Alina berkali kali patah hati yang dibuat sendiri. Meski dia paham kesalahannya yang terlalu idealis memilih pasangan. Wajar karena ia cantik dan cerdas serta dari keluarga terpandang. Namun tetap saja dia harus menikah. Karena tuntutan keluarga. Bagaimana akhir keputusannya? Mampukah ia menerima takdirNya? Apalagi setelah ia sadari cinta yang sesungguhnya setelah sosok itu tiada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Ame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tragedi Cinta
"Ada cewek yang kumaksud Bro? "
"Gak ada Mas. Entah kalau di dalam ya? " jawab lelaki yang selesai drop barang kemudian masuk ke dalam mobil.
Marsudi mendengar jawaban kawannya dengan hati masygul. Dia pun membuang pandangan ke pintu swalayan. Tak ia sangka sekelebat melihat bayangan Alina. Hatinya rindu namun logikanya menahannya seolah ia sedang pasang barikade agar tidak terluka semakin dalam.
"Itu dia yang kau cari kan Mas? " tanya lelaki di samping Marsudi. Namun Marsudi tak bergeming. Malah hanya menarik nafas panjang.
"Sudah?? Atau mau turun?" Marsudi ditanya lagi.
"Kita jalan, " jawab Marsudi pendek. Matanya tak bisa berbohong seolah menyiratkan rona kepedihan.
Dan kawan satu kantornya hanya diam tak peduli sambil terus menyetir mobil bak penuh barang itu.
***
Alina selesai beres beres pukul lima sore. Kasir sudah diganti oleh Lia, karyawati jatah malam hari itu. Karena terlalu lelah ia memutuskan untuk pulang.
"Lia aku balik duluan ya. Capek banget hari ini. "
"Iya mba Alina. Biar kami berdua yang jaga. Mba istirahat karena besok pagi juga gak ada jatah libur kan? "
Alina pun tersenyum sambil mengangguk. Dia pun melangkah keluar dan mulai menstarter motornya.
Belum ada lima menit, lelaki tadi pagi yang bernama Roy masuk ke swalayan dan langsung menuju ke bagian kopi sachet. Dia sempat berputar putar area rak belakang seperti mencari sesuatu. Bahkan sempat masuk ke dalam gudang dan kamar mandi. Namun kemudian ia menuju kasir membawa barang yang ia beli.
"Ada tambahan Pak ?" tanya Lia sopan.
"Uhm... saya cari Alina, apa sudah pulang? "
Lia pun berpandangan dengan Anton, petugas jaga sore itu. Dan spontan Anton menjawab, "Oh mba Alina hanya masuk pagi pak. Baru saja pulang. "
"Oh baiklah. Ada nomor HP nya? "
Namun kedua orang itu tidak memberi jawaban sama sekali.
Roy kemudian memberi alasan masuk akal yang nampak professional.
"Jadi begini, tadi pagi saya bawa contoh barang tapi lupa tidak saya tanyakan contact bu Alina. Maksudnya saya ingin tanya apakah ada approval atau tidak. "
"Oohh jadi Bapak ini vendor? "
"I.. iyaa... boleh saya minta nomor beliau? " Roy pun menyebut lebih sopan agar kedua karyawan swalayan itu percaya padanya.
"Baiklah Pak. Ini nomernya silakan dicatat"
Dan Roy pun sukses mengantongi nomor Alina, sosok cantik yang mampu membuat dunia berhenti di matanya.
Buru buru Roy pergi sampai barang yang ia beli ketinggalan. Dan ketika ia berjalan, punggungnya ditepuk seseorang dan ia menyebut, "Alinaaaaaa... "
"Pak, maaf belanjanya ketinggalan. "
"Astaghfirullah..... "Roy pun menerima plastik yang diserahkan Anton padanya. "Maaf merepotkan. Terimakasih. "
Roy yang gugup pun tersenyum kecil sambil gegas berlalu. Andai siang hari mungkin Anton bisa melihat wajah Roy yang memerah malu.
"Lia, kayaknya bapak bapak tadi aneh ya. Masa tadi dia manggil Mba Alina waktu kaget kutepuk punggungnya."
"Naksir kali..... " jawab Lia cuek. Dan mereka berdua tertawa. "Mba Alina mah dideketin susaaahhh, gak segampang itu. " Tambah Lia lagi.
"Mudah mudahan gak marah ya nomornya aku kasih bapak tadi."
"Kalau buat urusan bisnis mah gak papa kali, Ton." Anton pun mengangguk mencoba membuat hatinya lega.
*****
Malam hari, Alina yang biasa makan malam bertiga, saat itu hanya bersama Rudy, adiknya. "Ibu kemana Dek? " tanya Alina sambil mengambil nasi dan lauknya.
"Tadi katanya reuni mba. "
"Reuni? Dimana?"
"Katanya sih di rumah Om Cipto, kawan kuliahnya."
"Gak kamu anterin? "
"Udah tadi mba, berangkat jam empat sore tapi katanya nanti mau dianter pulang sama kawannya. "
"Wahh.... udah kayak abege aja Ibu.... " Alina terkikik geli.
"Rame juga tadi acaranya. Kayaknya yang dateng banyak. " Rudy bercerita.
Dan sampai pukul sembilan malam, Bu Anik belum juga pulang. Sehingga Alina dan Rudy akhirnya pergi tidur lebih dulu. Tanpa Alina tahu bahwa ibunya sedang merencanakan sesuatu dalam kehidupannya.
cek profil aku ada cerita terbaru judulnya
THE EVIL TWINS
atau langsung tulis aja judulnya di pencarian, jangan lupa mampir dan favorit kan juga ya.
terima kasih