Alaska Krisan dan Dionna Patrania terlibat dalam sebuah konspirasi bernama perjodohan.
Demi bisa hidup tenang tanpa campur tangan Mamanya, Alaska akhirnya menuruti keinginan mamanya untuk menikahi Dionna . Spesis wanita yang berbanding terbalik dengan kriteria wanita idaman Alaska.
Bagi Dionna, Alaska itu tidak bisa ditebak, sekarang dia malaikat sedetik kemudian berubah lagi jadi iblis.
Kalau kesetanan dia bisa mengeluarkan seribu ekspresi, kecepatan omelannyapun melebihi tiga ratus lima puluh kata permenit dengan muka datar sedatar tembok semen tiga roda.
Ini bukan cerita tentang orang ketiga.
Ini tentang kisah cinta Alaska dan Dionna yang
"manis, asem , asin = Alaska orangnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBucin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Berprasangka
Alaska sudah meletakkan tangannya dibawah tungkai lutut dan sebelah tangannya dipunggung Dionna. Beberapa detik kemudian, Alaska mengerahkan tenaganya untuk menggendong Dionna dari dalam mobil. Alaska melirik Dionna yang wajahnya tenggelam dalam dekapannya , wanita itu begitu larut dalam mimpinya hingga tak terusik saat Alaska memindahkannya dari mobil menuju kamar.
Alaska menghembuskan napas pelan , dia tidak menimbulkan suara yang membangunkan Dionna. Kemudian pria itu mengambil beberapa pakaian kotor dan memasukkannya kedalam keranjang. Ia lanjut membereskan rak sepatu yang berantakan. Alaska juga membuang sampah, menyiram tanaman layu , mengeluarkan belanjaan dari dalam mobil lalu dia mencuci mobilnya.
Dering ponselnya membuat Alaska menghentikan kegiatannya, itu telpon dari Josua yang akan selalu berkaitan dengan pekerjaan. Alaska jadi lupa kalau hari ini dia tidak memberitahu pria itu bahwa dia tidak akan masuk kantor.
"Saya akan beri alamat saya, nanti kamu jelaskan disini." Ujar Alaska tanpa basa-basi karena masih banyak pekerjaan yang menantinya setelah mencuci mobil.
Alaska kembali melanjutkan kegiatannya saat Josua tiba disana . Membersihkan plafon rumah dari sarang laba-laba, sedang Josua yang diperintahkannya untuk datang kerumah, sedang mengepel lantai sambil memberi penjelasan pada Alaska tentang masalah pekerjaan. Alaska membersihkan kulkas yang freezernya sudah hampir tidak bisa dibuka , Josua mengelap dapur. Alaska menyedot debu dikarpet dan sofa, Josua mengurai kabel televisi yang entah sejak kapan berbelit, digulung dan diikatnya rapi.
Akhirnya keduanya terlentang dilantai dekat televisi . Pekerjaan selesai, pekerjaan rumah maupun pekerjaan sungguhannya sudah teratasi . Rasanya lelah sekali mengerjakan pekerjaan rumah sendirian , dan untungnya ada Josua yang bisa diandalkan. Rumah Alaska kini sudah bersih dan rapi. Dia hanya disogok dengan segelas jus oleh Alaska.
"Sepertinya Pak Alaska melupakan satu hal." Kata Josua tiba-tiba.
"Apa ?"
"Pak Alaska tidak memotong rumput dihalaman depan. Kalau Pak Alaska mengijinkan, saya akan melakukannya."
Alaska terkekeh, asistennya itu terlalu rajin "Nanti ada orang yang biasa mengurus halaman depan dan taman yang akan melakukan itu ." Josua pun ber-oh ria. "Kamu bisa pulang, saya capek mau istirahat." Ucap Alaska sudah mengusir Josua setelah membuat pria itu berkeringat membantunya bersih-bersih rumah. Setelannya yang rapi kini agak berantakan apalagi ada beberapa tempat ditubuhnya yang sudah dihinggapi keringat.
Setelah kepulangan Josua, Alaska kembali kekamar menengok Dionna dan wanita itu masih tertidur. Alaska tidak berniat mengusik tidur wanita itu, kali ini dia akan membiarkan wanita itu tidur sepuasnya.
•••
Hari mulai menjelang sore dan Dionna akhirnya membuka matanya dan mendapati semuanya berwarna hitam . Dia kira dirinya buta mendadak hingga dengan panik mendorong apapun didepannya.
"Tolong jangan gerak sana-sini." Suara berat itu menyentuh telinga Dionna.
Perlahan dia mendongak, mendapati jakun dan dagu Alaska yang begitu dekat dengan wajahnya. Hangat, jelas saja karena langsung dihantarkan kulit mereka yang saling bersinggungan.
"Alaska ?" panggil Dionna memastikan.
"Heumm"
Begitu nyata. Segera Dionna memundurkan tubuhnya, membuat Alaska membuka matanya dan memandang heran.
"Ke-kenapa aku dikamar kamu ?"
Baru teringat sesuatu , Dionna langsung berdiri dari tidurnya. Sialan. Dia membuat bercak diseprai putih milik Alaska. Buru-buru dia menutupi noda darah itu dengan selimut berharap Alaska tidak akan murka jika melihatnya.
"Aku sudah melihatnya, tidak usah buru-buru menutupinya." suara Alaska masih berat dan serak , dia juga baru bangun tidur.
"Maaf, nanti aku bersihkan" Kepala Dionna menunduk dalam, dia malu untuk melihat Alaska. Ini sangat memalukan, kenapa juga dia sampai tertidur dikamarnya Alaska dan bukan dikamarnya ? tapi tunggu dulu bukankah tadi dia tidur dimobil ?
"Tadi, bukannya aku tidur dimobil?"
Alaska ikut bangkit dari posisi tidur dan menyugar rambutnya yang acak-acakkan. Dia terlalu lelah setelah bersih-bersih rumah dan malah tertidur disamping Dionna, berakhir Dionna memeluknya erat seperti koala yang takut kehilangan induknya.
"Kamar kamu dikunci, jadi aku bawa kamu kesini. Aku tidak setega itu meletakkanmu dikolong meja." Jawab Alaska asal mendapat delikan dari Dionna.
"Dan satu lagi, kamu kalau sedang mimpi. Jangan minta yang aneh-aneh." Dionna mengerjap-ngerjap. Dia benar-benar lupa atau Alaska memang sedang mempermainkannya ?
"Memangnya aku minta apa ?"
"Kamu minta dicium."
"Apa ?" Dionna melotot. Dia terlihat konyol dengan responnya.
"Tidak sadar juga kalau kamu pegang-pegang aku ?" Mata Dionna membeliak , dia tidak mungkin seliar itu.
"Kamu pasti bercanda." Dionna tidak mau menerima apa yang baru saja dikatakan Alaska .
Alaska mengangkat pundaknya "Terserah kamu."
Kemudian pria itu tiba-tiba membuka kaosnya karena gerah. Dionna langsung panik.
"Ka-kamu mau apa, buka-buka baju segala ?" Entah itu kesialan atau keberuntungan, Dionna malah melihat pemandangan gratis yang menganggu otaknya yang suci.
"Aaaa !!!" Dionna segera menutup wajahnya setelah berteriak panik.
"Kenapa sih kamu teriak-teriak seperti orang kesetanan ?"
Dionna mengintip dari celah tangannya. Dia berteriak karena Alaska nyaris membuka celananya. Bagaimana ia tidak panik ? beruntung saja dia tidak mimisan.
"Kenapa kamu buka celana coba ?"
"Sudah tahu aku mau telanjang kenapa kamu masih disini ? teriak-teriak seperti kesurupan sambil mengintip lagi."
Dionna bungkam, ia tidak bisa melawan ucapan Alaska. Yang dilakukannya selanjutnya yaitu kabur dari sana.
Teringat sesuatu, Dionna balik lagi untuk memutar tumitnya dan bertanya "Dimana pembalutnya ?"
Alaska hanya menunjuk kantong plastik putih yang ada diatas nakas dengan dagunya.
"Terima kasih." Setelah itu Dionna langsung menghilang dibalik pintu.
•••
Selesai mandi dan membereskan musibah yang ia sebabkan di kamar Alaska, Dionna turun kebawah dan mendapati rumahnya dalam keadaan berbeda. Apakah rumahnya baru direnovasi ? tapi bagian mana yang direnovasi ? semuanya terlihat sama tidak ada yang bertambah ataupun berkurang hanya saja seluruh ruangan itu terlihat jauh lebih bersih dan lebih kinclong dari biasanya. Semuanya nampak berkilau.
Dionna berpindah kedapur, ruangan itu juga tampak berkilau bersih. Dia mencolek meja makan dengan ujung jari telunjuknya. Benar-benar tak ada debu yang menempel.
Waw. Dionna takjub. Kemudian dia coba buka kulkas, ternyata Alaska sudah menata semua belanjaan mereka tadi kedalam kulkas . Semuanya rapi termasuk freezer ? Tidak ada lagi es yang mengganggunya saat membuka-tutup freezer. Alaska memang patut diacungi dua jempol. Jika pria itu turun tangan, pekerjaan apapun pasti memuaskan.
Apakah Alaska harus diberi hadiah ? pikir Dionna . Sedetik kemudian dia menggeleng, Alaska tidak pantas diberi hadiah, uangnya sudah terlalu banyak. Apakah pujian cukup ? Dionna masih berpikir. p
"Perut kamu masih nyeri ?"
Alaska muncul didapur , dia juga baru selesai mandi. Wajahnya masih tampak lelah, itu saja sudah cukup menjelaskan bahwa dialah yang membersihkan segala penjuru dirumah itu. Hanya saja dia juga harus membersihkan otaknya yang kadang-kadang kotor dan mesum.
"Agak mendingan." Jawab Dionna seadanya.
"Mau kubuatkan teh hangat atau teh jahe ?" Dionna menatap Alaska bertanya-tanya, apakah ini sungguhan Alaska ?
"Dionna ?" Suara Alaska menarik kembali Dionna dalam dunianya.
"Y-ya. Teh hangat saja." Jawab Dionna gugup.
Atau jangan-jangan Alaska sedang merencanakan sesuatu hingga dia memperlakukan Dionna berbeda dari biasanya ? Apakah Alaska akan meracuninya ? Dionna pun mengintip apa yang sedang Alaska kerjakan, namun tidak ada racun yang pria itu berikan sampai ia menyodorkan teh hangat buatannya didepan Dionna.
"Alaska .."
"Tadi aku juga beli camilan ." Dahi Dionna semakin berlipat saat dia menemukan beberapa camilan dengan varian rasa stroberi, coklat dan vanila.
"Alaska.." Suara Dionna semakin serius hingga membuat Alaska menatapnya.
"Kenapa ?"
"Kamu mau ceraikan aku ?"
Sontak saja Alaska melotot lalu menyentil dahi Dionna. "Sembarangan kalau bicara ! Siapa yang mau ceraikan kamu huh ?"
"Itu kamu tiba-tiba baik, pasti ada maunyakan ? Apalagi coba kalau bukan cerai ."
"Ya ampun Dionna" Alaska mengusap kasar wajahnya "Kenapa pikiran kamu seburuk itu ?