Alvian, seorang pria muda nan tampan menginginkan sosok seorang Istri yang cantik dan aduhai.
Ia terpaksa harus menelan kekecewaan saat orang tuanya justru menjodohkan dia dengan Aylin, seorang perempuan tertutup dan bercadar.
Hal itu membuat Alvian berbuat sesuka hati agar Aylin tak kuat menjalani bahtera rumah tangga dengannya dan meminta untuk berpisah.
Namun, siapa sangka hal itu justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri setelah dia tahu kalau di balik cadar istrinya, tersembunyi paras cantik yang selama ini sangat ia idam-idamkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Alvian tak tahu harus pergi kemana, ingin berkunjung ke rumah teman, namun ia merasa malas.
Akhirnya dia tanpa sadar di sudah hampir mengelilingi kota Jakarta.
Sampai-sampai dia merasa haus dan memutuskan untuk berhenti di sebuah minimarket.
Saat akan membayar minuman yang dia beli, tanpa sengaja ia melihat merk pelembab yang sama persis dengan milik istrinya tadi.
"Mbak, sama itu sekalian," pinta Alvian.
"Iya, masih ada lagi?"
"Cukup, itu saja!"
Alvian segera membayar dan pergi.
Setelah di dalam mobil dia merenung.
"Kenapa aku membeli ini?" batin Alvian.
Entah kenapa setelah melihat benda itu ada rasa bersalah yang menyergap hati.
Alvian terus menatap benda itu dan sambil membayangkan seperti apa sebenarnya wajah istrinya.
"Skincarenya saja pakai yang murahan, aku yakin wajahnya pasti tidak cantik," gumam Alvian.
Aylin sangat jauh berbeda dengan Riana yang sering menghabiskan banyak biaya hanya untuk sekedar ke salon, perawatan dan lain sebagainya.
Bahkan harga skincarenya saja bisa cukup menguras isi dompet.
Tapi, hasilnya memang tidak mengecewakan.
Alvian selalu merasa bangga saat berdampingan dengan Riana ke mana pun dia pergi.
"Ah, kenapa hidupku harus tertimpa sial dan menikah dengan perempuan buruk rupa!" umpat Alvian.
Setelah terus berputar-putar arah tanpa tujuan yang jelas, Alvian akhirnya memutuskan untuk pulang.
Ia juga merasa takut jika pulang terlalu malam, ia pasti terkena amarah orang tuanya karena meninggalkan Aylin seorang diri di rumah.
Apalagi Aylin sekarang menjadi kesayangan mereka, tentu saja jika terjadi sesuatu yang dibela adalah Aylin bukan anak kandungnya sendiri.
Sesampainya di rumah Alvian merasa lega karena kedua orang tuanya masih belum pulang, dia segera masuk ke dalam kamar yang lampunya sudah padam.
Sehingga Alvian membutuhkan cahaya dari ponselnya untuk menerangi jalan.
Alvian meletakkan botol pelembab yang dibelinya tadi di atas meja rias.
"Nyenyak sekali tidurnya, kenapa dia masih memakai cadar sih? Apakah dia tidak merasa gerah? Atau memang saking buruknya wajah itu sampai-sampai dia tidak ingin aku melihatnya?" batin Alvian sangat penasaran.
Alvian melupakan kata-katanya sendiri yang melarang Aylin membuka cadar saat di depannya.
Alvian benar-benar sangat penasaran, tapi dia takut jika Aylin akan terbangun saat dirinya hendak melihat wajah istrinya itu.
**
**
Aylin terbangun ketika mendengar kedua mertuanya yang baru pulang dari pengajian.
Dia pun keluar dari kamar untuk mengambil minuman karena tenggorokannya terasa kering.
"Ma, Pa, kalian baru pulang?" sapa Aylin.
"Iya, tadi setelah acara Papa ngobrol-ngobrol dulu dengan teman. Ini ada oleh-oleh dari Bu Riana, siapa tahu kamu suka," tawar Mama Veny.
Aylin membuka kotak makanan, yang isinya adalah berbagai macam kue tradisional.
"Wah, aku suka sekali kue-kue ini," pekik Aylin senang.
"Kalau begitu habiskan saja, lagipula Alvian mana mau makan kue seperti itu," sela Pak Bastian.
Aylin merasa sangat senang, kedua mertuanya memang begitu baik.
"Kalau pindah rumah, pastinya aku akan merasa kesepian. Apalagi nanti Mas Alvian akan sering keluar rumah," batin Aylin tak rela berpisah dengan kedua mertuanya.
"Nak, kenapa kamu melamun terus? Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Mama Veny penasaran.
"Tidak apa-apa, Ma. Hanya saja besok sudah harus pindah dari rumah ini. Aku hanya merasa sedih jika harus berpisah dengan Mama dan Papa," ucap Aylin jujur.
Mama Veny langsung memeluk Aylin, ia merasa kasihan, ia juga paham jika Aylin memang kekurangan kasih sayang dari orang tua.
"Mama sebenarnya juga lebih senang kalau kalian tinggal di sini, tapi Alvian ingin mandiri. Sebagai seorang istri sebaiknya kamu pintar mengambil hati. Mama doakan semoga kamu dan Alvian bisa hidup bahagia, walau untuk saat ini kamu harus berjuang dan bersabar dalam menghadapi Alvian," bujuk Mama Veny.
"Iya, Ma," jawab Aylin yang sebenarnya masih merasa ragu.
"Tapi meskipun nanti kalian sudah pindah, sering-seringlah main ke sini ya? Mama juga nanti akan kesepian kalau tidak ada kalian," bujuk Mama Veny.
"Iya, tentu saja Aylin akan sering kemari. Lagipula Aylin juga sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi kecuali Mama dan Papa," jawab Aylin mencoba tersenyum tegar.
"Aylin, pokoknya kalau sampai Alvian berbuat macam-macam dan dia tidak menghormatimu sebagai seorang istri, langsung saja lapor pada Papa!" timpal Pak Bastian.
"Iya, Pa" jawab Aylin menenangkan hati mereka.
Aylin terus memakan makanan yang di berikan Mama Venny, sambil mendengarkan ceria mertuanya mengenai jaman dulu saat mereka di pondok pesantren.
Aylin jadi kehilangan rasa kantuknya, dia merasa betah ketika mengobrol dengan mereka.
***
Alvian yang tertidur kamar merasa terganggu mendengar tawa istri dan kedua orang tuanya, dia seketika terbangun dan menyalakan lampu utama.
"Ya Ampun ... sudah tengah malam begini kenapa masih berisik sih?" gumam Alvian.
Dia langsung beranjak dan ingin protes agar semuanya tidak berisik.
Namun baru saja hendak membuka pintu dia mendengar suara sang Papa yang mengatakan pada Aylin jika dirinya berbuat macam-macam harus melaporkan hal itu.
"Sial, ngadu apa dia ke Papa? Kalau sekarang aku keluar bisa-bisa Papa akan menasehatiku sampai subuh," gumam Alvian mengurungkan niatnya.
Dia memilih kembali merebahkan tubuhnya di ranjang tanpa mematikan lampu, dia menunggu istrinya masuk dan ingin segera memarahinya.
Hanya saja setelah Alvian menunggu cukup lama, istrinya tak kunjung menampakkan diri.
Justru suara tawa Aylin dan Mamanya semakin kencang saat Papanya tengah bercerita.
Tiba-tiba rasa iri memenuhi hati Alvian, dia sendiri yang merupakan anak kandung di rumah itu tidak pernah diperlakukan sehangat itu oleh orang tuanya.
"Ya Allah, kenapa engkau menjodohkan hamba dengan perempuan yang sangat menyebalkan itu! Sudah jelek, tukang mencari perhatian juga!" keluh Alvian.
Setelah sekian lama, akhirnya Alvian kembali mengingat tuhannya.
Tak lama kemudian, terdengar suara gagang pintu kamar yang diputar.
Setelah Aylin masuk ke dalam kamar Alvian langsung menyambutnya dengan tatapan tajam.
"Mas Alvian, belum tidur?" tanya Aylin kaget.
"Aku yang harusnya bertanya padamu. Kenapa sudah tengah malam begini belum tidur dan malah mengganggu orang lain!" sentak Alvian meluapkan amarahnya.
"Maaf, tadi aku hanya senang mendengarkan Papa dan Mama bercerita," jawab Aylin seraya menunduk.
"Kalau kamu masuk ke kamar, mereka juga tidak akan bercerita. Kamu tidak perlu berusaha mencari perhatian deh, apa kamu kira dengan mereka menyayangimu aku juga akan ikut peduli padamu?" sergah Alvian.
Aylin langsung mematikan lampu, dan berniat untuk tidur.
Tapi, Alvian kembali menyalakan lampu itu karena masih belum puas melampiaskan amarahnya.
"Katanya mau tidur, kenapa dinyalakan lagi?" tanya Aylin heran.
"Kamu ini menyebalkan sekali ya! Aku sedang bicara malah kamu abaikan," umpat Alvian.
Aylin merasa kesabarannya sudah di ujung tanduk, suaminya ini benar-benar sulit sekali dimengerti.
"Mas, kamu justru yang berkali-kali lipat lebih menyebalkan! Hanya satu yang aku harapkan darimu, jangan ganggu hidupku. Jadi, terserah kamu mau melakukan apa, aku tidak akan ikut campur. Dan satu lagi, setelah ini kalau Mas mau marah-marah jangan pernah melampiaskan pada barang-barangku!" jawab Aylin tegas.
"Pelembab maksud kamu? Tuh sudah aku ganti. Kalau kurang besok aku belikan seratus botol lagi," sergah Alvian angkuh.
Aylin menoleh ke arah yang di tunjuk suaminya, dan benar saja Alvian sudah menggantinya dengan yang baru.
"Aku tahu kamu memang punya banyak uang, Mas. Tapi lain kali kalau kamu marah, kamu harus bisa mengendalikan diri! Jangan sampai kelak merugikan orang lain!" timpal Aylin.
***********
***********
Lanjuuuut kakak 💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼