yang Delana tinggali begitu tenang meskipun terdengar berisik karena ombak, tapi bagi Elara disinilah tempat yang nyaman untuknya tinggal.
"Tidak masalah, tapi sebaiknya kau tidak perlu bekerja keras kasihan bayimu," Delana menatap kebawah, bagian perut Elara.
Seketika Elara mematung, wajahnya berubah pias menujukan kesedihan.
London kota
Sejak Satu bulan yang lalu kehidupan Noah tampak kacau, bukan masalah pekerjaan, tapi masalah otaknya yang selalu mengacu pada wanita yang bernama Elara itu, bagaimana bisa malam panas mereka selalu berputar di kepalanya, membuat Noah tidak bisa meniduri wanita yang akan melampiaskan hasratnya karena jika sedang bermesraan bayangan tubuh Elara yang menggeliat seksi berputar di kepalanya.
"Elara, apa aku harus mencari mu," gumam Noah sambil mengusap dagunya bimbang.
*
*
Tinggalkan jejak kalian, like dan komen jangan lupa 😘