Reno, adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Papanya memiliki jabatan yang tinggi di suatu instansi pemerintah dan mamanya seorang pengacara terkenal, kakanya jebolan sekolah kedinasan yang melahirkan Intel negara. Sementara dia anak tengah yang selalu dibanding-bandingkan dengan kesuksesan sang Kaka, berprofesi sebagai TNI berpangkat Bintara. Tapi Reno adalah anak yang penurut dan paling berbakti pada kedua orangtuanya.
Keinginannya menjadi seorang TNI karena kejadian luar biasa yang mempertemukan dirinya dengan sosok yang sangat dia kagumi, sosok idola yang merubah hidup dan cara pandangnya.
Hingga pada suatu hari takdir mempertemukan Reno dengan Kanaya yang membantu cita-citanya menjadi seorang TNI terwujud.
Kanaya menemani Reno dari nol karena Reno tidak mendapatkan dukungan dari kedua orangtuanya.
Apakah cinta kasih Reno dan Kanaya akan berlanjut ke pelaminan, atau Kanaya hanya dimanfaatkan Reno saja untuk mencapai cita-citanya?
Yuks ikuti kisah Reno di Cinta Bintara Rema
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 : Kanaya otw Jakarta
Happy Reading..., 🎊
Praang ... Braakk ...
Suara benda berjatuhan dan teriakan kini jadi musik rock yang terdengar setiap hari di kediaman Hartawan Hadiningrat, Drama bergenre horor tengah berlangsung di rumah jabatan dari suatu instansi itu menjadi tontonan gratis bagi para tetangga karena selalu memperdengarkan suara-suara yang sangat menyita perhatian jiwa-jiwa kepo.
Reno jalan mengendap saat keributan kedua orangtuanya itu terjadi lagi, tujuan pertamanya adalah kamar Lalita, adik kesayangannya.
Ketika Reno membuka pintu kamar Lalita, gadis kecil itu sedang menutup kedua telinganya dengan ketakutan dan diiringi tangisan tertahan.
"Ssstt ... Sayangnya mas lagi ngapain? yuk sini kita keluar aja" bisik Reno sambil menghampiri Lalita di pojok kamarnya.
"Maass ... " Lalita menghambur ke pelukan Reno.
Dengan perasaan yang juga ketakutan dan seluruh emosi ada di benak, Reno mengangkat tubuh kecil Lalita keluar dari kamar lalu membawanya pergi ke sebuah sarana bermain gratis di dekat rumahnya.
Mereka membeli aneka jajanan kaki lima yang jarang sekali mereka beli karena sang mama sangat cerewet dan banyak aturan untuk memilih makanan.
"Gimana dek, enak?" tanya Reno sambil tersenyum
"Enak banget mas, ini namanya makanan apa ... " tanya Lalita, kaki gadis itu bergerak mengayun dengan ceria, karena kursi taman yang mereka duduki lumayan tinggi dengan ukuran kaki Lalita yang masih kecil.
"Yang ini telor gulung, ini cimol, ini batagor, ini corn dog, di antara semua ini mana yang adek suka? ... " tanya Reno
"Semuanya mas ... " Lalita memperlihatkan deretan giginya
"Adek, kalau mama dan papa lagi berantem dan mas belum pulang, adek pergi aja ke rumah Lilis ya ... Jangan di rumah seperti tadi." pesan Reno
"Tadi itu, mas ... Adek baru bangun tidur, papa datang langsung pukul mama minta uang." jawab Lalita sambil mengunyah corn dog
Reno tertunduk dengan tangan mengepal di pangkuannya, ada gurat kesedihan bercampur kemarahan di wajahnya. Alunan musik rock The Light by Disturbed yang terdengar dari ponsel Reno berdering memanggil untuk segera diangkat.
🎶"You need never feel broken again ... Sometimes darkness can show you the light ... An Unforgivable tragedy ... " 🎶
Dengan tangan yang gemetar Reno menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan.
📱Reno : "Hallo ... "
📲Davin : "Kalian di mana ... "
📱Reno : "Di taman, mas ... "
📲Davin : "Sebelah mana, aku juga di taman dekat rumah ... "
📱Reno : "Wijaya ... "
📲 Davin : "Ok kalian tunggu di sana ... "
Tak selang berapa lama, sebuah mobil Pajero menghampiri mereka.
"Masuk ... !" teriak Davin seakan panik
Reno membukakan pintu penumpang di bagian belakang untuk Lalita, betapa kagetnya Reno melihat mamanya sudah ada di dalam dengan wajah babak belur penuh darah.
"Mama ... " suara Reno tercekat
"Maamaaaa ... " tangisan Lalita pecah
"Cepat masuk, dek. Kita harus segera bawa mama ke rumah sakit!" teriak Davin
Mereka pun bergegas masuk dan Davin melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar mamanya bisa tertolong.
Derit suara roda brankar yang bergesekan dengan lantai marmer membuat hati ketiga anak itu pilu berharap sang mama segera di tolong dengan cepat oleh para medis di sana.
Luka tusukan di perut dan benturan di kepala mamanya yang banyak mengeluarkan darah, membuat hati Davin semakin cemas, untung saja dia segera datang saat mamanya menelpon meminta pertolongan.
"Kalian kenapa ninggalin mama!!" bentak Davin
"Kami lelah mendengar pertengkaran mereka, Mas ... " jawab Reno
Davin tidak tega melihat kedua adiknya gemetar ketakutan. Pemuda berusia 24 tahun itu merangkul kedua adiknya dengan hati yang berkecamuk. Davin melepas rangkulan adik-adiknya karena harus menghubungi seseorang.
📱Davin : "Aku ingin team audit itu menemukan kesalahan Kasub atas nama Hartawan, Bang ... Baik, terima kasih bantuannya bang!" perintah Davin, lalu menutup teleponnya dan memasukkan ke dalam sakunya.
"Apa yang akan Kaka lakukan pada papa ... " tanya Reno
"Apa lagi ... Kita miskinkan saja lelaki bangkotan itu, selagi masih punya jabatan dia semena-mena dengan mama, dan perempuan gatal itu akan terus menempel seperti lintah darat." geram Davin
"Terserah mas aja." jawab Reno pasrah, kali ini dia juga tidak terima dengan perlakuan papanya.
Namun Reno baru sadar bahwa kakanya masih peduli dengan mereka, selama ini dia merasa berjuang sendirian. Semenjak masuk ke sekolah para Intel itu, kakanya memang sangat tertutup dan terkesan tidak perduli dengan keluarga.
Pintu ruang operasi terbuka, seorang dokter keluar masih mengenakan pakaian scrub dan masker. Ketiga anak itu berlari menghampiri dokter tersebut.
"Bagaimana mama kami, Dok ... " tanya Davin.
"Puji syukur kalian cepat membawanya ke rumah sakit, kalau tidak nyawa ibu kalian tidak akan tertolong. Tusukan itu nyaris mengenai ginjalnya ... " ucap dokter Rama
Bahu ketiga anak itu merosot, dengan wajah menunduk sambil memilin jari jemarinya, hatinya terasa mencelos saat mengetahui keadaan orang tua mereka.
"Kalian yang sabar ya ... " dokter muda itu menepuk pundak Davin
"Dokter Rama, bisakah kami minta visum dan surat keterangan rumah sakit bahwa kejadian ini adalah kasus KDRT?"
"Bisa, karena posisi luka memang menunjukan bahwa seseorang itu dengan sengaja menusuknya." jawaban dokter Rama membuat hati Davin sedikit lega.
Persetan dengan status bahwa Hartawan adalah ayah kandungnya, Davin akan membela mamanya meskipun awal pertengkaran berasal dari sang mama yang cerewet dan kritis dalam mengatur keuangan.
Reno, meskipun dia masih dibawah umur, dia sangat tahu betul mamanya, jika mamanya sampai ikut campur dalam penghasilan sang papa, pasti papanya sudah sangat keterlaluan dalam membelanjakan uang gajinya juga uang tabungan keluarga.
Di Surabaya
"Mam, sudah jam berapa ini, ko belum pulang. Besok pagi kita berangkat Jakarta, mam." tegur Kanaya pada sang mama yang katanya masih lembur.
Tak berapa lama deru kendaran roda empat terdengar masuk ke sebuah halaman, Kanaya langsung mengintip mamanya dari jendela. Sang mama masih menempelkan ponsel ke telinga meskipun sudah turun dari mobil. Lama mamanya berdiri di samping mobil sambil terus menelpon dengan sesekali tawa renyahnya terdengar.
"Iya sayang, aku sudah sampai rumah. Kamu jangan lupa janji kita besok ya, Sayang ... " suara Ayunda terdengar sesampainya di ruang tamu, dia tidak menyadari putrinya sudah duduk di sana menunggu.
"Oke sayang, muaacchh ... " imbuhnya lagi
"Mama teleponan sama siapa, Kalo sama papah gak mungkin! Mama tidak pernah secentil itu saat menelpon papa, malah terkesan galak bin judes." lirih Kanaya.
"Mama ... " panggil Kanaya
"Ehh ... Kaget, sejak kapan kamu duduk di situ?" pekik Ayunda
"Saat mama bilang sayang di telepon sama orang yang di seberang sana, siapa dia, mah?" tanya Kanaya
"Ah ... Engga I-itu hanya Tante Netty teman sejawat mama sayang"
"Mama gak lupa kan besok kita harus ke Jakarta?" tanya Kanaya
"Ja-jakarta ... !" pekik Ayunda dengan wajah cemas campur kaget. Lalu ia menepuk keningnya.
"Aku mengingatkan aja, takutnya mama lupa dan sudah keasyikan main dengan Tante Netty"
"I-iya sayang, mama gak lupa." jawabnya dengan gugup.
"Oke ... !" Kanaya menatap wajah gugup mamanya dengan kesal.
"Pantes aja gak mau ikut papa dinas ke Jakarta, alasannya bukan kerjaan tapi gak bisa pisah dengan lelaki itu, huft ... " lirih Kanaya dalam hatinya.
Jam delapan pagi kereta Argo Bromo Anggrek yang akan mengantarkan mereka ke Jakarta sudah menggulirkan roda besinya di rel. Kanaya masih gelisah karena sang mama belum juga terlihat batang hidungnya, dia takut mamanya akan ketinggalan kereta. Tadi alasannya ingin ke toilet, tapi hingga berjam-jam tidak kunjung kembali. Di hubungi pun ponselnya mati.
"Hu ... hhhu ... huu ... aduh Nay mama nyaris ketinggalan kereta" ucapnya dengan napas tersengal
"Mama ke toilet apa ke hotel sampai berjam-jam, dari bedug subuh kita sampai di stasiun dan mama langsung ijin ke toilet." omel Kanaya
"Maaf sayang, i-itu tadi toiletnya antri banget ... " jawabnya dengan gugup.
Kanaya hanya diam dan melemparkan pandangannya ke luar jendela.
"Mama bisa mengelabuhi papaku yang baik bak malaikat itu, tapi papa gak bisa mengelabui ku, Mam ... Lihat, dan tunggu saja pembalasanku!!" ancam Kanaya dalam hati.
Duduk di samping anaknya tidak membuat Ayunda sadar dan malu, dia sering senyum-senyum sendiri di depan layar ponselnya sesekali mengirimkan foto ke seseorang yang ada di salah satu kolom chat mamanya.
Kanaya memilih memejamkan mata melihat kelakuan mamanya, sudah lama Kanaya melihat kejanggalan sikap mamanya bahkan sebelum papa dipindah tugaskan ke Jakarta memimpin salah satu batalyon di kesatuannya. Dering ponsel Kanaya berbunyi memutar lagu Dance with My Father by luther Vandross
🎶" Back when I was a child ... Before life removed all the innocence ... My Father ... " 🎶 menandakan panggilan masuk dari Papanya, Kanaya memang men-setting nada dering khusus panggilan dari papanya.
Kanaya melirik sang mama yang masih asik cekikikan dengan seseorang melalui pesan singkat. Dengan cepat Kanaya angkat panggilan dari papanya.
📱 Kanaya : "Hallo Pa ... "
📲 Sandi : "Sudah sampai mana, nduk"
📱Kanaya : " Baru sampai Bojonegoro Pa ... "
📲 Sandi : "Mamamu mana nduk?"
📱Kanaya : melirik sang mama ... Diam. "mama tidur Pa ... "
📲 Sandi : "Owalah kasian, baru sampai Bojonegoro sudah tidur, artinya mama kamu capek sayang, semalam mama habis lembur katanya, nduk. Jangan lupa kasih mama bantal, lehernya pasti sakit tidur lama sambil duduk"
📱Kanaya : "Iya Pa ... "
📲 Sandi : "Kabari papa kalau sudah sampai Gambir ya, nduk. Papa sedang besuk teman di rumah sakit"
📱Kanaya : "Iya Pah, papa yang jemput aku atau caraka papa ... "
📲 Sandi : "Papa yang jemput kamu, yowes kamu tidur sayang perjalanan masih jauh."
Sandi pun mengakhiri panggilan.
"Tadi waktu papa telepon kenapa mama pura-pura tidur?" desis Kanaya kesal
"Mama males ngobrol sama papa kamu, pertanyaannya panjang dan gak ada habisnya. Sok perhatian, dan ... Ilfeel!"
"Bukannya bagus ya suami perduli dengan semua tentang mama, lagian pertanyaannya juga wajar tidak menghakimi mama, wajar dong papa tanya, karena setiap kali papa telepon ponsel Mama selalu nada sibuk , memangnya ada ya kerjaan yang dibicarakan by phone sampe berjam-jam. Emang apa yang mama laporkan? Kirim aja by email laporannya."gerutu Kanaya
"Kamu makin cerewet sekarang ya Nay, bikin mama sakit kepala aja!"
"Aku cerewet demi kebaikan mama, kebaikan aku juga. Jangan sampai Papa tahu kelakuan mama di luar, atau siap-siap mama jadi janda!" kecamnya dengan gemas dan penuh penekanan.
"Itu yang mama harapkan, Nay"
Jawab Ayunda
"Astaga ... " pekik Kanaya dengan menggelengkan kepala.
Di rumah sakit.
"Yang mas telepon tadi, Kanaya?" tanya Yulan
"He'em, hari ini anak dan istriku Otw Jakarta, Yulan." jawab Sandi sambil menatap Yulan dengan wajah sendu
"Alhamdulillah, kalian bisa kumpul lagi sekeluarga, mas" jawabnya polos
"Sebenarnya aku ... Lebih baik dia tidak usah datang, cukup Kanaya yang ada di sisiku, aku sudah bahagia sekali" lirih Sandi
"Gak boleh gitu, Mas ... Bagaimana pun Ayu adalah mama dari anakmu, Kanaya akan sedih kalau kamu membenci mamanya." nasehat Yulan
"Hatiku sakit, Lan. Tanpa rasa hormat dia sering membentak dan memakiku, kadang di depan anak buahku. Di tambah lagi, dia sering terang-terangan berteleponan dengan suara manja pada kekasih lamanya. Dia merasa memegang kendali terhadapku, karena aku anak buah Papanya yang Jendral itu."
"Nasib kita terlahir jadi orang miskin, Mas. Selalu diinjak-injak harga diri kita oleh pasangan" lirih Yulan dengan tatapan kosong ke arah langit-langit ruang perawatannya.
"Kamu lekas sembuh, Lan. Kasihan anak-anakmu, terutama Reno. Dia anak yang sangat berbakti."
Yulan menganggukkan kepala dan sebulir airmata lolos dari ujung matanya.
...☘️☘️☘️☘️☘️...
Bersambung ... 🩷
Jangan lupa tinggalkan jejak Gaes ...