Baru menginjak kelas 12, ada saja hal yang membuat Syanza harus menghadapi Pangeran, si ketua Savero.
Ketua apanya coba, tengil gitu.
"Lo pikir, lo kodok bisa berubah jadi pangeran beneran, hah??" Ketus Syanza.
"Emang gue pangeran," balas Pangeran angkuh.
"Nama doang, kelakuan kayak setan!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cipaaiinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
Pangeran mendengus sebal mendapati tamu yang tidak diinginkannya. Lihat saja mereka, seperti di rumah sendiri.
Cakra yang asik main game sembari duduk di sofa dan kakinya selonjoran di atas meja, mirip siapakah anak itu.
Jarrel yang menjadi teman mabar Cakra pun tidur di paha Arjuna yang tengah memakan apel yang tersedia di atas meja, kaki Arjuna pun seperti Cakra, berada di atas meja. Karena sofa itu tidak muat sebadan Jarrel, jadi kakinya lepas landas dari tangan sofa.
Sedangkan Zergan, manusia paling waras itu sedang membaca majalah yang ada di kolong meja. Ia duduk dengan anteng di sofa single.
"Kalian ngapain ke sini sih?" Jengah Pangeran. Lelaki itu duduk di kursi samping pasien.
Setelah Syanza tertidur, Pangeran terpaksa membuka pintu dan menerima mereka. Untung saja Syanza sudah pulas, kalau belum pasti mereka banyak tanya.
"Kita mah baik, ya. Nengokin bu bos," sahut Jarrel diangguki Cakra dan Arjuna. Sedangkan Zergan menatapnya malas.
"Lain kali jangan maen bogem, bos," timpal Arjuna.
"Gara-gara lo, tukang ngupil. Kalau lo gak bawa dia ke area balap, mana mungkin gue emosi," balas Pangeran.
"Dia sengaja, mau bikin lo cemburu, Ran. Abisnya lo dengan gagahnya mau ngedate dulu," ucap Cakra. "Oy, Jar. Bawah co bawah!" Pekiknya ketika hero yang dipakainya sekarat.
"Ck. Kecilin suara lo," desis Pangeran. Ini yang tidak disukainya, mereka terlalu berisik dan mengganggu.
"Iye bos elah, maaf maaf," ujar Cakra.
"Zer, si Ghea gimana?"
Pertanyaan tidak nyambung yang dilontarkan Arjuna membuat sang empu meliriknya.
Lelaki yang tengah memakan apel itu menatap santai Zergan.
"Kenapa jadi ke si Ghea, anjir," sahut Jarrel merasa tidak ada sangkut pautnya.
"Oh iya, gue baru inget ke temen bu bos itu. Dia suka sama si Zergan 'kan?" timpal Cakra mendongak sekilas melihat reaksi Zergan.
"Pintarnya murid gue," puji Arjuna bangga.
"Iyain ajalah," jawab Cakra malas.
"Kok lo bisa tahu, perasaan tuh cewek diem diem bae dah," sahut Jarrel penasaran.
"Atas, Jar, itu sekarat elah lo mah," kesal Cakra melihat musuhnya kabur. "Gue tahu karena gue punya cewek, jadi gampanglah baca ekspresi sukanya cewek gimana, dan dia emang diem aja, diem diem merhatiin eaak," imbuhnya seraya kesenangan berhasil membunuh hero lawan yang sok jago.
"Heh, picak. Gue bilang jangan berisik, nyet," desis Pangeran geram.
"Astaga si bos, si Syanza anteng juga bobonya," ngeyel Cakra.
"Iya dah si paling punya pacar," balas Jarrel malas. Jika sudah menyangkut wanita dirinya sedikit kesal sendiri. Pasalnya dirinya tidak suka diribetkan oleh perasaan lagi, membuatnya tidak bebas. Karena itulah, Jarrel tidak membuka hati untuk siapa pun, kalau dipaksakan yang ada malah ngebully ceweknya sendiri.
"Gimana ayah Zergan?" Goda Arjuna.
"Gue gak peduli," ucap Zergan.
"Ah yang bener? Bohongnya keliat banget. Punya hobi sama juga gak sulit kali, Zer. Dia tertarik sama lo, masa di sia-siain gitu," ujar Arjuna.
Zergan rasa Arjuna ini memang sangat suka ikut campur urusan orang. Bisa dilihat salah satu buktinya, yaitu melibatkan Syanza dan membawanya saat Pangeran beres balapan. Sekarang bagian dirinya yang kena jebakan itu.
"Dia bukan tertarik sama si Zergan kali, bisa jadi ke gambarnya," timpal Jarrel.
Zergan bangga pada lelaki itu, masih ada yang memihaknya ternyata.
Arjuna menunduk melihat Jarrel yang fokus pada layar HP itu, kemudian mengganggu kelincahan tangan Jarrel.
"Ah heh monyet. Arghh, sial Juna bangsat!" Emosi Jarrel berhasil kepancing oleh kelakuan Arjuna.
"Pintu keluar di sebelah sana, silakan untuk angkat kaki," titah Pangeran dengan nada beratnya.
Glek
Ketua mode serius membuat mereka mati kutu.
"Eungh."
Lenguhan Syanza menjadi atensi mereka.
Pangeran yang tidak jauh dari sang kekasih, lantas memegang tangan Syanza dan mengelus sayang kepala gadis itu, menyalurkan rasa aman dan nyaman. Hingga Syanza kembali tertidur dengan damai.
Pangeran menatap tajam keempat kawannya itu.
Jarrel dan Cakra cengengesan. Arjuna mengalihkan pandangannya dan bersiul kecil. Sedangkan Zergan sudah berdiri.
"Gue balik, Ran. Adek gue nyariin," ucap Zergan.
"Aduh si paling sayang adek," goda Cakra.
"Andai adek lo cewek, Zer. Mungkin gue embat, pasti cakep orang abangnya juga cakep," papar Jarrel seraya embel-embel memuji Zergan untuk mendapat restu, tapi sayang lelaki itu punya adek lelaki dan masih TK.
"Kalau adapun, mana mungkin si Zergan kasih, bego. Udah ah lo bangun, gue mau balik, ngantuk," timpal Arjuna menggeser kepala Jarrel untuk menyingkir.
Cakra dan Jarrel menyudahi game online mereka dan menyusur Zergan untuk pulang. Sedangkan Arjuna menghampiri dulu Pangeran, lebih tepatnya ingin melihat Syanza.
"Ngapain lo?" Tanya Pangeran dengan tatapan waspada.
"Cantik ya, bos," ucap Arjuna tersenyum menatap Syanza. Detik berikutnya ia kabur seraya tertawa kecil karena tahu Pangeran akan memukulnya.
Pangeran menggeram kesal. "Gue bunuh juga lo, Juna!"