Aira harus menelan pil pahit, ketika Andra kekasih yang selama ini dicintai dengan tulus memilih untuk mengakhiri hubungan mereka, karena terhalang restu oleh orang tua karena perbedaan keyakinan.
padahal Aira sedang mengandung anak dari kekasihnya.
apakah Aira akan mampu bertahan dengan segala ujian yang dihadapinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arij Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3
Orang tua Aira melihat Aira yang terus murung dan melamun akhirnya membuat keputusan untuk membawa Aira ketempat adiknya, mungkin dengan Aira tinggal dengan omnya Aira bisa kembali seperti semula, ceria dan periang tidak murung seperti sekarang, mereka juga takut kalau berdampak terhadap janinnya.
"Aira, bagaimna kalau kamu tinggal ikut om, kalau Aira mau nanti bapak antarkan ke tempat om," kata bapak.
"Terserah Aira mau ikut om atau ikut pakde, mereka semua mau menerima jika Aira ikut tinggal dengan mereka untuk sementara, " sambung bapak lagi.
Aira masih tetap diam tanpa mau menjawab pertanyaan bapaknya.
"Aira disana tidak usah memikirkan biaya, nanti biar bapak yang kirim uang buat Aira, Aira hanya makan yang teratur jaga kesehatan Aira dan si dedek, " lanjut si bapak.
"Aira tidak tahu pak," Jawab aira dengan lirih.
"tidak usah terburu-buru dijawab, dipikirkan dulu Aira mau dimana, bapak gak akan maksa Aira," lanjut bapak.
"Iya Aira, dipikir dulu tidak usah terburu-buru mamak sama bapak tidak akan melarang Aira ingin tinggal dimana, atau mau dirumah juga tidak masalah," sambung mamak.
"Bapak cuma takut, kalau Aira dirumah, nanti Aira malu jika tetangga nanya Aira yang tidak tidak, kalau bapak sih tidak masalah, yang penting anak bapak sehat senang bapak gak peduli apa kata orang," kata bapak.
Dengan suara lirih Aira menjawab. " Aku tidak tahu pak, aku bingung mau kemana, aku takut, aku malu, apa nanti kalau aku ikut om mereka akan menerima Aira"
"Justru malah mereka yang menyarankan agar Aira ikut tinggal dengan salah satu dari mereka, agar Aira tidak merasa sedih, mungkin dengan suasana yang baru Aira bisa ceria kembali," jawab bapak.
"Akan Aira pikirkan pak, Aira masih bimbang, Aira tidak mau jauh dari bapak dan mamak," jawab Aira.
"Ya sudah, pikirkan terlebih dahulu, mamak akan selalu mendukung kamu," ucap mamak Aira sambil memeluk Aira agar tenang.
Saat sedang asyik mengobrol ada tetangga yang datang.
"Assalamualaikum," ucap Mak Saroh dan Mak Piah.
"Waalaikum salam," jawab semuanya.
"Masuk Mak, mari silahkan Mak," ucap bapak.
Setelah mempersilahkan tamu yang datang untuk masuk dan duduk mamak bertanya, ada apakah gerangan kedua tetangga depan rumahnya ini datang, mereka takut kalau kedatangannya akan menanyakan yang tidak tidak.
" Gini Mak, apakah Aira sakit Mak?, Kok tidak pernah keluar rumah setelah pulang dari kota?" tanya Mak Piah.
"Iya lo Mak sari, kok tidak keliatan keluar rumah kalau dirumah, biasanya itu kalau nak Aira pulang kerumah pasti paling rajin nyapu teras dan depan rumah," lanjut Mak Saroh.
"Bener loh kata Mak Saroh. Mak sari, pasti kalau nak Aira dirumah pasti rumah bersih, tapi kok saya lihat Aira tidak pernah keluar, takutnya Aira sakit, atau sedang kenapa gitu!, makanya kami datang kerumah," jawab Mak Piah.
Benarkan apa yang dipikirkan orang tua Aira, kalau tetangganya ini datang untuk menanyakan anaknya. Mereka bingung harus menjawab apa.
"Aira memang sedang sakit Mak," jawab Mak sari.
"Sakit hati," dalam hati Aira menjawab.
Kemudian Mak Piah berjalan mendekati Aira. Mak Piah merangkul dan mengusap usap tangan Aira dengan penuh kasih sayang.
"Aira sakit apa ndok?, apa nya yang sakit?, sudah minum obat, sudah periksa belom ?," tanya Mak Piah dengan penuh kasih sayang, karena memang Mak Piah orangnya lembut dan penyayang, apalagi dengan Aira, Mak Piah sudah menganggap Aira sebagai anaknya.
"sudah Mak," jawab Aira dengan lirih.
Dengan rasa khawatir dan cemas Mak Saroh juga ikut menanyakan. " beneran ndok, sudah dibawa ke dokter belum?. Tidak biasanya ndok kamu sakit seperti ini, biasanya walaupun sakit kamu masih tetap ceria loh ndok"
Setelah berbincang bincang dan mengobrol lumayan lama, mak Piah dan Mak Saroh pulang kerumah dengan masih ada yang mengganjal dihati mereka. Mereka masih mengkhawatirkan Aira, mereka masih mengira-ngira dengan apa yang terjadi kepada Aira, karena mereka yakin tidak mungkin hanya sakit biasa pasti ada sesuatu yang disembunyikan.
...****************...
Akhirnya Aira mulai mempertimbangkan saran dari orang tuanya, Aira yakin orang tuanya tidak mungkin akan menjerumuskan Aira ke jalan yang salah. Aira mulai berfikir untuk ikut tinggal dengan siapa, karena dia tau kedua omnya pasti akan senang hati menerima Aira, tapi tidak dengan istri istri mereka. Jadi Aira benar benar memikirkan dengan tenang dan tidak gegabah.
Aira terus melamun dan berbicara sendiri dengan lirih. " Ya Allah aku harus bagaimana!, apa dengan aku ikut om semuanya akan berjalan dengan baik, apa aku sanggup jauh dari bapak ibu, tapi kalau aku tidak pergi pasti bapak ibu akan malu karena aibku."
Tapi dalam hati Aira, Aira terus memaki Andra, "Andra brengsek, Andra jahat, Andra keterlaluan, hanya mau untungnya saja."
karena sudah sangat kesalnya Aira akhirnya akhirat berteriak dengan sangat kencangnya melepaskan rasa penatnya itu,
"aahhkk... sialan , brengsek," akhirnya keluar juga kata kata yang tidak sepantasnya Aira ucapakan.
"Apa aku salah selama ini jatuh cinta kepadanya, semua orang mengatakan untuk tidak jatuh cinta kepadanya terlalu dalam, agar aku tidak terlalu jauh menjalin hubungan dengan Dia, tapi semua itu Aku hiraukan karena rasa cinta buta ku ini...," ucap Aira dengan suara lirihnya
Masih dengan berkata lirih Aira berbicara sendiri, "apa aku ini, hanya dengan bermodalkan janji manis bisa dirayu olehnya, Aira, Aira bodoh kali kau ini, sampai mengorbankan dirimu sendiri."
"Ah sudahlah capek aku, tidur ajalah, bodoh amat sama kata orang," dengan gerakan kasar Aira menarik selimut dan kemudian menuju alam mimpi karena tengah malam nanti pasti orang tuanya akan datang lagi untuk membangunkan Aira supaya berdoa dan sembahyang yang kesekian kalinya, tidak mungkin Aira tidak bangun, walaupun sudah menolak pasti tetap akan dipaksa bangun oleh orang tuanya bagaimanapun caranya.
.
.
.
Bersambung........