~Karya Original~
[Kolaborasi dari dua Author/BigMan and BaldMan]
[Update setiap hari]
Sebuah ramalan kuno mulai berbisik di antara mereka yang masih berani berharap. Ramalan yang menyebutkan bahwa di masa depan, akan lahir seorang pendekar dengan kekuatan yang tak pernah ada sebelumnya—seseorang yang mampu melampaui batas ketiga klan, menyatukan kekuatan mereka, dan mengakhiri kekuasaan Anzai Sang Tirani.
Anzai, yang tidak mengabaikan firasat buruk sekecil apa pun, mengerahkan pasukannya untuk memburu setiap anak berbakat, memastikan ramalan itu tak pernah menjadi kenyataan. Desa-desa terbakar, keluarga-keluarga hancur, dan darah terus mengalir di tanah yang telah lama ternodai oleh peperangan.
Di tengah kekacauan itu, seorang anak lelaki terlahir dengan kemampuan yang unik. Ia tumbuh dalam bayang-bayang kehancuran, tanpa mengetahui takdir besar yang menantinya. Namun, saat dunia menjerumuskan dirinya ke dalam jurang keputusasaan, ia harus memilih: tetap bersembunyi/melawan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BigMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3 - Rapat Para Petinggi, Titah Sang Pemimpin
"Sikap Naga Hitam sudah jelas, gagasan menghindari perang bukanlah pilihan. Itu bukan cara kita. Aku yakin semua petinggi di sini memiliki pemikiran yang sama. Kita akan meladeninya!" Balas Masao, seraya melirik ke arah para petinggi lain yang kemudian divalidasi kan oleh anggukan mereka.
Ueda Masao, dilihat dari figurnya usianya mungkin sekitaran umur 30-35 tahunan. Usia yang masih cukup muda untuk seseorang yang menyandang posisi wakil komandan militer. Masao memiliki paras yang tampan, tubuh yang proposional serta matanya yang tajam terlihat sangat berkharisma.
Ketika Masao berbicara, tidak ada seorang pun yang berani menyela-nya. Kharismanya dapat membuat siapapun tertegun ketika melihatnya. Sosoknya yang begitu kuat dapat dilihat hanya dengan mata telanjang. Seseorang yang kemudian digadang-gadang akan meneruskan jabatan Asano Obura sebagai komandan militer.
Seolah tidak ada lagi yang bisa dikatakan, Guocha menghela nafas panjang.
"Apa ada kabar dari para penjaga perbatasan?" Tanya Dai Hideo seraya menggosok pelipisnya. Suaranya yang tiba-tiba melemah membuatnya nampak menua selama beberapa menit terakhir.
"Mengenai hal itu, para warga di perbatasan telah dievakuasi, kini mereka sedang dalam perjalanan. Jika semuanya berjalan lancar, mereka akan tiba di sini besok pagi." Jawab Inoue Hanami, yang merupakan seorang kepala militer dari divisi mata-mata—Divisi Elang Hitam.
"Dan... Hideo-sama," Lanjutnya. "Sore tadi aku mendapatkan sebuah laporan... pasukan Naga Hitam tengah membangun tenda-tenda di Padang Zordic, jumlahnya diperkirakan sebanyak dua ribu orang. Namun, ada satu hal yang menyita perhatian," Menyipitkan mata. "salah satu dari mereka terlihat mambawa senjata yang mirip dengan pedang Calestial Edge, pedang yang kita tahu digunakan oleh Kisaki Gin." Sambungnya.
Mendengar hal itu, salah satu petinggi dengan spontan berdiri seraya menggebrak meja. Reaksinya cukup untuk dapat dikatakan bahwa ia sangat terkejut.
"Kisaki Gin?! Yang benar saja!" Teriak Makoda Saburo, seorang penasehat militer.
"Gin adalah seorang Oubaitori, sang legenda dari Klan Spaide. Dia adalah Sang Kilat Purba! Jika itu benar... Jika dia benar-benar bergabung dengan Anzai, ini akan menjadi sebuah bencana untuk kita!"
Mendapati kabar tersebut, para petinggi memiliki reaksi yang berbeda. Tapi satu sentimen yang sama di antara mereka semua adalah rasa terkejut—bukan hanya karena sosok Kisaki Gin, tetapi juga karena suara dari gebrakan meja di hadapannya.
Semuanya terkecuali Dai Hideo, Dai Hitoshi, Asano Obura dan Ueda Masao. Empat figur terkuat yang juga merupakan seorang panutan dari clan Strein. Mereka hanya diam dan tidak bergeming.
"Tenanglah, Saboru-san!" Tegur Masao. "Seperti yang dikatakan Hanami, itu hanya terlihat mirip. Kita tidak bisa benar-benar memastikannya... Ya, aku berharap orang dengan pedang itu bukanlah Kisaki Gin. Tapi, siapapun dia, meskipun itu adalah Kisaki Gin sekalipun, kita akan tetap melawannya!" Tegasnya.
Dengan mata yang terpejam, Obura menganggukkan kepalanya. Tanda bahwa ia sependapat dengan Masao.
Namun di sisi lain, ekspresi kegelisahan nampak nyata di wajah beberapa bangsawan yang hadir. Tidak cukup memiliki keberanian dan posisi untuk mengutarakan pendapatnya, membuat mereka kemudian saling berbisik satu sama lain.
"Tuan-tuan! Tanpa kalian sadari, kalian telah kehilangan jiwa api kalian. Kalian telah lupa bahwa kita adalah clan terkuat di benua ini. Reaksi kalian yang berlebihan ini telah memperlihatkan keraguan kalian terhadap kami. " Ucap Obura, dengan tatapan sedikit mengintimidasi.
"Tolong kendalikan diri kalian!" Tegur Dai Hitoshi, merespon situasi yang mulai tidak kondusif.
Suara Saboru terlalu keras dan ya, reaksinya terlalu berlebihan. Segera ia mengakui kesalahannya, "Maafkan saya." Katanya, menundukkan kepalanya.
"Tidak ada pelanggaran yang dilakukan. Silahkan duduk kembali." Balas Dai Hitoshi.
Di sisi lain, seorang pendekar muda yang merupakan pengawal pribadi Hanami terlihat menghampirinya dan berbisik menyampaikan sesuatu kepadanya.
"Tuan-tuan, aku memiliki kabar baik... Pendekar pedang kembar telah merespon panggilan kita, mereka akan segera bergabung bersama kita besok." Sambung Hanami.
Pendekar Pedang Kembar, julukan untuk dua pendekar muda bersaudara yang telah dilatih dan diawasi langsung oleh sang legenda Akio Senju.
Beberapa petinggi terlihat mengangguk senang merespon berita baik ini, namun tidak bagi Baron, yang merupakan seorang menteri riset dan teknologi telah memperlihatkan ekspresi yang berbeda, "Kita sudah memfasilitasinya, jadi memang sudah seharusnya." Celetuknya, dengan volume suara yang nyaris tidak terdengar.
Di rasa sudah menemukan benang merahnya, Dai Hideo beranjak dari kursinya yang kemudian diikuti oleh semua orang yang ada di ruangan itu, "Baiklah... Diskusi ini telah mengantarkan pada satu kesimpulan. Aku telah memutuskannya!" Melirik kepada salah satu petinggi.
"Obura! Aku ingin kau mengumpulkan para pendekar dengan kemampuan menengah ke atas untuk kita tempatkan di garda depan! Dan tolong pisahkan mereka yang memiliki kemampuan tingkat tinggi untuk sebuah rencana yang akan aku atur!" Sambungnya.
"Hanami! Gerbang utama akan menjadi medan pertempuran! Jadi, siapkan rencana untuk evakuasi seluruh warga ke tempat yang aman! Aku tidak ingin ada warga yang menghambat pertempuran kita nantinya!
"Dan Guocha! Persiapkan semua kebutuhkan pangan untuk para warga di tempat evakuasi. Mengenai tempatnya, berkordinasi lah dengan Hanami!
"Sisanya... Aku tidak ingin mendengar ada salah satu di antara kalian yang tidak ikut berperang! Jika ada, aku akan memenggal kalian dengan tanganku sendiri! Jadi, Persiapkan diri kalian! Mengerti!"
"Mengerti, Hideo-sama!" Jawab para petinggi serentak.
Merasa tidak ada yang perlu disampaikan lagi, Dai Hideo kemudian pergi meninggalkan ruangan dengan Dai Hitoshi yang menyusul di belakangnya.
Ketika Dai Hideo dan Hitoshi benar-benar pergi, beberapa menteri dan bangsawan menghela nafas dengan keras. "Berperang?" Satu pertanyaan yang sama di benak mereka namun dengan ekspresi yang berbeda.
Begitu pun Goucha yang mengeluarkan suara "Pheeew" yang terdengar dramatis dan menegakkan tubuhnya sebelum ia pergi ke pintu.
1. Disiplin >> Lulus.
2. .... ?
Lanjut thoorr!!! /Determined//Determined/