NovelToon NovelToon
MENAKLUKAN SANG PEWARIS

MENAKLUKAN SANG PEWARIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:15.9k
Nilai: 5
Nama Author: Henny

Elora punya mimpi sederhana, ingin menjadi perawat dan menikah dengan pria impiannya. Bukan dari lelaki kaya, namun lelaki yang mencintainya sampai maut memisahkan. Namun impian Elora kandas saat pamannya tanpa pertimbangan apapun mengirim Elora ke Spanyol untuk menaklukan sang pewaris kekayaan keluarga Gomez sesuai dengan wasiat mamanya sebelum ia meninggal. Elora terkejut karena sesampai di Spanyol, ia harus bersaing dengan banyak perempuan yang juga punya misi yang sama, menaklukan sang pewaris. Apakah Elora bisa melaksanakan misi almarhumah mamanya? Akankah ada cinta sejati baginya di Spanyol?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pilihan yang sulit

"Hasil tes DNA akan kita ketahui 2 minggu lagi. Aku sangat yakin kalau kamu adalah anakku. Mamaku memberikan foto ku saat aku kecil. Dan itu sama dengan fotomu saat kecil."

Elora menatap Elroy. "Bagaimana tuan bisa tahu foto kecilku?"

Elroy membuka ponselnya. "Aku membuka akun media sosial mu. Kamu memasang foto profil dirimu yang dipeluk mamamu. Aku coba menyandingkan fotoku dan fotomu, itu sangat mirip."

Elora melihat kedua foto itu yang sudah disandingkan oleh Elroy. Memang sangat mirip hanya potongan rambutnya yang berbeda.

"Aku tidak tahu harus bilang apa." kata Elora sambil menggelengkan kepalanya. Elroy mengusap kepala Elora. "Tenanglah. Darah Santana yang ada di tubuhmu akan membuat kamu menerima aku sebagai papamu."

"Terima kasih "

Mobil yang mereka tumpangi berhenti di halaman rumah sakit. Malam sudah sangat larut.

"Minggu depan orang tuaku akan kembali dari Argentina. Mamaku Elionora sudah sangat ingin bertemu denganmu lagi."

Elora turun. Ia melambaikan tangan pada Elroy sebelum melangkah menuju ke tempat tinggalnya.

Begitu Elora membuka pintu, ia terkejut melihat Enrique ada di sana. Lelaki itu duduk dengan wajah yang dingin sedang menatapnya.

"Enrique, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Elora.

"Tadi pagi mamaku menyuruh aku untuk membawakan makanan untukmu. Namun makanan pasti sudah sangat dingin dan tak enak di makan lagi."

Elora melihat kotak makanan yang ada di atas meja. "Aku akan menyimpannya dan memanaskannya lagi esok pagi. Sekarang pergilah karena aku sekarang ingin istirahat."

Enrique berdiri dan melangkah ke arah Elora. Ia menatap perempuan itu dengan tajam.

"Ini apa?" tanya Enrique sambil mengangkat sesuatu yang sejak tadi ada di kantong jaket yang dipakainya.

Wajah Elora langsung menjadi tegang. "Kamu...kamu sungguh tak sopan masuk ke kamarku."

Enrique meletakan testpack dengan tanda positif itu di atas meja. "Sampai kapan kamu akan menyembunyikan ini? Sejak kapan kamu tahu kalau kamu hamil?"

2 hari yang lalu......

Elora menatap kalender yang ada di ponselnya. "Tanggal 27? Bukankah seharusnya aku mendapatkan tamu bulananku awal bulan ini? Ya Tuhan, ini sudah lewat 3 minggu. Tak mungkin aku bisa terlambat seperti ini." Elora memang merasakan kalau akhir-akhir ini ia tak mempunyai selera makan. Ia juga sering merasa lemas dan selalu merasa pusing setiap kali bangun pagi.

Gadis itu mengusap wajahnya. "Tak mungkin aku hamil. Ya Tuhan, tak mungkin! Aku mohon jangan biarkan aku hamil." Ia segera menuju ke ruangan Obgyn. Elora pernah bertugas di sini dan ia tahu kalau di sini ada testpack. Untungnya sang dokter belum datang. Tangan Elora bergetar saat mengambil sebuah testpack dari laci yang ada. Ia segera keluar dari sana sebelum ada yang melihatnya.

"Elora.....!" panggil Pedro.

Elora menatap Pedro yang mendekatinya. Dnegan cepat ia menyembunyikan testpack itu di dalam kantong seragamnya.

"Hai dokter."

"Aku pikir kalau kamu sudah pulang." kat Pedro sambil menatap wajah Elora. "Kamu baik-baik saja? Wajahmu pucat, El."

Elora tersenyum. Berusaha menenangkan dirinya dan berharap kalau Pedro tak melihatnya keluar dari ruangan itu. "Aku baru mau pulang."

"Bagaimana kalau sebentar malam kita pergi ke bar?"

"Wah, aku janjian mau chat dengan teman-teman ku dari Indonesia."

"Ya sudah. Sana pergi....!" Pedro pura-pura merajuk dan langsung mendorong tubuh Elora. Gadis itu hanya tertawa dan langsung pergi.

Begitu sampai di rumahnya, Elora langsung ke kamar mandi. Perempuan itu kemudian melakukan tes. Air matanya langsung mengalir tanpa bisa ditahan saat ia melihat tanda positif yang muncul di sana.

"Ya Tuhan. Aku harus bagaimana? Enrique bahkan tak sadar kalau dia sudah menyentuhku. Bagaimana aku akan ke Indonesia dengan perut yang akan terus membesar? Haruskah aku mengulangi kisah percintaan mamaku yang pulang ke Indonesia dalam keadaan hamil?" Elora mondar mandir di dalam kamarnya. Ia meletakkan testpack itu di atas meja riasnya tanpa disadarinya. Pikirannya buntu. Ia tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya.

Ia menghadap ke kaca. Memegang perutnya yang masih rata. Membayangkan sikap Enrique yang dingin dan tak pernah tertawa saat bersamanya membuat Elora merasa putus asa. "Sayang, maafkan aku. Aku belum siap menjadi seorang ibu. Maafkan aku." Elora duduk di atas ranjang sambil menangis. Semua ketakutan dan kecemasan akan kehamilan yang tak diinginkan ini menghantui dirinya.

Sepanjang malam Elora tak bisa memejamkan matanya sampai keesokan harinya ia berangkat kerja namun baru 1 jam ia berada di rumah sakit, Elora sudah merasa mual mencium bau-bau obat.

"Pedro, aku ijin pulang ya?" kata Elora saat menemui Pedro di ruangannya.

"Boleh. Kamu memang terlihat kurang sehat, El. Jangan lupa minum vitamin dan makan yang banyak ya?"

Elora mengangguk. Ia pulang. Saat itulah Elroy datang mengajaknya untuk tes DNA.

************

"Itu ...itu bukan punyaku. Itu milik salah satu perawat yang datang menginap di tempatku." jawab Elora berusaha terlihat jujur.

"Sayangnya aku tidak percaya." Enrique langsung menarik tangan Elora.

"Enrique, mau kemana?" tanya Elora sambil berusaha menarik tangannya.

Enrique tak bicara. Ia terus menarik tangan Elora sampai mereka tiba di rumah sakit. Untung saja jam begini rumah sakit sudah sepi.

"Enrique, lepaskan !" Elora berusaha menahan suaranya agar tak berteriak.

"Hei, ada apa ini?" tanya Pedro yang keluar dari ruangannya. Lelaki itu baru saja akan pulang.

"Pedro, kamu dokter apa?" tanya Enrique.

"Aku? Specialis bedah dan penyakit dalam. Ada apa sih?" tanya Pedro bingung melihat Elora dan Enrique.

"Kamu bisa melakukan USG kan?"

"Bisalah. Ada beberapa pasien ku yang emang perlu di USG."

"USG untuk orang hamil?"

"Bisa."

"Di mana ruangan USG nya?" tanya Enrique terlihat tak sabar.

"Eh, pelayanan USG nya nanti besok."

"Kamu kepala rumah sakit ini. Aku yakin bisa menggunakan semua fasilitas yang ada. Katakan saja di mana ruangannya? Aku akan bayar 10x lipat dari biaya USG yang normal."

Pedro menatap Elora. "Siapa yang hamil?"

"Dia gila!" jawab Elora berusaha menarik tangannya dari genggaman Enrique namun lelaki itu enggan melepaskannya.

Pedro yang penasaran pun akhirnya menuju ke ruangan Obgyn.

"Naik ke atas tempat tidur!" Enrique melepaskan genggaman tangannya.

"Aku nggak mau!"

"Baiklah. Aku telepon mamaku agar mereka segera tahu apa yang terjadi." Enrique mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya.

"Baiklah ....!" Elora terlihat tak ada pilihan lain. Ia naik ke atas tempat tidur. Pedro yang susah menyalahkan alat USG itu segera mengenakan sarung tangannya. Ia masih bingung bagaimana Elora bisa hamil sedangkan ia dan Enrique saling membenci.

"Permisi Elora. Tolong diangkat kemejanya ke atas." kata Pedro. Elora yang memang memakai kemeja yang agak longgar segera menaikan kemejanya itu sampai bagian perutnya kelihatan. Pedro segera memberikan gel di atas perut Elora dan mulai menggerakkan alat kecil di tangannya.

"Bagaimana?" tanya Enrique.

Pedro menatap Enrique lalu menatap Elora. "Kamu beneran hamil, El."

Air mata Elora jatuh tanpa bisa di cegahnya. Gadis itu bahkan tak bisa menahan tangisnya.

"Periksa lebih dalam lagi, Pedro!" perintah Enrique.

"Benda yang kelihatan seperti kecebong itulah janinnya. Usianya sekitar 6-7 minggu. Hanya itu yang aku tahu. Aku bukan dokter ahli kandungan. Kantong rahim yang susah terbuka ini menunjukan bahwa kehamilan sudah terjadi." kata Pedro lalu mengambil tissue untuk membersihkan gel di perut Elora. Ia kemudian menatap Enrique. "Ini anakmu?"

"Bukan!" jawab Elora cepat.

Enrique menatapnya tajam.

Elora bangun dan segera turun dari ranjang. "Aku mau menguburkannya dokter Pedro. Aku tak bisa pulang ke Indonesia dalam keadaan hamil."

"Siapa yang bilang kamu bisa pulang ke Indonesia?" tanya Enrique dengan mata yang menyala.

"Enrique, aku boleh bicara dengan Elora berdua kan?" tanya Pedro sambil tangannya menunjuk ke pintu. Enrique mengangguk dan segera keluar.

Tangis Elora kembali pecah. Ia menangis di pundak Pedro sambil menceritakan apa yang terjadi.

"Aku tak mau bersama Enrique. Aku tak bisa bersama lelaki tanpa perasaan seperti dia. Aku hanya mau pulang dan menikmati hidup yang tentram di negaraku. Aku tahu masih ada lelaki baik di luar sana yang akan menerima diriku walaupun aku sudah ternoda. Dokter Pedro, tolonglah. Aku ingin menggugurkan kandunganku ini." mohon Elora.

"Elora, anak ini tak salah."

"Aku tak mungkin pulang dalam keadaan hamil."

"Melakukan abo**si juga sesuatu yang di larang di sini kecuali ada kasus yang memang bayi tak bisa dipertahankan."

Enrique tentu saja mendengarkan percakapan itu karena ia masih berdiri di dekat pintu masuk sambil menyandarkan punggungnya ke dinding. Terbayang kembali percakapannya dengan mama Anna tadi sore.

"Sebaiknya pernikahan kalian dipercepat. Anna tak boleh tahu kalau hidupnya sudah diambang maut karena peluru yang merusak bagian vital dalam perutnya. Tante mohon padamu Enrique, berikan kebahagiaan bagi Anna sebelum ia meninggal."

Pedro keluar dari ruangan. Ia menatap Enrique. "Apa yang harus kamu lakukan Enrique? Elora hamil, dan kamu punya tanggungjawab terhadap Anna. Kamu sudah memilihnya. Jika kamu melepaskan Anna demi Elora, maka kamu dianggap lelaki yang tak punya hati. Namun jika kamu membiarkan Elora, kamu menelantarkan darah dagingmu. Jika memang kamu tak bisa bertanggungjawab, biarkan Elora menggugurkan kandungannya. Aku tahu rumah sakit di kota yang bisa mengerjakan ini." kata Pedro. Enrique masih diam. Kepalanya rasanya mau pecah.

Enrique memilih Anna karena menurutnya Anna yang terbaik. Enrique memang tak mau melihat Elora lebih lama ada di rumahnya karena ia kesal dengan gadis itu. Walaupun Enrique harus melepaskan Vania yang adalah cinta masa kecilnya, yang penting Enrique bisa mengusir Elora. Namun kenyataannya, walaupun Elora telah keluar dari rumah Enrique, mereka ternyata diikat oleh sesuatu yang sangat kuat. Enrique begitu menyayangi anak-anak, dan kini anaknya sedang tumbuh di rahim gadis yang dibencinya.

*************

Apa yang harus Enrique lakukan ?

1
Apriyanti
apa itu Anna atau kakek nya dr ayah
lanjut thor 🙏
tintiin21
skrg apa yg akan km lakukan Enrique...🤔🤔🤔
waduh 50 biji aja mantan dokter pedro...😂😂😂
astaga si penjahat bisa menemukan Elora... 😱😱😱
Eka ELissa
siapa dia....hnya emak yg tau....
Eka ELissa
50....😲😲😲itu pacaran apa gnti sikat gigi Pedro ....😄😄🤣🤣🤣smpe sgtu nya .....saking murah meriah kah cinta mu mbok obral 2 /Facepalm//Joyful//Facepalm/
ly🧚‍♀️
ini ibu tirinya elora atau anna sih 🤔
wati
masih jadi misteri
Makaristi
masih teka-teki yah..
siapa yg menginginkan kematian elora??
ksh tahu donk thor 🫢🤭
rinny santoso
duh siapa yg pengen elora celaka.... Anna kah atau istri elroy....
gws mami....
ˢ⍣⃟ₛ 𝐀⃝🥀💜⃞⃟𝓛 Jibril Adinda
siapa sih orang itu apa mungkin istri dari Elroy ato anak angkatnya
Tina Ajay
apa itu ibu tirinya elora🤔🤔
gia nasgia
Enrique dan Elora nggak sadar kalau baby dalam kandungan Elora,yg membuat mereka menjadi dekat 😍sehat"bumil dan si baby sampai lahiran
Eka ELissa
nah loh dilema dia... Enrique
Eka ELissa
smoga ank mu baik2 aj El prnh alamin kyk kmu 😭😭😭dia dgn ku cumn itungan bulan El...🥹🥹🥹😭
Eka ELissa
mengangkat knpa jdi mengikat Mak...😁😁😁
tintiin21
berharap baby bs menyatukan org tuanya Elora&Enrique... 🤗🤗🤗
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Maria Kibtiyah
semoga nantinya elora menikah sama enrique ... si anna lama2 keliatan muka aslinya
Heni Fitoria
semoga bibi tizza juga ayahnya elora segera tahu
Tina Ajay
Anna ternyata sangat menyebalkaaaaaan
rinny santoso
ernique perlahan2 mulai memikirkan elora... masih penasaran siapa yg menukar hasil tes DNA elora dan elroy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!