Pengantin Pesanan

Louis tersenyum tipis melihat interaksi Oma Margaretha dengan Zahira. Dia tidak menyangka wanita itu pandai mengambil hati Oma nya yang super galak dan juga perfect dalam segala hal.

"Pandai sekali mengambil hati Oma, dasar wanita bar-bar." gumam Louis tersenyum tipis memandangi interaksi mereka.

Dimana Oma Margaretha dan Zahira sedang memasak bersama di dapur, bahkan tawa mereka sampai terdengar di ruang tamu saking asyiknya memasak bersama.

Louis masih ingin memperhatikan gerak-gerik Zahira, namun kedatangan Sean membawa laporan membuatnya malas bangkit dari duduknya.

Louis memicingkan matanya melihat laporan yang dibawa Sean, dia langsung paham tanpa Sean menjelaskannya. Hingga dia buru-buru ke ruang kerjanya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi perusahaannya.

"Periksa kembali daftar nama-nama yang sudah ku curigai 6 bulan yang lalu. Aku yakin masalah yang kembali muncul di perusahaan ada kaitannya dengan komplotan mereka" ucap Louis dengan tegasnya, bahkan raut wajahnya tampak serius seolah ingin segera menangkap orang-orang yang berkhianat dibelakangnya.

"Benar tuan. Kecurigaan anda akhir-akhir ini membuat komplotan mereka bermain cukup halus. Namun tetap saja sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan terjatuh pula, karena mereka masih memiliki celah atas penggelapan uang perusahaan. Karena sudah jelas buktinya dan itu memberatkan mereka, uang senilai 500 milliar masih berada di rekening bank luar negeri dan mereka sengaja menyembunyikannya dengan memberi inisial nama W dalam nomor rekeningnya." jelas Sean sambil menunjukkan nama-nama yang sudah dilingkari menjadi penghianat di perusahaan LA Group.

"Matikan karier mereka dan segera jebloskan ke dalam penjara. Aku rasa masalah ini sudah selesai, Sean." ucap Louis dengan tegasnya dan sudah menjadi keputusan akhirnya yang tak bisa ditawar lagi.

"Baik tuan" sahut Sean disertai anggukan kepala. Dia siap menjalankan perintah tuan muda nya.

Begitulah sikap tuan muda nya, keras dan selalu berdiri pada pendiriannya, jika A maka tetap A tak ada yang lainnya. Jika berkhianat dalam perusahaannya, maka jeruji besi tempatnya dan satu lagi akan dimiskinkan.

Tok

Tok

Tok

Konsentrasi keduanya terbuyarkan saat mendengar suara ketukan pintu dari luar ruangannya.

"Tuan..."

"Biar aku saja" ucap Louis yang sudah tahu betul siapa orang yang sedang mengetuk pintu ruangannya. Dia pun bergerak membuka pintu ruangannya.

"Kenapa?" tanya Louis pada wanita cantik yang sudah berstatus sebagai istrinya.

Zahira malah tak menanggapinya, dia lebih memperhatikan isi ruangan yang ditempati oleh Louis, terdapat beberapa alat musik di dalamnya.

Dia bekerja atau bermain musik, aneh. Batin Zahira.

"Hei!, hei Zahira" panggilan kedua Louis langsung menyadarkan lamunan Zahira.

"Aah maaf. Makan malam sudah siap, Oma memintaku untuk memanggilmu" ucap Zahira sambil meremas ujung bajunya.

"Baik, ayo. Oma tidak suka menunggu" ucap Louis lalu berjalan terlebih dahulu.

"Bagaimana dengan anak buah mu?" tanya Zahira mengekor di belakang Louis.

"Sean?" Louis langsung memelankan langkahnya.

"Ya" sahut Zahira.

"Jangan pikirkan, dia tahu batasannya" ucap Louis dan sedikit kesal dengan sikap Zahira yang juga memperhatikan pria lain.

"Lama sekali kalian. Tapi Oma memakluminya, karena kalian pengantin baru" ucap Oma Margaretha di kursinya sambil tertawa kecil.

Louis langsung menarik kursi untuk diduduki Zahira. Padahal dia aslinya cuek terhadap siapa saja.

Dengan ragu Zahira menduduki kursi tersebut, disusul Louis duduk di sampingnya. Zahira benar-benar gerah melihat penampilan suaminya yang seperti Tarzan. Dia ingin sekali mencukur rambut dan jambang Louis hingga habis.

Menurutnya wajah suaminya sangat garang dan begitu menakutkan dengan penampilan seperti itu, persis komplotan penjahat di film-film yang ditontonnya dulu bersama ayahnya. Seketika kedua mata Zahira berkaca-kaca jika teringat kembali ayahnya.

"Zahira, ambilkan makanan untuk suami mu" ucap Oma Margaretha dengan antusiasnya. Sedangkan Zahira hanya diam sambil menundukkan wajahnya.

"Zahira" Louis menyentuh punggung tangannya, membuat Zahira gelagapan dan tersadar dari lamunannya.

"Ah iya" lirih Zahira merasa malu dipandangi Louis.

"Perhatikan sikapmu, Oma meminta mu untuk mengambilkan makanan untukku. Jangan sampai Oma marah." bisik Louis di telinga Zahira sambil mengelus rambut panjang Zahira.

Sial, dia sangat wangi. Batin Louis sambil menelan ludahnya kasar.

Jujur saja, Louis merasa darahnya mendidih setiap kali berdekatan dengan Zahira. Bagaimana tidak, tubuh Zahira sangat seksi walaupun mengenakan pakaian tertutup, tetap saja bagian tertentu tubuhnya terlihat menonjol. Ditambah tubuh Zahira begitu wangi termasuk rambutnya tercium aroma sampo membuat Louis ingin terus berdekatan dengan Zahira.

Zahira dengan cekatan mengambilkan makanan untuk Louis, setelah itu barulah dia mengisi piringnya dengan makanan kesukaannya.

Oma Margaretha tersenyum bahagia melihat pasangan suami istri itu. Dia sangat berharap untuk diberikan umur yang panjang agar bisa melihat cicit nya kelak.

Mereka pun makan bersama-sama dengan penuh khidmat. Bahkan Louis tidak segan-segan minta tambah saking enaknya masakan Zahira. Dan Oma Margaretha tak berhenti memuji Zahira yang ternyata jago memasak.

Selesai makan malam bersama, Oma Margaretha dan Louis kembali mengobrol di ruang keluarga. Sedangkan Zahira sibuk mencuci piring kotor.

"Aku akan berlama-lama di sini." gumam Zahira sambil menghela nafas panjang saat baru saja selesai membersihkan peralatan makan.

Zahira mulai dihadapi perasaan cemas, apalagi dia akan sekamar dengan Louis mulai malam ini. Hal yang tidak-tidak mulai bermunculan di kepalanya, namun dia segera buang jauh-jauh semua itu.

"Zahira, sebaiknya kamu istirahat nak. Louis sudah menunggu mu di kamar." ucap Oma Margaretha menghampirinya. Kebetulan Oma Margaretha ingin mengisi teko nya dengan air hangat.

Zahira terlonjat kaget melihat Oma Margaretha tiba-tiba berada di ruang makan.

"Baik Oma. Dan Oma juga jangan lupa istirahat" ucap Zahira tersenyum hangat.

"Iya cantik" balas Oma Margaretha sambil membawa wadah airnya.

Kini Zahira berdiri di depan pintu kamar yang sangat diyakini itu adalah kamar Louis. Dengan ragu dia pun mengetuk pintu beberapa kali hingga pintu itu terbuka.

Ceklek

"Ayo masuk, apa Oma mengintrogasi mu di bawah?" tanya Louis sembari mempersilahkan Zahira masuk.

"Tidak, kami mengobrol seperlunya saja" jawab Zahira dengan pandangan tertunduk lalu melangkah masuk ke dalam kamar Louis.

Zahira buru-buru mengalihkan pandangannya ke sembarang arah karena tidak sengaja melihat penampilan Louis yang tampak segar dengan handuk terlilit di pinggangnya. Salah satu tangan Louis bergerak mengeringkan jambang nya dengan handuk kecil.

"Sangat jorok" gumam Zahira melirik aksi Louis.

"Oh iya, aku tidur di mana?" tanya Zahira sambil melihat disekelilingnya, namun tak ada jawaban dari Louis. Pasalnya cuma ada satu tempat tidur.

Pandangan Zahira tertuju pada sofa, namun dia menggeleng cepat jika dia harus tidur di sofa itu semalaman dan tidak mungkin juga Louis tidur di sofa itu.

Akhirnya Zahira memutuskan untuk tidur di tempat tidur milik Loius.

"Kita tidur bersama" ucap mereka dengan kompaknya.

Entah apa yang akan terjadi, apakah salah satu dari ucapan mereka menjadi boomerang bagi mereka.

*

*

*

Bersambung....

Jangan lupa tinggalkan jejak 🤗