Genre : Fantasi, Fantasi-Isekai, Action, Harem, Romance, Adventure, Reinkarnasi, Isekai, Magic, Demon, Royal.
[On Going]
- Sinopsis -
Setelah berkali-kali di bully oleh orang kaya. Sion yang sudah tidak tahan dengan semua itu, akhirnya meluapkan amarahnya.
Sampai akhirnya kepuasannya berakhir dengan bunuh diri. Dan dia tidak menyesalinya, seperti kebanyakannya dia bereinkarnasi di dunia lain.
Apakah Sion akan mencoba meraih puncak? Tetap dibully? Atau sebaliknya dia membully?
- Untuk jumlah kata ga full 1k yah gaes, kadang cuma 800 atau bisa aja lebih sampai 1,5k kalau benar-benar niat. Kalau agak sibuk yahh, antara 1k atau 800+ doang.
- Up-nya yah suka-suka aku wkwk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Hadiah Kecil
"Aduh-duh! Sakit!"
"Hei, diamlah. Bukankah kau yang ingin diobati dengan cara ini? Padahal menggunakan sihir lebih gampang," ucap Lise yang sedang membersihkan lukaku.
"Yah, karena jika menggunakan sihir lukaku hanya akan hilang begitu saja, aku ingin membuat tubuhku terbiasa menahan rasa sakit. Karena kedepannya sebagai petualang pasti akan merasakan sakit."
Lise melanjutkan membersihkan lukaku. Kini setelah ujian di Guild, kami sudah pulang ke penginapan. Suasana penginapan hari ini lumayan tenang, mungkin karena sudah malam.
Aku hampir saja dikalahkan wanita itu. Aku beruntung karena Skill milikku itu punya jeda untuk mengembalikan kesadaran orang yang kurasuki.
Aku sudah pernah mencobanya di saat kembali setelah membeli pedang. Setelah 20 detik aku langsung dilempar kembali ke tubuh asliku tanpa jeda. Sedangkan orang yang kurasuki memiliki jeda 3 detik sebelum kesadarannya benar-benar kembali. Itu membuatku memiliki kesempatan untuk menendang wanita itu.
Untung saja ini hanya ujian, tujuannya hanya untuk mengukur kemampuanku. Jika dia bertarung serius dia bisa saja memakai sihir penguat pada tubuhnya dan saat itu pasti tendanganku tak akan bekerja padanya.
Dia juga belum menggunakan sihirnya, hanya bertarung pedang mengandalkan kemampuannya. Meski begitu serangannya terasa berat, rasa gemetar saat aku menghantamkan pedangku kepadanya masih terasa di tanganku.
Aku melihat kesamping, baru menyadari bahwa Lise sudah tertidur. Sepertinya ia kelelahan, wajar saja dia bertarung melawan Pengawas itu dengan serius, bahkan berhasil mengalahkannya dengan adil. Sangat berbeda dariku.
Aku membaringkan tubuhku ke ranjang. Lalu menutup mataku membiarkan diriku masuk kedalam mimpiku.
...---...
Pagi harinya aku dan Lise berencana untuk membeli pakaian. Karena pakaian kami yang sekarang agak kotor dan kami tidak memiliki pakaian lain.
Kami melewati jalan kota dimana rumah-rumah berderet di sepanjang jalan bersama berbagai macam toko. Yang kami singgahi adalah toko pakaian, karena memang membeli pakaian adalah tujuan kami.
Masuk kedalam toko, kami disambut oleh wanita dengan rambut pirang, matanya berwarna emas dengan pakaian tertutup yang membuatnya tampak cantik.
Lise mencoba berbagai pakaian. Ia terlihat senang mencoba pakaian-pakaian itu, memang ia nampak cantik dengan semuanya tapi dia juga harus memilih yang cocok dengannya. Karena jika menggunakan pakaian yang tidak cocok untuk bertarung kurasa akan sulit baginya nanti.
Aku sendiri mulai menelusuri bagian dalam toko, memilih pakaian yang sekiranya cocok untukku. Aku lebih suka yang simple tidak mencolok dan mudah bergerak, satu lagi tidak terlalu tebal. Karena aku tidak suka kepanasan. Di duniaku sebelumnya aku bahkan tak bisa lepas dari kipas.
Setelah cukup lama memilih akhirnya Lise membeli pakaian yang cocok untuknya. Ia memakai kemeja putih polos dengan celana pendek tanpa stoking. Ditambah dengan sepatu bot kulit miliknya itu sangat cocok. Dia juga tak lupa memakai kalung yang kubelikan sebelumnya.
Aku sendiri memakai kemeja putih yang sama sepertinya dengan celana panjang hitam, dan sepatu bot kulit juga. Ditambah dengan satu sarung tangan di tangan kiri. Kenapa hanya kiri?
Karena yang sebelahnya diambil oleh Lise, ia memakainya di tangan kanannya. Jadi kami hanya memakai masing-masing sebelah sarung tangan.
Setelah semuanya selesai, kami kali ini menuju ke tempat yang luas di penuhi rerumputan dengan pemandangan yang memanjakan mata. Sejauh mata memandang hanya terlihat rumput hijau.
Tujuan kami kesini adalah untuk berlatih, seperti yang wanita itu bilang kemampuan berpedangku masih terlalu amatiran. Lise ingin melatihku dan aku tidak keberatan dengan itu. Yahh... Selama dia tak menggunakan kekuatan gorilanya itu.
Aku mengeluarkan pedang berkaratku dan Lise mamandangiku dengan heran. "Kenapa masih memakai itu? Bukannya sudah karatan. Dan tadi kenapa tidak sekalian membeli pedang juga?" tanyanya.
"Yah... Pedang ini murah dan cukup bagus, jangan meremehkan pedang ini hanya dari penampilan luarnya dan juga aku perlu menghemat uang agar seseorang bisa makan."
Mendengar ejekanku membuat wajah Lise terlihat kesal. "Sudahlah, ayo mulai."
Wushh—!
Dalam sekejap Lise menghilang dan telah berada di atasku menendang wajahku dengan kakinya, tidak kusangka dia melakukannya dengan serius. Setelahnya aku kehilangan kesadaranku dan akhirnya semuanya gelap... Aku tak ingat apapun lagi.
...---...
[POV Lise]
"Huhhh..."
Saat ini aku sedang duduk menunggu pria berambut hitam yang sedang tidur di pangkuanku ini terbangun. Bisa-bisanya dia pingsan dalam satu serangan.
Padahal sebelumnya saat melawan wanita itu dia bisa menahan tendangannya berkali-kali. Yahh... Mungkin salahku juga karena menggunakan sihir penguat.
Sihir penguatku ini meningkatkan kekuatanku berkali-kali lipat. Berbeda dengan orang biasa, aku memiliki kapasitas mana yang sangat berlimpah. Jadi aku bisa menggunakan sihir sesuka-ku.
Aku mengelus-elus rambut hitamnya Sion. Dia ini kadang terlalu memaksakan diri, aku tau saat melawan wanita itu dia memaksakan dirinya menahan serangan itu. Padahal seharusnya dia pasti merasa kesakitan.
Dia ini pintar, tapi juga kadang bisa kehabisan ide. Saat kehabisan ide dia pasti akan datang ke kedai makan dan mengambil uang orang lain. Aku tidak masalah sebenarnya asalkan diriku bisa makan. Tapi, sampai kapan dia ingin melakukan itu. Sekarang kami sudah menjadi petualang tapi hanya satu yang kurang. Yaitu, kemampuan Sion dalam pertarungan.
Sion tidak pernah memiliki pengalaman bertarung kurasa. Gerakan amatirannya saat menggunakan pedang, tindakan bodohnya mengambil pedang berkarat. "Ahh... Semua ini membuatku pusing, aku jadi lapar."
"Sion... Oh Sion... Padahal kau terlihat tampan saat sedang tertidur."
Apa hanya perasaanku saja atau dia memang tampan sejak awal?
Dia ini sejak kapan jadi setampan ini, seingatku saat bertemunya di dalam gua dia tidak setampan ini. Gawat apa aku mulai melihat sosok aslinya!
Sadarlah Lise, kau sekarang adalah Slime. Jangan sampai menyukai manusia.
Selagi menunggu Sion yang tertidur, aku mencoba sihir api milikku. Aku mengarahkannya kedepan, awalnya api kecil mulai terbentuk.
Bayangkan api ini menjadi anak panah.
Api itu mulai membentuk anak panah, dan saat aku melepaskannya api itu langsung tertembak kedepan, walaupun efek yang diberikan lumayan tapi akurasinya masih kurang.
Saat ini aku tak bisa berdiri, karena Sion masih tidur di pangkuanku. Sungguh dia ini sangat merepotkan.
Yahh, aku sendiri juga sering merepotkannya. Anggap saja ini adalah hadiahku karena dia sudah memberiku makanan. Tanpa dia aku pasti akan kelaparan.
Aku mendekatkan wajahku ke wajah Sion, semakin mendekat semakin jantungku berdebar. Perasaan apa ini.
Ayolah sedikit lagi.
Aku menatapnya yang tertidur. Tanpa ragu, aku mengulurkan tangan, mengusap rambutnya perlahan dan mengecup dahinya. "Ini adalah hadiah kecilku untukmu." kataku.
Aku tau wajahku saat ini pasti memerah. Ini pertama kalinya aku melakukan hal ini pada pria, membuat jantungku berdetak kencang.
"Fyuhh, untuknya dia sedang tertidur."