Alvian, seorang pria muda nan tampan menginginkan sosok seorang Istri yang cantik dan aduhai.
Ia terpaksa harus menelan kekecewaan saat orang tuanya justru menjodohkan dia dengan Aylin, seorang perempuan tertutup dan bercadar.
Hal itu membuat Alvian berbuat sesuka hati agar Aylin tak kuat menjalani bahtera rumah tangga dengannya dan meminta untuk berpisah.
Namun, siapa sangka hal itu justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri setelah dia tahu kalau di balik cadar istrinya, tersembunyi paras cantik yang selama ini sangat ia idam-idamkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Aylin terbangun ketika mendengar kedua mertuanya yang baru pulang dari pengajian.
Dia pun keluar dari kamar untuk mengambil minuman karena tenggorokannya terasa kering.
"Ma, Pa, kalian baru pulang?" sapa Aylin.
"Iya, tadi setelah acara Papa ngobrol-ngobrol dulu dengan teman. Ini ada oleh-oleh dari Bu Riana, siapa tahu kamu suka," tawar Mama Veny.
Aylin membuka kotak makanan, yang isinya adalah berbagai macam kue tradisional.
"Wah, aku suka sekali kue-kue ini," pekik Aylin senang.
"Kalau begitu habiskan saja, lagipula Alvian mana mau makan kue seperti itu," sela Pak Bastian.
Aylin merasa sangat senang, kedua mertuanya memang begitu baik.
"Kalau pindah rumah, pastinya aku akan merasa kesepian. Apalagi nanti Mas Alvian akan sering keluar rumah," batin Aylin tak rela berpisah dengan kedua mertuanya.
"Nak, kenapa kamu melamun terus? Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Mama Veny penasaran.
"Tidak apa-apa, Ma. Hanya saja besok sudah harus pindah dari rumah ini. Aku hanya merasa sedih jika harus berpisah dengan Mama dan Papa," ucap Aylin jujur.
Mama Veny langsung memeluk Aylin, ia merasa kasihan, ia juga paham jika Aylin memang kekurangan kasih sayang dari orang tua.
"Mama sebenarnya juga lebih senang kalau kalian tinggal di sini, tapi Alvian ingin mandiri. Sebagai seorang istri sebaiknya kamu pintar mengambil hati. Mama doakan semoga kamu dan Alvian bisa hidup bahagia, walau untuk saat ini kamu harus berjuang dan bersabar dalam menghadapi Alvian," bujuk Mama Veny.
"Iya, Ma," jawab Aylin yang sebenarnya masih merasa ragu.
"Tapi meskipun nanti kalian sudah pindah, sering-seringlah main ke sini ya? Mama juga nanti akan kesepian kalau tidak ada kalian," bujuk Mama Veny.
"Iya, tentu saja Aylin akan sering kemari. Lagipula Aylin juga sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi kecuali Mama dan Papa," jawab Aylin mencoba tersenyum tegar.
"Aylin, pokoknya kalau sampai Alvian berbuat macam-macam dan dia tidak menghormatimu sebagai seorang istri, langsung saja lapor pada Papa!" timpal Pak Bastian.
"Iya, Pa" jawab Aylin menenangkan hati mereka.
Aylin terus memakan makanan yang di berikan Mama Venny, sambil mendengarkan ceria mertuanya mengenai jaman dulu saat mereka di pondok pesantren.
Aylin jadi kehilangan rasa kantuknya, dia merasa betah ketika mengobrol dengan mereka.
***
Alvian yang tertidur kamar merasa terganggu mendengar tawa istri dan kedua orang tuanya, dia seketika terbangun dan menyalakan lampu utama.
"Ya Ampun ... sudah tengah malam begini kenapa masih berisik sih?" gumam Alvian.
Dia langsung beranjak dan ingin protes agar semuanya tidak berisik.
Namun baru saja hendak membuka pintu dia mendengar suara sang Papa yang mengatakan pada Aylin jika dirinya berbuat macam-macam harus melaporkan hal itu.
"Sial, ngadu apa dia ke Papa? Kalau sekarang aku keluar bisa-bisa Papa akan menasehatiku sampai subuh," gumam Alvian mengurungkan niatnya.
Dia memilih kembali merebahkan tubuhnya di ranjang tanpa mematikan lampu, dia menunggu istrinya masuk dan ingin segera memarahinya.
Hanya saja setelah Alvian menunggu cukup lama, istrinya tak kunjung menampakkan diri.
Justru suara tawa Aylin dan Mamanya semakin kencang saat Papanya tengah bercerita.
Tiba-tiba rasa iri memenuhi hati Alvian, dia sendiri yang merupakan anak kandung di rumah itu tidak pernah diperlakukan sehangat itu oleh orang tuanya.
"Ya Allah, kenapa engkau menjodohkan hamba dengan perempuan yang sangat menyebalkan itu! Sudah jelek, tukang mencari perhatian juga!" keluh Alvian.
Setelah sekian lama, akhirnya Alvian kembali mengingat tuhannya.
Tak lama kemudian, terdengar suara gagang pintu kamar yang diputar.
Setelah Aylin masuk ke dalam kamar Alvian langsung menyambutnya dengan tatapan tajam.
"Mas Alvian, belum tidur?" tanya Aylin kaget.
"Aku yang harusnya bertanya padamu. Kenapa sudah tengah malam begini belum tidur dan malah mengganggu orang lain!" sentak Alvian meluapkan amarahnya.
"Maaf, tadi aku hanya senang mendengarkan Papa dan Mama bercerita," jawab Aylin seraya menunduk.
"Kalau kamu masuk ke kamar, mereka juga tidak akan bercerita. Kamu tidak perlu berusaha mencari perhatian deh, apa kamu kira dengan mereka menyayangimu aku juga akan ikut peduli padamu?" sergah Alvian.
Aylin langsung mematikan lampu, dan berniat untuk tidur.
Tapi, Alvian kembali menyalakan lampu itu karena masih belum puas melampiaskan amarahnya.
"Katanya mau tidur, kenapa dinyalakan lagi?" tanya Aylin heran.
"Kamu ini menyebalkan sekali ya! Aku sedang bicara malah kamu abaikan," umpat Alvian.
Aylin merasa kesabarannya sudah di ujung tanduk, suaminya ini benar-benar sulit sekali dimengerti.
"Mas, kamu justru yang berkali-kali lipat lebih menyebalkan! Hanya satu yang aku harapkan darimu, jangan ganggu hidupku. Jadi, terserah kamu mau melakukan apa, aku tidak akan ikut campur. Dan satu lagi, setelah ini kalau Mas mau marah-marah jangan pernah melampiaskan pada barang-barangku!" jawab Aylin tegas.
"Pelembab maksud kamu? Tuh sudah aku ganti. Kalau kurang besok aku belikan seratus botol lagi," sergah Alvian angkuh.
Aylin menoleh ke arah yang di tunjuk suaminya, dan benar saja Alvian sudah menggantinya dengan yang baru.
"Aku tahu kamu memang punya banyak uang, Mas. Tapi lain kali kalau kamu marah, kamu harus bisa mengendalikan diri! Jangan sampai kelak merugikan orang lain!" timpal Aylin.
"Masih mending aku ganti yang baru, bukannya bilang terima kasih malah marah-marah! "
Aylin seketika membulatkan matanya, bukankah dia sendiri yang sudah merusaknya jadi sudah seharusnya dia menggantinya.
"Sudah lah, aku lelah, aku mau tidur," ucap Aylin, ia melepas kaca matanya lalu merebahkan tubuhnya dan mengurung diri dalam selimut.
Alvian merasa tak terima, saat dirinya hendak menarik selimut itu justru di tahan oleh Aylin.
Akhirnya, justru ia yang ikut tetarik oleh Aylin dan terjatuh tepat menimpa tubuh sang istri.
Saat ini tatapan mereka bertemu, dalam jarak yang sangat dekat Alvian baru menyadari jika kedua bola mata Aylin berwarna kecoklatan dengan bulu mata lentik alami dan di bingkai oleh alis tebal yang nyaris sempurna.
"Astaga, tubuhnya wangi sekali. Kenapa wangi tubuhnya membuatku nyaman?" batin Alvian.
Keduanya sama-sama gugup, Aylin reflek mendorong tubuh suaminya dengan keras sehingga membuat Alvian terjatuh dari ranjang.
"Sial!" umpat Alvian sambil terus mengusap bagian belakangnya yang terasa sakit.
Aylin sama sekali tidak perduli dengan hal itu, ia lebih memilih kembali mengurung dirinya dengan selimut untuk menutupi rasa gugupnya.
"Hahh, jangan terlalu percaya diri! Tadi aku hanya terjatuh dan sama sekali tidak berniat untuk menyentuhmu! Kekasihku jauh lebih cantik dan menarik dibanding kamu!" umpat Alvian lagi.
Aylin tak menanggapi perkataan Alvian dan lebih memilih berpura-pura tidur.
Karena jika menanggapi hal itu, Alvian justru akan semakin menjadi.
Alvian yang melihat Aylin yang tidak merespon sama sekali, akhirnya merasa lelah sendiri.
Dia mematikan lampu dan tidur di samping Aylin tanpa melewati batas guling yang diletakkan di tengah.
Saat hendak memejamkan mata, Alvian terus terbayang-bayang sorot kedua mata Aylin yang begitu indah.
Bahkan aroma tubuh istrinya yang begitu harum, membuat dirinya merasa tak menentu.
"Ini pertama kalinya aku melihat mata seindah itu." batin Alvian hingga tanpa sadar sudut bibirnya melengkung tipis.
***********
***********
Lanjuuuut kakak 💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼