Devano Hanoraga, pria dingin yang super rich, perfeksionis, berkuasa, dingin, tegas dan tak takut mati yang menjadi pengusaha hebat dan tak kenal ampun selalu menjadi incaran para wanita yang selalu ingin hidup mewah tanpa ingin bekerja keras.
Ia tak sengaja menolong gadis cantik yang bekerja di Bar milik sahabatnya sebagai pelayan untuk membiayai kuliahnya saat dirinya dijual untuk melunasi hutang judi Kakak tirinya.
Yesica Anastasya, gadis cantik yang terpaksa bekerja di Bar untuk membiayai kuliahnya dan juga untuk membiayai Ibu tirinya yang pemalas dan Kakak tirinya yang senang berjudi.
"Jadilah wanitaku maka aku akan melunasi hutang Kakakmu." Devano.
"Aku bersedia menjadi wanitamu asal kau izinkaan aku melanjutkan studyku." Yesica.
"Deal."
Bagaimana kisah mereka selanjutnya?
Apakah Devano akan jatuh hati hingga sejatuh-jatuhnya pada sugar Baby yang ia tolong dan selamatkan dari Ibu dan Kakak tirinya?
Follow:
Fb: Isti
Ig: istikomah50651
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isti Shaburu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
“Ambil satu mata kuliah untuk hari ini, sebelum jam makan siang aku akan menjemputmu dan kita akan mengunjungi orang tuaku,” ucap Devano sebelum Yesica turun dari mobilnya.
Yesica berangkat dengan diantar oleh Devano, sedangkan Vivi diantar oleh Lucas. Saat keduanya keluar dari kamar, Yesica terkejut kalau ada Lucas yang ternyata bermalam di kediamannya.
Setelah selesai membantu Devano memakai pakaiannya, keduanya keluar dari kamar. Yesica terkejut dengan adanya mantan bosnya, Lucas. Sedangkan Devano biasa saja dengan kehadiran sahabat satu perjuangannya didunia bawah itu. Yesica merasa tak enak karena ia tertangkap basah keluar dari kamar yang sama dengan Devano, padahal Lucas sudah tahu hubungan antara dirinya dengan Devano.
“Tu-Tuan Lucas,” ucapnya gagap.
“Hai Yes, lama tak jumpa.” Lucas malah menyapanya dengan santainya.
“Santai saja, aku sudah tahu kok,” sambungnya.
Mereka sarapan bersama di satu meja makan dengan sahabatnya dan juga mantan bosnya.
“Bertemu dengan Tuan besar Hanoraga. Apakah tak terlalu cepat? Dan juga, kita hanya menikah siri mengapa harus bertemu dengan keluarga besar seperti ini?” tanya Yesica dengan gugup.
“Mengapa? Kamu tak ingin bertemu dengan orang tuaku? Cepat atau lambat kalian akan bertemu juga, tinggal dua hari lagi dan kita akan menikah. Apa yang akan Mamah dan Daddyku katakan jika aku menikah tak memberitahunya,” tanya Devano sedikit kesal.
“Tapi kita hanya-”
“Menikah siri?” sela Devano dan Yesica mengangguk perlahan.
“Aku menikahimu dengan cara siri karena kau masih kuliah, tak ada yang namanya nikah kontrak dalam keluargaku, jika aku melakukan hal itu Daddyku orang pertama yang akan membu*uhku secara langsung dan tanpa ampun. Setelah kau lulus aku akan menikahimu secara resmi, dan itu sudah menjadi keputusanku, jika kau menolak maka aku akan meminta kembali uang yang kuberikan pada Surya dan menyerahkanmu kembali padanya,” jelas Devano dengan sedikit ancaman.
‘Heh, Tuan. Anda tak akan melakukan hal itu karena Anda sudah jatuh cinta pada gadis polos ini. Anda hanya beralasan agar gadis kecil ini tak menolak Anda,” protes Kris dalam hati.
“Tidak! Aku tak ingin diberikan pada pria hidung belang seperti Tuan Surya. Aku akan menuruti Anda, Tuan. Aku akan mengikuti apa yang Anda katakan, tolong jangan berikan saya padanya, lebih baik saya ma*i daripada harus menjadi pemuas na*su pria hidung belang yang sudah memiliki istri dan simpanan sepertinya.” Yesica memohon ketakutan agar tak diantar pada Surya yang pernah hampir memperk*sanya, Devano menyeringai tipis, sangat tipis hingga tak ada yang bisa menyadarinya meski itu Kris sekalipun.
“Baiklah, belajar yang benar, jangan coba macam-macam karena aku mengetahui apa yang kau lakukan. Siang nanti kujemput,” sahut Devano.
“Terima kasih, Mas. Aku masuk kelas dulu.” Yesica keluar dari mobil dan berjalan menuju kampusnya.
Saat ia keluar dari mobil mewah Devano, ternyata Riyan melihatnya. Setelah mobil pergi Riyan memutuskan untuk menghampiri Yesica dan meminta penjelasan dari apa yang telah ia saksikan.
“Yesica, tunggu,” panggilnya. Namun, Vivi yang sedari tadi menyaksikan segera menghalangi Riyan agar tak mengganggu sahabatnya lagi.
“Kak Riyan mau apa?” tanya Vivi yang lebih dulu mencekal tangan Riyan sebelum dia bisa meraih tangan Yesica, Yesica yang mendengar sahabatnya merebut nama Riyan langsung menoleh.
“Aku ingin bicara dengan Yesica, aku ingin bertanya sesuatu,” sahut Riyan yang menatap Yesica.
“Apa yang mau Kak Riyan tanyakan padaku?” kini Yesica yang bertanya.
“Enggak di sini juga, ada Vivi,” ucap Riyan yang tak mengetahui kalau Vivi sudah tahu hubungan Yesica dengan Devano.
“Kenapa memangnya dengan adanya aku? Memang aku hama yang mengganggu Kak Riyan? Atau Kak Riyan mau berbuat hal yang melebihi batasan lagi seperti kemarin.” Riyan membolakan matanya mendengar penuturan Vivi.
“Kamu tahu aku memeluk Yesica?” tanya Riyan dengan wajah terkejut.
“Yah, aku tahu. Aku minta Kak Riyan tak mengulanginya lagi karena takut membuat kekasih Yesica cemburu dan salah paham,” sahut Vivi yang sengaja membuat Riyan panas.
“Apakah mobil yang mengantarmu tadi itu adalah kekasihmu?” tanya Riyan pada Yesica.
“Yah, dia kekasihku. Memangnya kenapa? Kami saling mencintai dan aku mohon sama Kak Riyan stop menggangguku,” sahut Yesica dengan tegas agar Riyan tak lagi mengejar dirinya.
“Heh, ahahaha, kamu menolakku, dan kamu ternyata sudah memiliki pria yang lebih tajir daripada aku. Ahahaha bodohnya aku masih mengharapkanmu. Kukira kamu tak memandang pria dari kekayaannya, ternyata. Pantas saja kamu sudah tak bekerja di Malam Langit lagi, ternyata.” Riyan tertawa tapi sudut matanya mengembun, ia merasa kecewa dengan kenyataan yang ia dengar sendiri dari gadis yang sangat ia cintainya itu.
“Ka Riyan sudah tak ada yang ingin dibahas kan, aku harus ke kelas sekarang, jam mata kuliahku sudah mau dimulai. Ayu Vi, kita masuk kelas.” Yesica dengan kejamnya meninggalkan Riyan sambil menggandeng tangan Vivi, ia tak mau dilihat oleh orang suruhan Devano karena berinteraksi dengan pria lain.
“Are you oke, Yes?” tanya Vivi, ia tahu kalau sahabatnya itu sedang dalam keadaan yang tak baik-baik saja.
“Hm, aku oke kok, Vi. Aku mau ke toilet dulu yah,” sahut Yesica.
“Aku temani, sekalian aku mau cuci muka,” ucapnya beralibi.
Keduanya menuju toilet sebelum masuk kelas. Setelah tenang, Yesica dan Vivi menuju kelas untuk mengikuti mata kuliah pagi ini. Ia akan mengambil satu mata kuliah hari ini karena Devano akan menjemputnya sebelum jam makan siang.
Selama mengikuti kelas, Yesica sama sekali tak bisa fokus dengan apa yang diterangkan oleh dosennya. Pikirannya berkelana memikirkan Riyan. Hatinya terenyuh saat berkata kasar seperti tadi pagi pada Riyan, tapi ia harus melakukannya karena ia memang tak bisa bersama dengan Riyan meski perasaannya berbalas.
“Hei, kamu pasti mikirin Kak Riyan yah.” Vivi menyenggol lengan Yesica yang tak fokus dengan apa yang diterangi oleh dosen.
“Apa aku tak terlalu kejam sih, Vi. Kak Riyan pasti sakit hati banget sama perkataanku deh. Ke depannya kalau aku bertemu dengannya bagaimana? Pasti akan sangat canggung banget.” Yesica merasa bersalah.
“Kamu ngapain merasa bersalah gitu sama dia sih, Yes. Jika saja saat kejadian waktu itu dia mengetahuinya, apakah dia yang hanya mengandalkan orang tuanya bisa dengan rela membayarkan hutang si parasit itu meski demi kamu? Enggak mungkin, Yes. Uang sebesar lima puluh juta, dia gak mungkin akan mengeluarkannya hanya demi membayar hutang orang lain yang jelas-jelas tak ada hubungannya degannya. Jangan membuat Tuan Vano kecewa denganmu, Yes. Dia sudah begitu baik padamu, rumahmu saja bahkan dibuat layak untuk ditempati. Dia yang seorang pengusaha sukses dan terkenal menawarkan diri untuk menikahimu, padahal banyak wanita yang lebih darimu yang memperebutkannya. Untuk apa dia berbuat seperti itu, Yes? Jika kamu masih memikirkan Kak Riyan maka aku akan marah dan tak ingin berteman denganmu lagi.” Vivi mencoba memberi pengertian pada sahabatnya itu meski sedikit mengancamnya.
“Kamu benar, aku tak boleh mengecewakan Tuan Vano. Jika saja saat itu Tuan Vano tak datang menolongku, mungkin saat ini aku sudah menjadi pemuas na*su pria hidung belang itu. Makasih yah, kamu selalu memberiku semangat dan mendukungku. Ah aku cinta sama kamu.” Yesica memeluk sahabatnya itu, ia bersyukur memiliki sahabat yang pengertian dan juga mengerti keadaannya dirinya seperti Vivi. Meski Luna juga sahabatnya, tapi Luna lebih memihak pada Riyan, maka dari itu ia menyembunyikan hubungannya dengan Devano.
“Ehem hem, kalian asyik sekali yang berpelukannya, sudah seperti teletubies saja,” tegur dosen yang sedari tadi memanggil mereka tapi tak dihiraukannya sambil mengetuk meja di hadapan keduanya sahabat yang tengah berpelukan ria.
“Hehe, maaf Bu.” Kedua gadis cantik tersebut menyengir kuda sambil melepas pelukannya.
3 sahabat yang sudah menemukan kebahagiaan nya.