Pernikahan Arya dan Ranti adalah sebuah ikatan yang dingin tanpa cinta. Sejak awal, Arya terpaksa menikahi Ranti karena keadaan, tetapi hatinya tak pernah bisa mencintai Ranti yang keras kepala dan arogan. Dia selalu ingin mengendalikan Arya, menuntut perhatian, dan tak segan-segan bersikap kasar jika keinginannya tak dipenuhi.
Segalanya berubah ketika Arya bertemu Alice, Gadis belasan tahun yang polos penuh kelembutan. Alice membawa kehangatan yang selama ini tidak pernah Arya rasakan dalam pernikahannya dengan Ranti. Tanpa ragu, Arya menikahi Alice sebagai istri kedua.
Ranti marah besar. Harga dirinya hancur karena Arya lebih memilih gadis muda daripada dirinya. Dengan segala cara, Ranti berusaha menghancurkan hubungan Arya dan Alice. Dia terus menebar fitnah, mempermalukan Alice di depan banyak orang, bahkan berusaha membuat Arya membenci Alice. Akankah Arya dan Alice bisa hidup bahagia? Atau justru Ranti berhasil menghancurkan hubungan Arya dan Alice?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erna BM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 Warisan
Tentu saja Alice dan Arya menoleh ke belakang. Hati mereka masih marah dengan apa yang pernah Ranti lakukan ke Alice. Terlebih Arya, yang sudah Ranti jebloskan dirinya ke penjara.
"Untuk apa kamu disini? Bukankah kita sudah tidak ada urusan lagi? kita sudah cerai saat aku di penjara. Jadi tidak ada alasan untuk kamu ganggu aku dan Alice lagi," ucap Arya geram
Namun mata Ranti memandang Alice dengan seksama. keningnya mengernyit. "Kenapa kulit perempuan itu masih mulus? Apa obat yang Shela dan Dela kasih masih kurang? Kenapa kulitnya tidak luka dengan obat yang aku berikan? Atau jangan-jangan Shela dan Dela gagal memberikan obat itu?" batinnya.
Maka Ranti menarik Shela dan Dela menjauh dari mereka. Shela, Dela! Kenapa Alice kulitnya tidak apa-apa? Kenapa tidak ada luka? kamu gak kasih obat itu yah? ke minuman Alice?"
Dela merenung, mengingat kembali saat itu. Ia menaburkan ke gelas Alice. "Aku kasih kok ma... Aku taburin ke gelas Alice"
Tapi tiba-tiba tangan Ranti menyuruh anak-anaknya diam. "Tunggu" Mata Ranti melihat Devan sedang berlari-larian.
"Anak itu? Berarti anak itu yang meminumnya? Yah ampun... Aku gak bermaksud menyakiti anak itu. kenapa harus dia. Kasihan dia masih kecil. Yang berdosa itu ibunya. Bukan anaknya," ujar Ranti menyesali.
Lalu Ranti menghampiri Arya. "Arya, biarpun kita sudah pisah, tapi anak-anak kita gak ada bekasnya kan? mereka tetap anak-anakmu. Mereka selalu merindukanmu. Dan boleh kan sesekali main kesini?"
"Aku terserah Alice. Kalau dia mengijinkan, silahkan. Bagaimana Alice? Apa kau menginginkan kedua anakku sesering mungkin main kesini?"
"Kalau anak-anak gak apa-apa Mas. Toh mereka masih pada kecil kok"
"Terima kasih yah Alice... " Ujar Arya mengecup kening sang istri.
Sedangkan Ranti yang menyaksikan itu sangat muak menjadikan matanya sakit. Maka ia pergi dari situ sambil menggandeng kedua anaknya, tanpa pamit pada Arya mau pun Alice. "Dasar Lebay!" gerutunya.
Ranti naik ke mobil menuju ke rumah Helena. Terlihat di halaman Helena sedang menyiram bunga. Langsung saja Ranti memeluk Helena sambil menangis. "Helena... Hel... "
"kamu kenapa datang-datang menangis?"
Ranti terus menangis di pundak Helena. "Sekarang Arya dan Alice hidup senang. nyaman. Sepertinya Arya sudah mendapatkan kerjaan yang menjanjikan"
Mata Helena membelalak tak percaya. "Kerja apa dia?"
"Beberapa hari lalu aku ikuti Arya. Sepertinya dia kerja di perusahaan besar," jawab Ranti.
"Kamu tenang saja. Aku akan suruh Mike kerja sama dengan perusahaan itu untuk pecat Arya," ucap Helena memberi keyakinan pada Ranti.
"Benar kah?"
"Sejak kapan aku bohong," jawab Helena.
"Terima kasih besty" tangan Ranti memeluk Helena.
"Ranti... Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu"
"Apa?" tanya Ranti.
"Hmmm... Sebaiknya kita tunggu Mike pulang. Sebentar lagi juga pulang. Apa salahnya kalau kau sekarang bantu-bantu aku masak. buat makan malam kita"
Ranti tersenyum. "Pasti aku bantu. Ayo... "
Drrrrt Drrrrt Drrrrt
Helena mengangkat ponselnya yang berdering. Tertulis nama Mike.
"Halo," jawab Helena.
"Hel... Aku ada di cofee Sejiwa. Tolong Kamu ajak Ranti kesini. Aku mau bicara"
"Oke Mike. Kami kesana sekarang"
Secepatnya Helena ajak Ranti ke cafee yang di tuju.
Di dalam sebuah kafe yang tidak terlalu ramai, Ranti duduk di salah satu sudut dengan secangkir kopi di depannya. Tangannya menggenggam gelas itu dengan erat, seolah tengah menahan perasaannya. Di hadapannya, Mike, kakak Arya, duduk dengan wajah serius.
"Kita harus bicara soal sesuatu yang penting," kata Mike dengan nada datar, tapi penuh tekanan.
Ranti mengangguk, sudah bisa menebak bahwa ini bukan sekadar pertemuan biasa. "Ada apa?" tanyanya, menatap Mike dengan penuh selidik.
Mike menarik napas dalam sebelum akhirnya berkata, "Rumah warisan orang tua kami… akan segera dijual."
Ranti terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata itu. “"Dijual?" gumamnya, sedikit terkejut. "Kenapa? Bukankah itu rumah keluarga?"
Mike menyandarkan punggungnya ke kursi, ekspresinya tetap tenang. “Keadaannya sudah berbeda, Ranti. Perusahaan keluarga juga akan dijual. Setelah semua ini selesai, aku dan Helena akan pindah ke Amerika.”
Ranti mengerutkan kening. "Kau serius?"
Mike mengangguk. "Sangat serius."
Ranti menyesap kopinya perlahan, berusaha menenangkan pikirannya. Keputusan ini terlalu mendadak baginya. "Tapi… bagaimana dengan Arya?" tanyanya akhirnya.
Di sinilah pembicaraan semakin serius. Mike menatap Ranti dengan tajam. "Itu sebabnya aku ingin bertemu denganmu. Arya tidak boleh tahu soal ini."
Ranti terkejut. "Kenapa?"
Mike menghela napas. "Arya tidak mendapatkan hak waris rumah itu… Bukan untuknya."
Ranti mengerutkan alis. "Kalau bukan untuknya, lalu untuk siapa?"
Mike tersenyum tipis. "Untuk anak-anakmu."
Kali ini, Ranti benar-benar terkejut. Ia menatap Mike dengan tatapan tak percaya.
"Anak-anakku? Maksudmu… rumah itu akan kau bagi dan menjadi hak milik mereka?"
"Karena Arya tidak Pantas mendapatkan hak Waris" jawab Mike.
Ranti merasakan campuran perasaan di dalam dirinya. Di satu sisi, ini kabar baik. Anak-anaknya akan mendapatkan warisan berharga. Tapi di sisi lain, ini berarti Arya tidak akan mendapatkan apa pun. "Biar saja. Dapatkan Alice saja sana," gumamnya.
"Arya pasti akan marah kalau mengetahuinya," gumam Ranti.
"Karena itu, dia tidak boleh tahu," ujar Mike tegas. "Aku tahu ini sulit, tapi aku tidak ingin ada konflik yang tidak perlu. Arya pasti akan menuntut haknya. Walau pun ia memang harusnya dapat hak warisan. Tapi Karena ia menikah dengan wanita itu, jadi hak waris jatuh ke anak-anakmu"
Ranti masih belum bisa sepenuhnya menerima keputusan ini. "Tapi, bagaimana kalau dia mengetahuinya sendiri? Kau tahu? Arya, dia bukan orang yang mudah dibohongi."
Mike menatapnya dengan serius. "Kita harus menjaga rahasia ini sebaik mungkin. Kalau perlu, kita buat semuanya tampak seperti keputusan bisnis biasa. Biar Arya merasakan hidup bersama Alice. Karena Alice lebih penting dari pada harta."
Ranti menghela napas berat. Ia tahu ini bukan keputusan yang mudah, tapi di sisi lain, ia juga ingin melindungi anak-anaknya.
"Kau yakin ini keputusan terbaik?" tanyanya pelan.
Mike mengangguk. "Sangat yakin. Aku sudah mempertimbangkannya matang-matang. Aku hanya ingin memastikan kau tidak memberi tahu Arya."
Ranti menatap Mike dengan berbagai pertanyaan yang masih berputar di kepalanya. Tapi satu hal yang pasti, ini akan menjadi rahasia besar yang harus ia simpan selamanya.
Dan ia tidak tahu apakah ia benar-benar siap untuk itu. Namun demi harta yang besar, yang akan jadi miliknya. Ia harus siap.
Bibirnya tersenyum puas. "Aku akan menyuruh Shela dan Dela sering-sering main ke Arya. Supaya mereka tidak akan leluasa," batinnya.
"Kalau begitu aku pulang dulu," Ranti pamit dengan kedua anaknya.
Sesampai di rumah, Ranti menyuruh kedua anaknya tidur. "Kamu berdua tidur dulu yah. Mama mau pergi sebentar" kata Ranti sambil meraih ponselnya menelpon Andi. Karena kabar gembira ini, Andi harus tahu, pikirnya.