NovelToon NovelToon
Andai

Andai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mamah Mput

Andai .... kata yang sering kali diucapkan di saat semua sudah berlalu. Di saat hal yang kita ingin gapain tersandung kenyataan dan takdir yang tidak bisa terelakan. Kadang aku berpikir andai saja waktu itu ibuku tidak meninggal, apakah aku masih bisa bersamanya? ataukah justru jika ibuku hidup kala itu aku bahkan tidak akan pernah dekat dengannya.

Ahhh ... mau bagaimana lagi, aku hanyalah sebuah wayang dari sang dalang maha kuasa. Mengikuti alur cerita tanpa tau akhirnya akan seperti apa.

Kini, aku hanya harus menikmati apa yang tertinggal dari masa-masa yang indah itu. Bukan berarti hari ini tidak indah, hanya saja hari akan terasa lebih cerah jika awan mendung itu sedikit saja pergi dari langitku yang tidak luas ini. Tapi setidaknya awan itu kadang melindungiku dari teriknya matahari yang mungkin saja membuatku terbakar. Hahaha lucu sekali. Aku bahkan kadang mencaci tapi selalu bersyukur atas apa yang aku caci dan aku sesali.

Hai, aku Ara. Mau tau kisahku seperti apa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mamah Mput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perbedaan yang terlalu jauh

"Mau makan dulu gak, Nyil?"

"Hmmm? Nyil? Apa itu?"

"Kamu, Unyil."

"Ih, Unyil apaan?"

"Kan kecil."

"Bilang aja pendek."

"Sama aja kan? Hahaha."

"Puas banget ketawanya!"

"Kamu lucu, gemesin," ujarnya sambil mengacak-acak rambutku.

"Ihhhhh, kak Yoon. Nyetir aja yang fokus. berantakan jadinya rambut aku 'kan?"

Aku berusaha merapikan rambutku, namun belum usai sudah diacak-acak kembali oleh Yoon.

"Apa sih, kak!" aku memukul tangannya. bukan nya merasa sakit, dia malah tertawa.

"Mau makan apa?" tanyanya lagi.

"Pulang aja, Kak. Kasian mama nunggu di rumah."

"Nanti aku telpon tante Lusy, dia pasti setuju kok. Jadi, yang harus kamu pikirkan saat ini adalah menu makan malam kita. katakan, mau makan apa?"

"Hmmmm apa ya?" aku mencoba berpikir makanan apa yang sekiranya enak untuk disantap malam ini. Tiba-tiba laju kendaraan mobil kami bertambah kecepatannya.

"Eh, kenapa, kak? Kok makin cepet sih? Kakak dikejar polisi apa gimana?"

"Ya, kita dikejar polisi militer."

"Hah? Masa iya? Kenapa? Kita kan gak ngapa-ngapain dari tadi. Eh, maksudnya mobil kakak kan gak melanggar perasaan. Kenapa dikejar?"

Ada yang aneh menurutku. Dikejar polisi militer tapi ekspresi Yoon tidak ada sedikitpun rasa takut atau khawatir. Dia malah cengengesan. Untuk mengobati rasa penasaran, aku melihat spion tengah dan juga samping.

"Ih, mana mobil polisinya? Gak ada tuh. Itu mah kan ...."

Itu mobil kak Alan. Ngapain dia ngejar? Kenapa juga kak Yoon gak berhenti?

Al hasil aksi saling mengejarpun terjadi. Yoon terlihat puas karena dia tidak bisa dikejar oleh Alan. Sementara aku? Jangan bertanya karena mataku terpejam sejak tadi.

Ponsel Yoon berdering, dia menerima panggilan itu dari mobilnya, hingga aku bisa mendengar siapa yang menelpon.

"Lo berhenti sekarang juga."

"Kejar kalau bisa."

"Asik gue pasti ketakutan. Stop sekarang juga!"

"Ya udah tau ketakutan, ngapain Lo kejar segala? Kan tadi gue udah bilang mau anter dia balik."

"Ini bukan jalan menuju rumah gue!"

"Kita mau dinner. Apa Lo?"

"Berhenti sekarang juga, Yoon. Gue gak becanda."

"Baiklah, baiklah. Kita berhenti di depan caffe aloha. Bye!"

Pembicaraan pun selesai. Laju mobil pun sudah tidak secepat tadi, mungkin karena mereka sepakat untuk kami bertemu di caffe.

Tapi kejutan lain terjadi. Tiba-tiba mobil Alan menyalip mobil kami dan berhenti tepat di depan. Yoon yang ngerem mendadak membuatku amat sangat terkejut.

"Gila ya tuh orang!"

Yoon membuka sabuk pengamannya, lalu turun dari mobil. Pun dengan Alan. Mereka berhadapan dengan wajah tegang. Yoon nampak marah-marah, sementara Alan terlihat lebih tenang. Dia menatapku, lalu berjalan mendekat.

"Turun!"

Tanpa basa-basi, aku segera turun dari mobil dengan tangan dan kaki yang gemetar. Alan menarik tanganku menuju mobilnya.

"Kak Yoon, makasih ya," ucapku sambil berjalan terseret karena langkah kaki Alan sangat cepat.

Yoon melambaikan tangan. Dia berusaha tersenyum padaku meski urat ketegangan masih nampak jelas di wajahnya.

"Pakai sabuk."

"Iya."

Belum juga selesai sabuk pengamanku terpasang, mobil sudah tancap gas begitu cepat. Tubuhku terasa ditarik ke belakang. Lagi, aku memejamkan mata karena takut.

"Kak, bi-bisa gak? Bawa mobilnya pelan aja?" tanyaku gugup dan terbata.

Tanpa menjawab, Alan memperlambat laju kendaraannya. Aku merasa lebih tenang sekarang.

"Emmm, kak."

"Apa lagi? Kamu laper?"

Aku mengangguk pelan. Meski sebenarnya bukan itu yang ingin aku katakan. Tapi ya sudahlah, aku tidak ingin menambah ketegangan yang ada. Takut stroke muda.

"Kenapa orang-orang pada betah makan di tempat gelap kayak gini? untung steak yang dimakan, coba kalau ikan mas? Susah kan nyari durinya," gerutuku lirih.

"Makan dan jangan bicara."

"Hemm."

Restoran yang mewah tapi sepi. Apa karena mahal? Atau karena makanannya tidak enak? Atau mungkin memang seperti ini kondisi restoran mewah?

Nasib yang gak pernah ke mana-mana ya begini. Tidak mengerti apapun urusan kehidupan dunia di luaran sana.

"Hanya orang yang sudah reservasi yang bisa makan di sini. Jadi, wajar jika hanya beberapa meja yang tersedia."

"Oh ...." aku membulatkan mulutku. Pantas Saha sepi meski meja terisi penuh. rupanya memang hanya disediakan beberapa dan itupun harus pesan terlebih dahulu.

Sudahlah, tidak penting juga memikirkan hal seperti ini dan tidak ada gunanya juga untukku. Yang penting perut kenyang, dan pulang ke rumah dengan segera.

"Kak, ayo pulang. Mama pasti nunggu."

"Mama gak ada. Dia baru saja terbang ke Irlandia satu jam yang lalu."

Mampus! Alasan apalagi yang harus aku pakai agar bisa segera ke rumah.

Rasanya sangat tidak nyaman berduaan dengan Alan meski dia kakak sendiri. Lebih baik dipanggil ke rumah BK sekolah daripada berhadapan dengannya. Dua rius deh.

Setelah menunggu dia selesai makan, aku pikir kami akan segera pulang, tapi ternyata tidak. Mobil melaju entah ke arah mana. Aku tidak mengerti jalan selain dari rumah ke sekolah, dan sekolah ke rumah.

"Kak, maaf tapi ini sudah malam. Pulang aja ya." Masih dengan suara gugup dan terbata.

No response.

Tarik nafas perlahan, Araaaa. Jangan lupa hembuskan.

Ya sudahlah, lebih baik pasrah saja mau dibawa ke mana aku malam ini. Toh sedingin-dinginnya dia padaku, tidak akan menyakitiku bukan?

Mobil berhenti di sebuah tempat parkir yang tidak terlalu luas. Hanya ada tiga mobil di sana. Aku melihat sekeliling, banyak toko-toko berjejer rapi dengan nuansa seperti di eropa. Sangat cantik. Lampu remang-remang membuat suasana semakin syahdu.

Ah, andai saja aku ke sini bersama seseorang yang spesial.

Kami masuk ke dalam toko es krim. Terlalu kecil untuk sebuah toko es krim yang seharunya luas agar bisa menampung banyak orang.

Seseorang menghampiri kami.

"Halo, Jane." Alan mengulurkan tangan sambil tersenyum manis.

Eh, tunggu. Barusan dia tersenyum?

"Alan, lama tidak bertemu."

"Sorry, Jane. Aku sibuk belakangan ini."

"Ya, ya, pengusaha muda akan terdengar aneh jika terlalu santai."

Mereka berdua tertawa akrab. Padahal Jane itu seorang wanita.

Kenapa aku harus heran? Alan dingin dan cuek 'kan hanya sama aku. Sadar weiiii, Ara!

Kami dipersilahkan duduk setelah mereka ber say hallo ramah. Raut wajah Alan kembali berubah kaku saat duduk berhadapan denganku. Kesel, sih. Cuma ya memang sudah biasa. Hanya saja kali ini rasanya berbeda.

Dia bisa sebegitu ramahnya pada orang lain, kenapa tidak padaku? Apa mungkin dia sebenci itu sampai sikapnya saja kentara jauh berbeda.

Ah, kenapa aku sedih?

"Nona manis, ini spesial for you."

"Wuaaaah, ini lucu banget. Gimana cara makannya? Kasian banget kalau di rusak. Tidak bisakah seperti ini saja? Uuuhh, gumusnya kamu."

Jane dan Alan saling melirik. Mereka saling melempar senyum. Namun, senyuman di wajah Alan hilang seketika saat kedua mataku menatapnya.

Rasa sedih yang untuk sesaat tadi hilang, kembali muncul. Tanpa basa-basi aku langsung menyekop es krim lucu itu dan memakannya dengan lahap.

Anggap saja dia adalah Alan. Akan aku makan sampai habis tak tersisa.

1
Sahriani Nasution
wuih cool
Mamah Mput: iya dia cool banget, suami aku sebenarnya dia tuh 🤧😂😂
total 1 replies
mly
plot twist nya alan Sma ara suami istri wokwok
Mamah Mput: mau kondangan gak? hahaha
total 1 replies
nowitsrain
Ini visualnya Alan?
Mamah Mput: iya kak itu Alan.
total 1 replies
nowitsrain
Ayuhhh, yang dikerjain guru baru 🤣
nowitsrain
Yah, usil banget bocah
Timio
belum apa apa udah nyakitin aja kalimatnya tor 😭
Mary_maki
Bagus banget ceritanya, aku udah nggak sabar nunggu bab selanjutnya!
Mamah Mput: terimakasih kak. tiap hari aku up ya 💜💜
total 1 replies
y0urdr3amb0y
Suka banget sama ceritanya, harap cepat update <3
Mamah Mput: terimakasih 😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!