Diumurnya yang ke 27 tahun, Afra belum terpikir untuk menikah apalagi dengan kondisi ekonomi keluarganya yang serba kekurangan. Hingga suatu hari disaat Afra mengikuti pengajian bersama sahabatnya tiba-tiba sebuah lamaran datang pada Afra dari seorang pria yang tidak ia kenal.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Afra akan menolak atau mernerima lamaran pria tersebut?
Siapa pria yang melamar Afra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
"Gak kok Mas, aku gak mau tau tentang siapa Ning Zahra," ucap Afra yang begitu gugup ketika harus membahas tentang Zahra, pasalnya ia belum siap jika harus mendengar bagaimana kedekatan antara Faiz dan Zahra yang hampir menikah.
"Tapi, Mas rasa kamu harus tau. Mas gak mau ada salah paham suatu saat nanti, jadi Ning Zahra itu adalah anak dari Kyai Imran, dimana Kyai Imran adalah teman Abi. Sejak kecil Mas sama Ning Zahra memang sudah kenal karena baik Umi ataupun Bu Nyai Hani sering mengajak Mas dan juga Ning Zahra untuk bertemu. Hingga suatu hari keluarga Kyai Imran datang dan melamar Mas untuk Ning Zahra, dengan tegas saat itu Mas menolak lamaran tersebut karena Mas tidak mempunyai perasaan apapun dan Mas gak mau hidup Mas harus terbelenggu di dalam pernikahan yang Mas tidak inginkan. Abi sempat marah karena Abi sangat menginginkan Ning Zahra menjadi mantunya, tapi sayangnya Mas keras kepala dan tetap tidak mau menikah dnegan Ning Zahra. Lalu satu bulan setelah Mas menolak lamaran itu, Mas dapat kabar kalau Ning Zahra pergi ke luar negeri untuk kuliah dan ya setelah itu Mas tidak tau kabarnya, itu sudah lama sekali mungkin sudah 2 tahun," ucap Faiz.
"Tapi, kenapa semua santri taunya Mas mau menikah dengan Ning Zahra?" tanya Afra.
"Sebelum Kyai Imran melamar Mas untuk Ning Zahra, ternyata Kyai sudah mengatakannya terlebih dahulu ke Abi sama Umi dan setelah itu Umi sering mengatakan jika Mas akan menikah dengan Ning Zahra, Mas taunya juga akhir-akhir ini soalnya dari dulu gak pernah ada yang mengatakan apapun soal kabar yang beredar di pondok tentang Mas dan Ning Zahra," ucap Faiz.
"Abi sama Umi sayang banget ya Mas sama Ning Zahra?" tanya Afra.
"Bisa dibilang begitu karena pertemanan antara Abi dan Kyai Imran cukup lama dan begitu akrab," ucap Faiz.
'Abi sama Umi pasti kecewa karena yang menjadi menantu mereka bukannya Ning zahra melainkan aku yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Ning Zahra,'
Faiz tentu saja mengerti apa yang sedang dipikirkan Afra, ia pun menggenggam erat tangan Afra. "Itu dulu, sekarang Abi sama Umi sayang banget sama menantinya yaitu kamu, rasa sayang Abi sama Umi pada Ning Zahra sudah terkalahkan dengan rasa sayang mereka ke kamu," ucap Faiz.
"Tapi, Ning Zahra lebih pantas bersanding dengan Mas. Pasti Abi sama Umi lebih merasa terhormat kalau Mas menikah dengan Ning Zahra," ucap Afra.
"Astaghfirullah, kok kamu mikir kayak gitu sih. Kita semua sama dihadapan Allah, kamu gak boleh mikir kayak gitu ya. Apa Abi sama Umi pernah mengatakannya langsung sama kamu, kalau Ning Zahra lebih pantas bersanding dengan Mas?" tanya Faiz dan mendapat gelengan dari Afra.
"Itu artinya, semuanya itu cuma pikiran kamu aja. Belum tentu apa yang kamu pikirkan itu benar, kalau kamu mikir kayak gitu yang ada justru merusak semuanya, kita harus saling percaya. Bukan hanya percaya sama aku, tapi percaya sama Allah yang sudah mempertemukan kita berdua," ucap Faiz.
"Maaf ya Mas, aku udah mikir yang gak-gak hiks hiks," ucap Afra yang akhirnya menangis di hadapan Faiz.
"Kok nangis sih?" tanya Faiz lalu menghapus air mata Afra.
"Aku ngerasa bersalah, padahal Mas Faiz, Abi sama Umi dengan tulus menerima Afra. Tapi, Afra justru mikir yang gak-gak," ucap Afra.
"Gapapa, kita saling belajar ya. Mas juga masih harus belajar," ucap Faiz dan memeluk Afra.
###
Hari ini adalah hari dimana para santri dan santriwati akan mengikuti lomba, mereka pun sudah berangkat ke tempat acara dan Afra ikut karena Faiz mengajaknya padahal Afra sudah menolak untuk ikut, namun Faiz tetap memaksa Afra ikut.
Saat ini, Afra duduk di kursi penonton bersama Pak Amir dan Pak Zaenal. Sedangkan, yang lainnya menemani para santri dan santriwati. Perlombaan pun dimulai, hingga akhirnya menemukan 4 kandidat yang akan melaju ke tahap selanjutnya dan sayangnya pondok pesantren Fathurrahman belum beruntung karena harus tersingkir pada 5 besar.
"Gapapa, ini pengalaman yang baik," ucap Faiz.
"Kalian keren kok tadi," ucap Afra.
"Tapi, kita gak bisa ke tahap selanjutnya," ucap Sofia dengan sedih.
"Namanya juga kompetensi pasti ada yang bertahan dan ada yang tersingkir, sudah ya jangan bersedih lagi. Kita buat ini sebagai pembelajaran," ucap Ustadz Gio.
Ketika mereka hendak pergi ke mobil tiba-tiba seorang pria dayang dan memanggil Afra, "Afra," panggil pria tersebut.
"Ustadz Zaky," ucap Afra.
"Ada yang mau saya bicarakan dengan kamu," ucap Ustadz Zaky.
"Kalian ke mobil dulu, nanti saya menyusul," ucap Faiz dan diangguki yang lainnya.
Hingga tersisalah Faiz, Afra dan Ustadz Zaky. "Apa saya bisa bicara berdua dengan Afra?" tanya Ustadz Zaky pada Faiz.
"Tidak bisa, tidak baik laki-laki dan perempuan yang bukan keluarga berduaan. Saya akan menemani jika anda ingin berbicara dengan Afra," ucap Faiz.
"Afra, ini hadiah dari saya. Maaf karena saya telat melamar kamu, jadinya saya tidak bisa menikahi kamu. Saya harap kamu bahagia, saya percaya suami kamu bisa membimbing kamu," ucap Ustadz Zaky.
"Terimakasih Ustadz," jawab Afra.
"Saya percayakan Afra, saya tau anda pria yang bertanggungjawab. Saya tidak akan ikut campur dengan hubungan kalian, tapi jika suatu saat nanti anda mengecewakan kepercayaan saya, maka jangan salahkan saya jika saya akan mengambil Afra dari anda," bisik Ustadz Zaky.
"Terimakasih atas peringatannya, saya akan menjaga Afra dengan sepenuh hati saya dan saya tidak akan membiarkan anda mengambil istri saya," bisik Faiz.
Setelah itu, Faiz membawa Afra pergi meninggalkan Ustadz Zaky. "Harusnya aku yang jadi suami kamu, harusnya aku yang disamping kamu dan memegang tanganku, bukan pria itu," gumam Ustadz Zaky.
Didalam mobil, Faiz menggenggam erat tangan Afra seolah tidak membiarkan pria lain mendekatinya. "Mas, ini udah di dalam mobil loh," bisik Afra.
"Gapapa," ucap Faiz.
"Gus jadi pulangnya gak bareng kita?" tanya Ustadz Gio.
"Iya, saya akan pulang setelah urusan saya selesai. Jadi, nanti kalian langsung pulang saja tidak perlu menunggu saya," ucap Faiz.
"Terus Gus pulangnya nanti gimana?" tanya Ustadz Gio.
"Saya pulangnya pakai Bus," ucap Faiz.
"Gak capek Gus pulang pakai Bus?" tanya Tian.
"Capek, tapi menyenangkan karena saya bersama istri saya," ucap Faiz.
"Masyaallah, Gus Faiz. Saya kok baper," ucap Sofia yang begitu heboh di kursi belakang.
"Sama saya saja Sofia," ucap Tian.
"Cieeee," sorak semua yang ada disana.
"Maunya dapat yang kayak Gus Faiz, bukan kayak kamu Tian," ucap Sofia.
"Kalau itu gak bisa, saya cuma satu dan udah soldout," ucap Faiz yang membuat suasana mobil ramai.
.
.
.
Bersambung.....
semangat/Grin//Smirk/