Mendapatkan ancaman tentang aib keluarga yang akan terkuak membuat Leon terpaksa menerima untuk menikah dengan Moira. Gadis bisu yang selama ini selalu disembunyikan oleh keluarga besarnya.
Menurut Leon alasannya menikahi Moira karna sangat mudah untuk ia kendalikan. Tanpa tahu sebenarnya karena sering bersama membuat Leon sedikit tertarik dengan Moira.
Lalu, bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka? Apakah Moira yang bisu bisa memenangkan hati Leon?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
Leon masih menatap bingung piring kosong yang ia pegang, kalau harus keluar dulu untuk membeli makanan pasti akan memakan waktu lama. Disaat Leon mengambil ponselnya untuk memesan makanan online malah tiba-tiba saja Moira muncul di sampingnya.
"Astaga, kau membuatku terkejut!" Leon kesal, ia menatap tidak suka Moira yang tiba-tiba saja di sampingnya.
Langkah wanita itu tanpa suara, berjalan tenang padahal rumah mereka sangat sepi. Tapi, langkah kaki Moira memang tidak terdengar oleh Leon tadi. Mata Leon menuju kedua kaki Moira yang ternyata memakai sendal biasa tidak bertumit, pantas saja tidak bersuara.
"Apa ini?" Tanya Leon di saat Moira menaruh nasi goreng di piringnya. "Kau memberikan sisa makananmu padaku?" Leon kesal, menatap penuh menyelidiki Moira dengan tangan berkacak pinggang.
Moira menggelengkan kepalanya cepat, ia menggunakan tangannya seolah menjelaskan sesuatu dari sana. "Sudah aku katakan, aku tidak bisa bahasa isyarat." Ucap Leon, ia memutarkan bola matanya malas karna kesal dengan Moira bahkan menjauhkan piring tersebut.
Tangan Moira memegang tangan Leon, tidak takut atau segan sama sekali. Wanita itu mengambil ponsel Leon untuk mengetik sesuatu, anehnya Leon tetap sabar menunggu sang istri mengetik tentang apa yang ingin ia katakan.
"Itu tidak sisaku, aku memang sengaja memasak untukmu tadi."
Leon menatap Moira datar saja, sepertinya Moira masih ingin mengatakan sesuatu. Menunggu Moira mengetik jari-jemari Leon mengetuk meja makan, tatapan mata masih mengarah pada Moira yang sibuk mengetik sesuatu.
"Makanlah, aku akan pura-pura lupa hari ini jika kau menjilat ludah sendiri. Aku sangat bisa menepati janji.."
Tangan Moira meraih tangan Leon, meletakkan ponsel tersebut ditelapak tangan lalu melangkah pergi. Leon seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Moira barusan, ia menyuruh Moira untuk kembali duduk.
"Duduk!" Perintahnya, ia ingin memberi peraturan serius kali ini.
"Heih apa lagi.." Terdengar jelas di telinga Leon jika Moira mengeluh karna harus menghadapi Leon. Dengan bibir cemberut Moira duduk di bangku berhadapan dengan Leon yang tengah makan. Meskipun tidak ada yang Moira bisa katakan atau bahkan tuliskan tapi Leon dapat merasakan jika wanita itu kesal.
"Mulai sekarang kalau dirumah kau harus memakai sendal yang bertumit, agar aku tahu jika kau datang. Setidaknya suara langkah kakimu bisa membuatku tahu jika kau ada di rumah ini." Ucap Leon menjelaskan maksudnya, meskipun ia sedikit ragu mau memberikan peraturan itu.
Moira bingung sebenarnya, merepotkan sekali jika hanya didalam rumah harus memakai sendal atau flatshoes yang bertumit.
"Karna aku menikahi wanita bisu, patuhilah peraturan ini. Ada peraturan ini karna kesalahan mu yang tidak bisa bicara, bukankah begitu?" Tanyanya sambil terus memakan habis nasi goreng pemberian Moira.
Moira mengangguk saja sebagai tanda setuju, ia memandang ke arah jendela yang menuju halaman samping. Ternyata semua tetap saja, bahkan dirumah suami sendiri saja tetap ada peraturan aneh yang harus Moira patuhi.
"Kau juga boleh keluar rumah tapi harus pulang sebelum aku, meskipun pernikahan kita tidak berdasarkan apapun tetap saja kau harus mematuhi aku sebagai suami." Sungguh tegas Leon mengatakan itu, ia menyerahkan piring sisa makannya kepada Moira lalu pergi begitu saja.
Pada akhirnya Moira hanya menatap bangku kosong, rumah besar yang ternyata sangat menyesakkan.
"Sebenarnya hal apa yang membuatku lahir didunia ini, dari lahir bahkan sampai menikah aku harus terus bersembunyi. Kenapa nasibku seburuk ini?" Susah payah Moira menahan air matanya yang akan jatuh.
•
•
Moira pergi ke Kampus tanpa diantar Leon, jangankan untuk diantar bahkan saat bangun tidur Moira sudah tidak melihat pria itu lagi. Rika mengatakan jika Leon sudah pergi bekerja pagi-pagi sekali, pada akhirnya Moira sarapan seorang diri tanpa ditemani siapapun.
Langkah kaki Moira menuju ruang kampus, ia ingin menumpahkan rasa kesal dihati dengan belajar dan belajar.
"Moi, kamu udah nemu Perusahaan untuk magang?" Tanya Intan teman baik Moira, teman dekat yang tidak tahu seperti apa identitas Moira yang sebenarnya.
"Belum, aku juga masih mencari Perusahaan yang bisa menerima aku yang tidak bisa bicara." Moira menjawab dengan bahasa isyarat, Intan mengerti apa yang ia katakan.
Memang penghalang besar bagi Moira untuk bekerja adalah Perusahaan mana yang bisa menerima karyawan yang tidak bisa bicara. Sangat sulit didapatkan untuk di kota besar seperti Jakarta, tapi Moira tidak menyerah untuk mencari.
"Aku yakin pasti kau akan menemukan Kampus tersebut, percaya padaku." Intan menenangkan, ia menghela napas berat merasa sedih dengan hal yang dialami Moira.
Moira mengangguk mantap kepada Intan sembari tersenyum, ia mengambil buku materi hari ini dan juga buku kecilnya untuk berkomunikasi. Tiba-tiba saja Intan memegang tangan Moira, dari ekspresi wajahnya seperti orang yang habis ingat sesuatu yang penting.
"Aku lupa, Kakakku bekerja di Perusahaan besar. Dia sebagai HRD, siapa tahu bisa membantu kita magang di Perusahaannya bekerja." Ucap Intan, ia sangat bahagia bisa membantu Moira kali ini.
Moira tersenyum bahagia, ntah mengapa beban tadi seakan menghilang karna apa yang Intan katakan. "Kakakmu bisa membantuku untuk diterima di Perusahaan itu?"
"Hem aku tidak tahu, Moi. Tapi, aku yakin pasti Kakakku bisa membantu." Intan menenangkan, senyuman Moira perlahan memudar. Ternyata semuanya hanya sekedar penenang saja tidak sebuah kepastian.
"Tidak ada pilihan lain, aku harus mencari Perusahaan sendiri." Moira menghela napas panjang, mencoba fokus dengan materi kali ini.
•Kringggg, Jam pelajaran telah usai
Kelas Moira sudah berakhir, ia menuju Taman untuk menghilangkan rasa lelah yang ada. Menghilangkan sakit kepala yang sangat menyesakkan dada dari kemarin terus menghadapi banyak hal yang melelahkan. Kedua mata Moira menatap kakinya yang memakai sandal sedikit bertumit. Semenjak Leon memberi perintah aneh sehingga sekarang segala sepatu atau bahkan flatshoes Moira memiliki tumit.
"Kalau hanya untuk mengetahui aku ada atau tidak disekitar dia, kenapa dia tidak belajar untuk lebih peduli dengan sekitarnya. Belajar untuk tidak merasa jika hanya diri sendiri didunia ini.." Moira melirik kearah Rika yang memang bertugas menjaganya dari jauh.
"Nona Moira tengah melamun di taman Kampus, Tuan. Sepertinya memikirkan tentang masalah Magangnya," Ucap Rika kepada Leon melalui panggilan video.