NovelToon NovelToon
Gadis Desa Vs Pewaris Sultan

Gadis Desa Vs Pewaris Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Anak Yatim Piatu / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:11.2k
Nilai: 5
Nama Author: I Wayan Adi Sudiatmika

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hutan, hiduplah Kirana, gadis cantik, cerdas, dan mahir bela diri. Suatu hari, ia menemukan seorang pemuda terluka di tepi sungai dan membawanya ke rumah Kakek Sapto, sang guru silat.


Pemuda itu adalah Satria Nugroho, pewaris keluarga pengusaha ternama di Jakarta yang menjadi target kejahatan. Dalam perawatan Kirana, benih cinta mulai tumbuh di antara mereka. Namun, setelah sembuh, Satria kembali ke Jakarta, meninggalkan kenangan di hati Kirana.


Bertahun-tahun kemudian, Kirana merantau ke Jakarta dan tak disangka bertemu kembali dengan Satria yang kini sudah dijodohkan demi bisnis keluarganya. Akankah mereka bisa memperjuangkan cinta mereka, atau justru takdir berkata lain?


Sebuah kisah takdir, perjuangan, dan cinta yang diuji oleh waktu, hadir dalam novel ini! ❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon I Wayan Adi Sudiatmika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26: Terluka Parah

Kirana terus memapah pemuda itu dengan susah payah. Setiap langkah terasa seperti menarik beban yang tak terkira. Napasnya tersengal-sengal dan keringat bercampur dengan air hujan membasahi wajahnya. Tubuhnya gemetar tapi tekadnya tidak goyah. "Tahan ya… Kita hampir sampai…," bisiknya pada pemuda itu meski sebenarnya dia sendiri hampir kehabisan tenaga. Suaranya lembut dan penuh usaha untuk menenangkan meski hatinya dipenuhi kecemasan.

Pemuda itu hanya mengerang pelan dan tangannya menggenggam erat bahu Kirana. "Siapa... siapa kamu?" suaranya parau hampir tak terdengar di tengah deru angin dan rintik hujan. Pandangannya kabur seperti ada kabut di depan matanya. Pemuda itu menyeret langkahnya dibimbing oleh Kirana yang terus memapah pemuda itu dengan susah payah.

"Aku Kirana… Kamu terluka parah… jadi jangan banyak bicara oke…?" jawab Kirana mencoba meyakinkannya. Matanya terus memandang ke depan dan mencari penampakan pondok Kakek Sapto. "Kita hampir sampai… Kamu akan baik-baik saja..."

Pemuda itu mengangguk lemah tapi Kirana bisa merasakan tubuhnya semakin lemas. "Aku... aku tidak tahu harus bagaimana berterima kasih," bisiknya dengan suara hampir hilang tertelan suara hujan.

"Jangan bicara dulu… Fokus pada kondisimu…," ujar Kirana mencoba menenangkannya. Di dalam hati ia berdoa agar mereka bisa sampai secepatnya. Setiap langkah terasa seperti perjuangan hidup dan mati.

Akhirnya setelah perjuangan yang terasa seperti berjam-jam, Kirana berhasil mencapai pondok Kakek Sapto. Cahaya lampu minyak dari dalam pondok menerangi halaman depan dan memberikan sedikit kehangatan di tengah malam yang dingin. Kirana hampir menangis lega melihat cahaya itu. "Kita sampai…," bisiknya dengan suara gemetar.

Kakek Sapto yang baru saja datang dari halaman belakang terkejut melihat Kirana memapah seorang pemuda yang terlihat lemah dan terluka parah. Darah mengotori pakaian pemuda itu dan wajahnya pucat seperti kapas. "Kirana! Apa yang terjadi?" tanya Kakek Sapto dengan suara penuh kekhawatiran sambil bergegas mendekat.

"Kakek… tolong... dia terluka parah. Kirana menemukannya di hutan...,” jawab Kirana dengan napas masih tersengal-sengal. “Ada orang-orang yang mencoba membunuhnya…,” lanjutnya dengan mata memancarkan kepanikan dan kelelahan.

Kakek Sapto segera mengambil alih dan membantu Kirana membawa pemuda itu ke dalam pondok. "Bawa dia ke dalam. Cepat!" perintahnya dengan suara tegas namun penuh kepedulian.

Mereka berdua membaringkan pemuda itu di atas tempat tidur sederhana yang hanya beralaskan kasur tipis di dalam pondok. Kakek Sapto segera memeriksa lukanya dan wajahnya tampak sangat serius. "Dia terluka sangat parah. Kita harus membersihkan luka-lukanya dulu…," ujarnya sambil mengambil kain bersih dan air hangat.

Kirana berdiri di samping dan tangannya masih gemetar. "Apa yang bisa aku lakukan Kek…?" tanyanya dengan suara seperti meringis melihat luka-luka yang diderita pemuda itu.

"Ambil kotak P3K di lemari… dan siapkan air panas," jawab Kakek Sapto tanpa menoleh dengan fokus sepenuhnya pada pemuda yang terluka.

Kirana segera melaksanakan perintah itu dengan berlari ke dapur kecil untuk merebus air. Hatinya berdebar-debar tapi ia mencoba tetap tenang. "Dia harus selamat…," bisiknya pada diri sendiri sambil menunggu air mendidih.

Setelah beberapa menit… Kirana kembali ke ruangan dengan air mendidih dan kotak P3K. Kakek Sapto sudah membersihkan luka di kepala pemuda itu dan sedang mencoba menghentikan pendarahan. "Kirana… pegang ini…!" ujarnya sambil memberikan kain bersih pada Kirana. "Tekan kuat-kuat di sini. Jangan lepaskan."

Kirana mengangguk dan tangannya menekan kain itu dengan kuat. Ia bisa merasakan darah yang masih merembes tapi ia mencoba tidak panik. "Kamu akan baik-baik saja…," bisiknya pada pemuda itu meski dia sendiri tidak yakin.

Pemuda itu mengerang pelan dan matanya setengah terbuka. "Terima... terima kasih," ujarnya dengan suara hampir tak terdengar.

"Jangan bicara dulu…," ujar Kirana lagi dan mencoba menenangkannya. Matanya memandang Kakek Sapto seperti mencari petunjuk lebih lanjut.

Kakek Sapto mengangguk dengan wajah masih serius sehingga garis-garis kerutan di dahinya semakin dalam. Matanya menatap pemuda yang terbaring lemah di dipan. Napasnya tersengal-sengal dan wajahnya pucat seperti kapas. "Kita harus membawanya ke rumah sakit," katanya dengan suara berat penuh kekhawatiran. "Tapi malam ini hujan deras dan jalanan licin. Kakek tidak yakin kita bisa membawanya dengan aman. Risikonya terlalu besar."

Kirana menatap Kakek Sapto dengan mata berkaca-kaca. Hatinya berdebar kencang seperti drum yang dipukul tak beraturan. Dia melihat pemuda itu sekali lagi. Darah masih merembes dari luka-lukanya meski sudah dibalut seadanya. "Kirana akan pergi ke ibu kota kecamatan… di sana ada sepertinya ada praktek dokter Kek…," katanya tiba-tiba dengan suaranya tegas meski gemetar. "Kirana akan cari dokter. Dia tidak bisa menunggu lebih lama Kek..."

Kakek Sapto menghela napas panjang dan tangannya mengusap wajah yang lelah. "Ini malam hari Kirana… Jalanan licin dan gelap. Kau yakin bisa? Ini sangat berbahaya."

Kirana menggigit bibirnya dan mencoba menahan air mata yang ingin jatuh. Dia tahu betapa berisikonya perjalanan itu tapi dia juga tahu bahwa pemuda itu tidak punya waktu. "Tidak ada pilihan lain Kek…," jawabnya dengan suara pelan tapi penuh tekad. "Dia tidak akan bertahan jika kita tidak melakukan sesuatu. Kirana tidak bisa hanya duduk di sini dan menunggu."

Kakek Sapto memandang Kirana dengan tatapan yang dalam seperti mencoba membaca jiwa cucunya. Ada kebanggaan di matanya tapi juga kekhawatiran yang tak terucap. "Baiklah…," akhirnya dia mengalah. "Tapi kamu harus berhati-hati Nak... Kakek akan merawatnya sementara kau pergi."

Kirana mengangguk dan tangannya menggenggam tangan Kakek Sapto. "Kirana akan segera kembali Kek... Tolong jaga dia…"

Kakek Sapto mengangguk lalu menepuk pundak Kirana dengan lembut. "Pergilah Nak… Kakek percaya padamu."

Dengan hati yang berdebar lalu Kirana bergegas keluar pondok. Hujan masih turun deras membasahi rambut dan pakaiannya. Dinginnya angin malam menusuk tulang tapi Kirana tidak peduli. Kirana segera menaiki motornya. Dengan tangan gemetar karena dingin lalu Kirana menghidupkan mesin yang menderu di tengah sunyi malam. Kilatan petir di langit sesekali menerangi jalanan yang tertutup kabut tipis. Kirana mengencangkan genggamannya pada setang dan melaju perlahan dan berusaha tetap seimbang di jalan yang licin.

Angin menerpa wajahnya dan membawa butiran hujan yang menyakitkan kulit tetapi ia terus maju. Setiap kelokan di jalan yang gelap seakan menantangnya tetapi pikirannya hanya tertuju pada satu hal yaitu ‘mendapatkan pertolongan’. "Tunggu sebentar lagi… aku akan kembali dengan bantuan," gumamnya lirih seperti berbicara kepada orang yang tengah berjuang di pondok.

Tak lama kemudian... cahaya dari rumah dokter tampak di kejauhan. Kirana mempercepat laju motornya dan berharap dokter masih terjaga. Ia hampir tak bisa menahan lega ketika melihat lampu teras masih menyala. Dengan cepat ia memarkir motor di depan rumah dan berlari ke pintu dan mengetuknya dengan cemas.

"Dokter! Tolong… ini darurat!" suaranya sedikit serak antara kelelahan dan ketegangan.

Beberapa detik yang terasa begitu lama berlalu sebelum pintu terbuka. Seorang pria paruh baya muncul dengan mengenakan sweater tebal dan celana panjang. Matanya yang lelah segera berubah penuh perhatian begitu melihat wajah panik Kirana.

"Nak…? Ada apa…?" tanyanya dengan suara tenang tapi penuh rasa ingin tahu.

Kirana menarik napas dalam dan mencoba mengatur ucapannya yang terburu-buru. "Dokter… tolong ikut saya! Ada seseorang yang terluka di rumah… dia butuh bantuan segera!"

Dokter itu menatapnya sesaat lalu tanpa ragu mengangguk. "Baik… tunggu sebentar… saya akan mengambil peralatan dulu. Kebetulan tidak ada pasien malam ini."

Kirana mengangguk cepat… sementara dokter masuk ke dalam dan kembali dengan tas medisnya. Tanpa banyak bicara lagi mereka segera naik ke motor. Kirana membonceng dokter itu. Hujan masih rintik-rintik tidak sederas tadi. Kirana memacu kendaraan kembali ke pondok dan kali ini dengan perasaan sedikit lebih lega. 

----

Bagaimana nasib pemuda itu…? Apakah bisa diselamatkan…? Kita tunggu kisahnya pada bab berikutnya.

1
Abu Abdullah
hahahaha kenapa di episode ini endingnya konyol.
bukankah SDH ajarkan beladiri bertahun2 kenapa kok Thor abaikan tentang kecerdasan si cewek.
Abu Abdullah
aku baca serius banget
cuma kok pingsannya sampai 3 hari ?
gimana pelajaran beladiri yg bertahun tahun apa guna
Atik R@hma
Alhamdulillah, semangat Kirana 💪🤣
Sitidesydesy Desy
lakutaannya kpn ini ka
Adi Sudiatmika: Sabar Kak... sedang proses...
total 1 replies
Atik R@hma
semoga penghianatbya bkn alex🤔🤔
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin ya
total 1 replies
Atik R@hma
pertemuan pertama, 😚😚
Atik R@hma
ok ka,,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!