Rainero yang tampan dan kaya memiliki pesona bagi para wanita, semua yang ada disekelilingnya dapat diatur olehnya dan mengikuti jejaknya.
Namun kehidupan sempurnanya ternodai oleh diagnosasi kemandulan. Dia ditinggalkan oleh calon istrinya, dia menjadi lelaki yang mempermainkan berbagai wanita.
Suatu hari, sebuah malam penuh gairah yang dia lewatkan dengan sekretarisnya Shenina, memunculkan perubahan kedua dalam kehidupannya-- Shenina hamil.
Shenina cantik, cerdas dan baik hati, Rainero tidak bisa mengendalikan hatinya yang terus memperhatikan dia.
Namun Rainero yang mandul bagaimana bisa membuat orang hamil ? Dia mengusirnya dengan marah.
Kebenaran terungkap ...
Shenina sedang mengandung anaknya...
Rainero menjadi gila, namun wanita yang dicintainya menghilang tanpa jejak.
Akankah mereka bertemu kembali ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BSC 23
"Kau ... "
"Kamu ... "
Seru keduanya secara bersamaan.
Jessica yang melihat wajah tampan rupawan Rainero yang tiba-tiba telah berdiri di hadapannya pun seketika berbinar. Ia menepikan rambutnya ke samping telinga seraya tersenyum manis.
'Astaga, si tampan kok tiba-tiba ada di sini? Apa jangan-jangan semalam dia pura-pura aja nolak aku padahal nyatanya sebenarnya ia justru tertarik. Ah, si tampan ... akhirnya aku bisa dapetin cowok sekelas CEO,' batinnya percaya diri.
"Hai tampan, senang melihatmu di sini?" ucap Jessica seraya menggigit bibirnya dengan gestur menggoda.
Rainero justru berdecih melihat tingkah Jessica yang menurutnya memuakkan.
"Hmmmppp ... "
Seketika Rainero mual saat aroma parfum Jessica yang benar-benar berlebihan masuk ke indra penciumannya.
Rainero lantas mundur dua langkah menjaga jarak dari Jessica.
"Kenapa menjauh?" Jessica hendak mendekat, tapi Rainero lebih dahulu mencegah.
"Stop!!!" serunya lantang. "Tetap di sana dan jangan mendekat,," titahnya dengan telapak tangan mengarah ke depan.
Jessica bingung, tapi ia menurut saja.
"Panggil Shenina. Saya ingin bicara dengannya," tukas Rainero to the point sambil menutup hidung dengan menjepit cupingnya.
Jessica hendak mengumpat, tapi ia urungkan. Ia tak mau Rainero seketika ilfil dengan dirinya.
"Shenina," beo Jessica memasang wajah polos.
"Cepat panggilkan saja Shenina, Bitc h!" ketus Rainero dengan sorot mata tajam.
Jessica memberengut masam, "apa katamu?" Geram Jessica sambil melotot tajam.
"Apa? Mau aku ulangi? B I T C H, Bitc h? Lagi?" Rainero mengeja setiap huruf sambil tersenyum menyeringai. Matanya memicing tajam membuat Jessica bergidik ngeri.
"Shen ... Shenina, dia sudah diusir dari rumah ini! Perempuan tak tahu diri dan murahan itu sudah diusir. Untuk apa lagi kau mencarinya tuan? Apalagi dia sedang hamil entah anak siapa. Benar-benar menjijikan," ucap Jessica memasang ekspresi jijik membuat Rainero mengepalkan tangannya.
"Apa katamu?"
"Memangnya kau mau apa mencarinya tuan? Apakah dia telah membuat masalah padamu? Jangan-jangan dia telah menipumu kemudian kabur? Iya?"
"Tutup mulutmu, brengsekkk, sebelum aku sobek mulut lancangmu itu! Jangan pernah menjelek-jelekkan Shenina kalau kau tak mau aku benar-benar menyobek mulutmu dan melemparkanmu ke dalam kolam alligator peliharaanku!" desis Rainero dengan jari telunjuk mengacung tepat ke depan wajah Jessica yang telah membulatkan matanya.
"Kau ... memangnya kau siapa, hah? Kenapa kau marah? Aku hanya mengatakan faktanya." Jessica tak mau merasa terintimidasi. Ia tak rela kembali dikalahkan Shenina. Ia kesal kenapa laki-laki tampan itu justru mencari Shenina dan marah besar saat ia menjelekkannya.
"Kau ingin tahu siapa aku? Aku beritahu padamu, aku ... Rainero Sanches, calon suami dari Shenina. Ingat itu!" ucap Rainero lantang.
Setelah mengucapkan itu, Rainero pun segera berlalu dari rumah itu. Ia membanting keras pintu mobilnya. Entah kenapa ia tidak terima saat ada yang menjelek-jelekkan Shenina. Dadanya bergemuruh begitu saja. Andai Jessica bukan seorang perempuan, Rainero takkan segan-segan menghajar wajah Jessica untuk melampiaskan kekesalannya.
Rainero menoleh ke arah rumah dia lantai tersebut. Tak ada tanda-tanda keberadaan Shenina. Ia lantas melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi menuju ke kantor.
...***...
"Bagaimana? Kau ketemu dengan Shenina?" Melihat kepulangan Rainero, Axton pun segera mencecar laki-laki itu dengan pertanyaan.
Rainero menghempaskan tubuhnya di sofa ruang kerjanya. Ia menghela nafas panjang kemudian menggeleng.
"Tidak? Apa dia sedang tidak ada di rumah?"
"Bukan, tapi dia telah diusir dari rumah."
"Apa? Bagaimana bisa?"
"Aku pun tak tahu," desah Rainero. "Ton, coba minta orang cari tahu untuk memastikan apa benar Shenina telah diusir. Bila benar, cari tahu, sejak kapan dia diusir."
"Baiklah. Aku akan minta seseorang mencari tahu secepatnya."
Axton pun segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Setelah beberapa saat, ia pun kembali duduk berhadapan dengan Rainero yang tampak memejamkan matanya.
"Sudah," lapornya sambil menyimpan ponsel di atas meja.
"Kau tau Ton, di rumah itu tadi aku bertemu perempuan yang saat malam di club malam berusaha menggodaku. Cih, dasar menjijikkan. Dia bahkan terang-terangan menghina Shenina dan merendahkannya. Aku penasaran, siapa dia? Apa mungkin saudara Shenina? Tapi ... wajahnya tidak mirip. Lagipula kalau mereka bersaudara, mengapa ia justru menghina Shenina seperti itu. Sepertinya kehidupan Shenina cukup rumit. Minta orang juga untuk cari tahu tentang keluarga itu," ujarnya memberi perintah dengan tangan sambil mengusap dagunya yang tampak kasar karena ditumbuhi bulu-bulu.
"Baiklah. Kau tenang saja. Aku akan meminta orang-orang kita mencari tahu. "
Rainero pun menganggukkan kepalanya.
"Ton, coba Carikan aku lemon!"
"Hah, lemon? Untuk?" tanya Axton penasaran.
"Entahlah, aku rasanya ingin sekali mengunyah lemon," ucap Rainero seraya menelan ludahnya sendiri. Ia membayangkan mengunyah buah yang rasanya sangat asam itu dengan begitu nikmat.
"Jangan aneh-aneh, Rain! Pekerjaan ku masih banyak," dengus Axton kesal.
"Ayolah, Ton, aku sangat menginginkannya. Please!!!" Melas Rainero membuat Axton melotot tajam. Si laki-laki pemarah dan garang ini tiba-tiba saja memasang wajah memelas seperti anak kecil yang memohon dibelikan mainan dengan ayahnya, bagaimana Axton tidak sampai melongo melihatnya.
"Tidak. Kau bisa minta office boy membelinya di supermarket. Kalau aku, no way." Axton tetap kekeh menolak.
"Tapi aku maunya kau yang membelikannya. Ayolah!" Rainero terus memohon agar Axton mau membelikan lemon yang ia inginkan.
"Sekali tidak, tetap tidak." Axton pun gegas berdiri dan hendak pergi dari hadapan Rainero. Seumur hidupnya, ia tidak pernah mampir ke supermarket, lalu tiba-tiba saja Rainero memintanya membelikan lemon yang memang hanya ada di supermarket, tentu saja ia menolak dengan keras.
"Okay, baiklah. Silahkan pergi, tapi jangan menangis kalau Kimberly kesayanganmu jadi santapan Albert," ancam Rainero membuat langkah Axton seketika berhenti. Ia membalikkan badannya menatap Rainero dengan jengah. Bagaimana tidak, Rainero mengancam akan menjadikan Kimberly, kelinci kesayangannya santapan Albert, Alligator peliharaan laki-laki itu.
Ya, mereka memang memiliki kegemaran yang sama yaitu memelihara hewan. Tapi jenis hewan peliharaan mereka berbeda. Bila Rainero senang memelihara hewan buas seperti alligator, harimau, anjing herder, dan lain-lain, maka ia gemar memelihara hewan-hewan yang lucu dan menggemaskan seperti kelinci, kucing, dan hamster.
Hewan-hewan itu dipelihara di mansion Rainero. Semenjak berpisah dengan Delianza, ia jarang mengunjungi mansion miliknya. Rainero membayar orang khusus untuk mengurus hewan-hewan peliharaannya. Axton juga ikut menitipkan hewan-hewan kesayangannya di sana sebab ia tidak memiliki banyak waktu untuk memperhatikan hewan-hewan kesayangannya itu. Tapi setiap pulang bekerja, ia selalu menyempatkan melihat keadaan mereka.
Axton mendengus kasar. Matanya melotot seakan hendak lompat dari rongganya, "kau mengancam ku?"
"Kalau iya, kenapa?" jawab Rainero santai.
"Brengsekkk! Ya, ya, ya, baik, baiklah. Aku belikan. Baik. Kau puas!" Axton memekik dengan tangan terkepal.
"Hahahah ... tentu saja, aku benar-benar puas. Kau memang sahabat terbaikku." Rainero menyeringai puas. Melihat ekspresi Rainero, membuat Axton mendengkus kemudian segera pergi sambil terus mengumpati sikap Rainero yang selalu saja semena-mena terhadapnya.
Tapi anehnya, ia tidak pernah bisa menolak perintah Rainero. Meskipun sebenarnya bisa saja ia menolak, tapi entah kenapa ujung-ujungnya selalu ia kerjakan walaupun dengan setengah hati.
"Dasar, sahabat apa itu? Sahabat brengsekkk. Awas saja kalau terjadi apa-apa pada Kimberly, aku pasti akan mencekikmu."
Axton terus saja mengomel sepanjang jalan menuju mobilnya. Karyawan di perusahaan itu tampak memperhatikan Axton yang terus mengomel. Pemandangan itu tampak biasa, apalagi penyebab laki-laki itu mengomel kalau bukan bos besar mereka sendiri.
...***...
...HAPPY READING 🥰🥰🥰...
Ambar ..
Jesica adalah cerminmu.
tunggu karmamu..