NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Jomblo Karatan

Jerat Cinta Jomblo Karatan

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Balas Dendam
Popularitas:1M
Nilai: 5
Nama Author: Realrf

Eldric Hugo
Seorang pria penderita myshopobia. Dalam ketakutan akan hidup sebatang kara sebagai jomblo karatan.

Tanpa sengaja ia meniduri seorang pria yang berkerja di club, dan tubuhnya tidak menunjukkan reaksi alergi.

Karina seorang gadis yang memilih untuk menyamar menjadi laki-laki, setelah dia kabur dari orang yang hendak membelinya. Karina di jual oleh ibu yang mengasuhnya selama ini.

Akankan El mengetahui siapa sebenarnya sosok yang bersamanya. Keppoin yuk

Ada dua kisah di sini semua punya porsinya masing-masing.

Happy reading 🥰🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cacing?

Mentari mulai menampakkan sinarnya pagi ini. Meskipun awan menghalangi sinarnya. Seperti itu juga keadaan dalam mansion Eldric, sepi. Sejak kemarin Karina lebih banyak diam. Meskipun ia memang bukan orang yang banyak bicara saat bersama El. Namun, sekarang ia menjadi lebih hening dan hanya bicara seperlunya. Bahkan hampir tidak bicara sama sekali, kecuali menjawab pertanyaan Eldric.

Seperti biasanya Eldric menikmati sarapan paginya bersama Karina di sampingnya. Tak ada pembicaraan, hanya dentingan garpu yang beradu dengan piring. Menu sarapan pagi ini tak jauh berbeda dari hari hari sebelumnya. Sepotong roti dengan semangkuk kecil sup kacang merah, dua sosis dan dua telur setengah matang.

Eldric memasukkan sepotong sosis ke dalam mulutnya. Ekor matanya terus melihat kearah Karina yang tampak hanya mengaduk-aduk sarapannya.

"Apa kau pikir makanan itu bisa masuk kedalam mulutmu sendiri?!" ucap Eldric memecahkan keheningan.

"Tidak Tuan," jawab Karina singkat.

Dengan enggan gadis itu menusuk utuh sosis goreng yang ada di piringnya dan langsung memakannya. Eldric menelan ludahnya, melihat pemandangan itu seperti sengatan listrik kecil yang menjalar di tubuhnya. Terlebih saat Karina memasukkan separuh dari sosis itu lalu mendorongnya perlahan untuk masuk.

Karina sama sekali tidak memperhatikan Eldric yang menatapnya dengan aneh.

Aku nggak pingin makan ini Tuan, aku ingin makanan normalku, gerutu Karina dalam hati.

Karina sungguh merindukan mie instan kesukaannya. Namun, ia takut Eldric akan memarahinya. Apalagi setelah kejadian Tiwi, ruang gerak Karina semakin di batasi. Ia bahkan tidak boleh lagi bercengkrama dengan para penjaga seperti biasanya. Eldric memperhatikan Karina yang tidak begitu bersemangat mengunyah makanannya.

Eldric menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir pikiran kotor yang sebelumnya tidak pernah ada di sana.

"Ehem ...Riz, apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Eldric untuk mengalihkan kegugupannya.

"Tidak Tuan," Karina menjawab singkat tanpa menoleh kearah Tuannya

"Apa kau marah padaku?" Eldric memicing ma

"Tidak Tuan, saya tidak berani. Saya juga tidak berhak untuk marah pada Tuan."

Cepatlah pergi, perutku sudah mulai sakit. Aku ingin berbaring di kamarku!

Tanpa sadar Karina memberikan tatapan tajam pada Eldric.

"Lalu kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Seperti apa Tuan?"

"Kau seperti ingin aku cepat pergi dari hadapanmu, seolah kau mengusirku dari rumahku sendiri," sindirnya pada Karina.

Karina mendengus lalu memalingkan wajahnya. Karina sesekali mengelus perutnya yang merasa tidak nyaman. Saat seperti ini biasanya ia akan meminum jamu untuk mengurangi rasa nyerinya. Tapi apa daya ia tidak bisa melakukannya di sini.

"Apa kau sudah selesai?"

Karina mengangguk kecil kemudian meletakkan garpunya di atas piring. Eldric bangkit dari duduknya kemudian ia mulai melangkah keluar. Karina pun ikut bangkit lalu mengambil tas kerja milik Eldric yang ada di sebelahnya, dengan langkah kecilnya Karina mengikuti langkah lebar Eldric.

Joe sudah menunggu sang Tuan di halaman mansion. Ia menundukkan kepalanya dengan hormat saat Eldric berjalan mendekat.

"Selamat pagi Tuan," sapa Joe, ia membuka pintu mobil untuk sang Tuan.

"Hem."

Karina tersenyum manis meskipun dengan terpaksa, karena rasa kram perutnya sudah sangat sakit. Ia memberikan tas kerja pada Eldric sebelum pintu Joe menutup pintu mobilnya.

Mobil itu pun mulai melajukan kencang meningkatkan mansion. Setelah mobil hitam itu berlalu, Karina segera masuk ke mansion, dengan langkah cepat ia segera menaiki tangga menuju kamarnya.

Karina merebahkan tubuhnya sambil meremas perutnya. Rasanya seperti di tusuk seribu jarum secara bersamaan, belum lagi punggungnya yang terasa sakit. Kalau boleh ia ingin rebahan saja seharian

"Eggh ... apa aku masih punya obat ya?" Karina bangkit dari tempat tidurnya.

Perlahan ia melangkah mendekati lemari. Mencari obat pereda nyeri pada masa menstruasi, meskipun ia tidak yakin masih punya simpanan obat itu. Karina lebih suka meminum rebusan rempah untuk meredakan rasa nyerinya.

"Ah ... ternyata aku memang tidak menyimpannya," lirih Karina dengan lesu.

Setelah puas mengacak-acak isi lemarinya, Karina kembali melangkah mendekati ranjangnya. Gadis itu meringkuk dalam gulungan selimut sambil terus memegangi perutnya. Setelah beberapa saat akhirnya Karina pun terlelap dengan posisi yang sama.

Waktu terus bergulir. Karina masih betah bergulung dalam selimutnya, meskipun sang surya sudah mulai bergeser dari posisi puncaknya. Karina membuka matanya saat mendengar suara ketukan pintu kamar.

"Riz, apa kau baik-baik saja?" teriak Berto dari luar pintu.

"Emh ... Astaga jam berapa ini?!" Mata Karina terbelalak melihat jam dinding.

Sudah lewat dari tengah hari, bahkan sudah hampir jam tiga sore. Karina pun segera melompat turun dari ranjangnya, lalu bergegas membuka pintu. Ia terkejut saat melihat Berto berdiri dengan wajahnya yang panik di luat kamarnya.

"Ada apa Paman?" tanyanya Karina dengan polosnya.

"Kau tanya ada apa? kau lihat jam berapa sekarang? apa kau merasa tidak sehat? kenapa kau terus berada didalam kamar seharian?" cerca Berto.

Pria yang tak lagi muda itu merasa takut terjadi sesuatu pada Karina. Apalagi Eldric sudah mewanti-wanti Berto agar menjaganya dengan baik. Berto tidak ingin mengecewakan Tuan mudanya.

"Maafkan aku Paman, aku hanya ketiduran." Karina menundukkan kepalanya. Ia merasa bersalah karena tidak membantu Berto seharian ini.

"Syukurlah kalau kau hanya ketiduran." Berto mengelus dadanya sambil menghembuskan nafasnya lega.

"Eh ...Paman tidak marah? aku bahkan tidak melakukan pekerjaanku seharian ini. Kenapa Paman tidak marah?" tanya Karina bingung.

Berto adalah kepala pelayan dan sekaligus orang yang bertanggung jawab pada semua perkerja yang ada di sana. Karina sering melihat Berto mendisiplinkan pada pengawal dan asisten rumah tangga lainnya. Tentu saja semuanya adalah pria.

"Tentu tidak."

"Kenapa? bukankah aku dan yang lainnya sama?"

"Kau masih ingat isi dari kontak kerjamu?"

Karina mengangguk kecil.

"Tentu saja, kenapa paman bertanya?"

"Apa tanggung jawab utama yang harus kau lakukan?" tanya Berto lagi.

"Menyiapkan semua kebutuhan Tuan Eldric tanpa terkecuali."

"Bagus, kau masih mengingatnya dengan baik. Pekerjaanmu adalah melayani tuan muda, selebihnya tidak penting. Ada orang lain yang akan mengerjakannya."

"Baik Paman."

"Segera bersihkan dirimu, setelah itu turunlah untuk makan. Kau melewatkan jam makan siangmu," ucap Berto sambil mengayunkan kakinya menjauhi kamar Karina.

____________🌖🌖🌖___________

Warna langit telah berubah. Rintik hujan membasahi bumi di kegelapan. Karina berada di teras mansion, menanti kedatangan Eldric. Namun, sayangnya yang di tunggu tidak kunjung tiba. Padahal ini sudah lewat dari jam delapan, seharusnya Eldric sudah pulang satu jam yang lalu

"Riz, pergilah istirahat. Tuan akan pulang terlambat hari ini," ucap Berto.

Karina menoleh kearah belakang.

"Apa Tuan menelfon?" tanya Karina, dengan raut wajahnya yang terlihat khawatir.

"Bukan, Joe yang memberi tahu. Masuklah ke kamarmu, aku akan memanggilmu saat tuan muda sudah pulang."

Karina pun mengangguk patuh, kemudian ia segera pergi ke kamarnya. Jujur saja rasa sakit di perut Karina belum berkurang, ia ingin segera merebahkan dirinya meskipun dalam hatinya ia merasa kecewa.

Sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di depan mansion. Joe segera turun lalu membuka pintu mobil untuk tuannya.

"Selamat malam Tuan." Berto menunduk hormat menyambut kedatangan Eldric.

"Dimana Rizky?" tanya Eldric.

"Dia ada di kamarnya Tuan, seperti dia tertidur. Apa saya harus membangunkannya?"

"Tidak, biarkan saja. Apa dia sudah makan malam?" Tanya Eldric sambil terus melangkah masuk.

"Belum Tuan."

Eldric menoleh memberikan tatapan tajam pada Berto. Ia menghentikan kakinya menaiki tangga.

"Apa yang kau lakukan seharian Berto. Apa aku harus mengingatkanmu untuk menjaganya? Beraninya kau membiarkan dia tidur dalam keadaan lapar seperti itu!"

"Maafkan saya Tuan, tapi-

"Tidak ada tapi, kalau terjadi sesuatu padanya. Kau tau akibatnya." Eldric kembali menaiki anak tangga, kali ini langkahnya lebih cepat.

Ceklek.

Eldric langsung membuka pintu. Ia mengulum senyum melihat Karina yang tidur dengan pulasnya. Ia berjalan mendekat, sungguh wajah yang lucu. Karina tidur terlentang dengan mulutnya yang sedikit terbuka. Eldric merunduk mengikis jarak wajah mereka berdua. Jika saja karina membuka matanya, mungkin ia akan menjerit kaget karena jarak wajah mereka tak lebih dari sejengkal.

"Bulu matamu terlalu lentik untuk seorang laki-laki dan apa ini, hidung kecil ini." Eldric mencubit hidung mungil Karina.

"Apa paru-parumu mendapatkan oksigen dengan baik, jika lubang hidungmu saja sekecil ini." Eldric semakin mengeraskan cubitannya.

Karina mengerang, ia lalu bernafas mengunakan mulutnya yang terbuka. Eldric terkekeh lalu melepaskan tangannya dari hidung Karina.

"Bagaimana rasanya ini? Eldric mengusap lembut bibir mungil Karina dengan ujung jempolnya. Memainkannya benda kenyal itu, mencubitnya dengan telunjuk dan jempolnya.

"Apa kau akan marah kalau aku mencobanya?" Eldric bicara seolah Karina mendengarnya.

Bibir itu berwarna lebih terang dari miliknya, Eldric menelan ludahnya. Seperti ada magnet yang menariknya. Ia mulai menempelkan bibirnya dengan bibir Karina.

Lumayan, gumamnya dalam hati.

Eldric menarik dirinya menjauh. kemudian ia duduk di tepi ranjang milik Karina.

"Lalu bagaimana, apa yang di lakukan orang normal? bagaimana caranya?"

Eldric pernah melihat orang lain melakukan ciuman. Namun, karena ragu. Ia pun mengambil ponsel dari sakunya kemudian mencari tutorial mencium bibir dengan baik dan benar. Setelah menemukan video yang di inginkan, Eldric melihatnya dengan serius lalu memutarnya beberapa kali untuk memastikan.

"Terlihat menjijikkan, tapi kenapa mereka terlihat begitu menikmatinya?" Eldric bermonolog dengan dirinya sendiri.

Ia menoleh kearah Karina, gadis itu masih terlelap dalam tidurnya. Eldric meletakkan ponselnya diatas nakas. Perlahan ia mulai naik keatas tubuh Karina, ia menggunakan kedua sikunya untuk bertumpu. Eldric semakin mendekatkan wajahnya. Ia sedikit membuka mulut mungil Karina, sekali lagi ia menempelkan bibirnya. Kali ini ia mulai mengerakkan bibirnya.

Mel"mat lembut belahan kenyal milik Karina, ia mencoba mempraktekkan apa yang dilihatnya di video. Perlahan ia memasukkan lidahnya memperdalam ciumannya.

Ini, sangat nikmat. Menjijikkan tapi sungguh nikmat. Aku bertukar saliva dengannya sangat menjijikkan tapi aku tidak bisa berhenti.

Eldric semakin rakus melahap bibir kenyal itu. Ia mulai merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya. Eldric menginginkan sesuatu yang lebih. Darahnya berdesir jantungnya berdegup kencang. Ia mulai merasakan belutnya bereaksi. Sungguh sesuatu yang menegangkan. Karina melenguh kecil, suaranya terdengar oleh bibir tebal Eldric yang terus **********. Suara itu membuat Belut miliknya semakin tegang.

Ini gila, aku ingin lebih.

Eldric merasakan letupan letupan kecil di dadanya yang mendorongnya melakukan lebih. Satu tangan Eldric mulai menyusup ke dalam kemeja yang dipakai Karina. Bukannya kulit yang ia sentuh melainkan kaos dalam yang bertumpuk tebal. Eldric mengerutkan keningnya. Kini tangannya berpindah ke area sensitif Karina. mengusapnya dari luar celana yang gadis itu gunakan.

Eldric melepaskan tautan bibirnya. Ia menarik tubuhnya menjauh. Eldric mengerutkan keningnya lalu memperhatikan Belut miliknya yang sudah terlihat menonjol dari balik celana. Sedangkan milik Karina, kenapa tidak ada reaksi sama sekali? bahkan tidak ada benjolan sama sekali di sana.

Eldric menyentuhnya sekali lagi, kali ini sedikit menekannya. Eldric semakin mengerutkan keningnya.

"Ini empuk?" Eldric menekannya lagi.

"Rizky!" teriaknya.

Karina terjingkat mendengar suara Eldric. Ia terkejut saat melihat Eldric duduk di bawahnya.

"Tu-tuan apa yang Anda lakukan?" tanya karina dengan gugup.

"Dimana cacingmu?"

"Cacing?"

1
Maya Ratnasari
babies thor, bukan babys
Maya Ratnasari
walk in closet
Andriyani “Ijjet famous” Nisa
Luar biasa
Pa Muhsid
wakwaw cucu toooor cucuuuuu
solehatin binti rail
aku pernah baca ,tapi sdah lupa 😀😀😀😀💪😘
Sulis Tiyeas
yah karina... merasa pd nggak ada bahaya. pdhl dari kecil sdh biasa menghadapi bahaya kok nggak peka ya.
Win wina
Karina mengalami baby blues,biasa terjadi pada wanita yg baru melahirkan aku dulu jga begitu sensitif emosi tak terkendali, dukungan orang terdekat sangatlah penting....😔 Sabar ya, Ayah Hugo
Win wina
Huuuuuf bang Hugo mamang kereeeeen suami idaman melele aku Thor,,,,,☺️ berdebatlh kau dengan mertua mu tapi tetap akan menang dirimu karena hak istri memang pada suaminya,love love bang Hugo😘
Win wina
Oh manis sekali Mereka ☺️
Win wina
Sangat tidak masuk akal,anak yg berpisah dengan orang tuanya dalam waktu yang sangat lama setelah dewasa' baru bertemu bisa punya keberanian memberikan aturan untuk berpisah dengan suaminya ya walaupun dengan alasan yg terbaik demi kehamilannya,tpi namanya jga novel hahaha..
Win wina
lha serem amat Thor belut listrik nya
Win wina
Wah sensitif sekali jangan jangan lagi hamidun ci Karina
Win wina
maklumi aja lah pak Joe, namanya jga pengantin baru lagi anget angetnya Thu hahaha😀
Win wina
wohoooo kirain njebol gawang Thor 🤭
Win wina
hahaha tenang saja om kau masih normal nyatanya alam bawah sadar mu masih menyukai wanita, meskipun wanita tersebut menyamar sebagai laki-laki 😀
kieky
suami yg pandai ngemong istrinya..sabar y el bentar lagi 3 orang yg kau hadapi 😁
SR.Yuni
Thor , kenapa sahabat dan mang Toyib tidak diangkat di akhir cerita bahagia Karin ya karena menurutku mereka punya andil besar pada kehidupan Karin drpd si emak angkat, dalam keadaan susahnya karin mrk sll ada dan kasih makan.
SR.Yuni
keren banget ceritanya....badai pasti berlalu berganti kebahagiaan
SR.Yuni
Thor maaf ya lidah orang kita ini gak bisa membedakan J dan Z... kenapa namanya mirip dengan assisten nya. Jadi cara bacaku pun sama...
SR.Yuni
gak usah nyesel....kan elu gak peka jadi laki....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!